KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat ditunda, rapat maraton digelar oleh parlemen dan pemerintah. Temanya: pemangkasan anggaran 2025.
Ini adalah buntut dari Instruksi Presiden Nomor 1/2025. Presiden Prabowo Subianto minta agar kementerian/lembaga efisien dalam mengelola anggaran. Dengan dalih efisiensi, Prabowo minta anggaran ditekan hingga lebih Rp 306 triliun, dengan perincian anggaran belanja ditekan Rp 256,1 triliun dan anggaran transfer daerah Rp 50,5 triliun.
Pangkas memangkas anggaran jamak dilakukan saat kondisi sulit, berat, akibat banyak tekanan. Bukan cuma Indonesia, negara dengan ekonomi jumbo seperti Amerika Serikat (AS) juga melakukan. Pun dengan Uni Eropa. Mereka melakukan rekonstruksi anggaran untuk mendorong ekonomi agar berpacu.
Prabowo berharap, relokasi anggaran mampu memacu ekonomi. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi harus tumbuh 8%. Bagi Prabowo, angka 08 punya makna penting. Ia dijuluki 08 karena pangkatnya sebagai kapten. Sandi operasinya juga di angka itu. Saat ini, 08 juga punya makna penting untuk menggambarkan cita-cita Prabowo, menekan kemiskinan 0% dan ekonomi 8%.
Target besar, di tengah histori, ekonomi kita tak jauh dari angka 5%. Tahun ini, target 8% ini menjadi lebih berat di tengah himpitan. Dari eksternal, ekonomi global dalam tren lambat, harga komoditas andalan kita juga lemas.
Dari internal juga sedang tak baik-baik saja. Daya beli masyarakat kuartal IV 2024 bahkan tak sampai 5%, hanya 4,94%. Pertumbuhan uang beredar M2 melambat, jadi 4,35% secara tahunan pada kuartal IV-2024, dibanding 7,19% secara tahunan per kuartal II. Pertumbuhan penjualan ritel juga melambat hanya 1% secara tahunan, dibanding kuartal sebelumnya 4,75% per tahun.
Musim libur Natal dan tahun baru, jumlah penumpang moda transportasi juga landau lewat darat 0,12%, udara 14,57% dan kereta api 5,23%. Penjualan otomotif, terutama mobil, juga jauh lebih rendah, cuma tumbuh 3,77% secara tahunan, dibanding kuartal III yang tumbuh 14,82%. Bahkan, penjualan motor terkontraksi 3,6% dari kuartal sebelumnya tumbuh 11,96% tahunan.
Pemangkasan anggaran harus mempertimbangkan indikator-indikator daya beli. Mengingat, ekonomi kita bergerak mayoritas karena konsumsi masyarakat yakni 54%. Benar belanja pemerintah kontribusinya berkisar 7%-an, namun saat kondisi tak baik-baik saja, belanja negara harus hadir sebagai pendorong ekonomi.