Nilai Investasi Pengembangan Blok Masela Disepakati Mencapai US$ 20 Miliar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib pengembangan Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku, mulai lebih terang. Setelah negosiasi lebih dari dua dekade, Pemerintah Indonesia dan Inpex Corporation mencapai kata sepakat dalam pengembangkan Blok Masela. Nilai investasi di blok migas tersebut ditaksir mencapai US$ 20 miliar.
Skema bagi hasil disepakati kedua pihak sebagai win-win solution. Pemerintah mendapat bagian 50%. Sempat tarik ulur soal porsi bagi hasil, Inpex pernah meminta bagi hasil 85% dan 15% untuk negara. Sedangkan pemerintah berharap bisa mendapat jatah 30%.
Kesepakatan itu terjadi dalam pertemuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo, Senin (27/5). Kedua pihak menyepakati sejumlah poin strategis, yang memungkinkan lapangan gas raksasa ini bisa segera dikembangkan.
Di pertemuan ini, Menteri Jonan didampingi Duta Besar RI untuk Jepang Arifin Tasrif, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar serta Deputi Perencanaan SKK Migas Jafee Suardin.
Pertemuan kemarin merupakan kelanjutan dari pertemuan Jonan dan Ueda pada 16 Mei, juga di Tokyo. Pada pertemuan tersebut, kedua pihak menyepakati kerangka final plan of development (PoD) Blok Masela. Sementara di pertemuan terakhir, pemerintah Indonesia dan Inpex membahas negosiasi detail dari kerangka PoD.
Dengan demikian, perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Inpex bisa segera diteken. "Akhirnya, Ipex dan SKK Migas sepakat atas pokok-pokok pengembangan Blok Masela di Tokyo. Pembahasan berlangsung sejak 18 tahun lalu lo. Nilai investasi antara US$ 18 miliar - US$ 20 miliar dengan pembagian yang fair bagi Indonesia dan kontraktor," ungkap Menteri Jonan kepada KONTAN, kemarin.
Kesepakatan final nan bersejarah tersebut ditandai dengan penandatanganan Minute of Meeting oleh Dwi Soetjipto dan Takayuki Ueda dan disaksikan Menteri ESDM.
Sedangkan penandatanganan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Inpex direncanakan berlangsung pada pertemuan G20 di Jepang, dalam waktu dekat.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, bagi hasil 50%:50% cukup realistis, sesuai prinsip gross split bahwa modal dan risiko sepenuhnya ditanggung oleh investor. "Kesepakatan ini membuktikan iklim investasi migas di Indonesia semakin kondusif," ungkap dia.
Fahmy menambahkan, kesepakatan itu menguntungkan kedua pihak karena Blok Masela segera berproduksi setelah sekian lama tertunda. Cadangan di Blok Masela ditaksir 10,73 trillion cubic feet. Proyek Blok Masela ditargetkan mulai berproduksi kuartal II 2027. Estimasi produksi puncak dari Lapangan Abadi sebesar 9,5 juta ton per tahun dan 150 mmscfd.