Obligasi Korporasi Jadi Pilihan Agar Reksadana Pendapatan Tetap Cuan

Jumat, 21 Oktober 2022 | 04:55 WIB
Obligasi Korporasi Jadi Pilihan Agar Reksadana Pendapatan Tetap Cuan
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun melaju ke level tertinggi sejak Juni 2008. Kenaikan tersebut berimbas pada imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang diperkirakan bakal menciut. 

Kamis (20/10), yield US Treasury berada di di 4,16%. Kenaikan imbal hasil US Treasury ini membuat yield obligasi acuan Indonesia pada tenor yang sama juga naik ke level 7,51%, ini adalah level tertinggi dalam 28 bulan terakhir. Kenaikan tersebut karena ekspektasi The Fed akan mengerek bunga lebih agresif. 

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, reksadana pendapatan tetap secara rata-rata melalui Edvisor Total Fixed Income Funds Index tercatat melemah 0,59% dalam sebulan dan return sepanjang tahun ini -0,12%. 

Baca Juga: MI Terkait Kasus Jiwasraya Divonis Bebas, Bagaimana Nasib Pencarian Asetnya?

"Hal itu sejalan dengan kinerja rata-rata harga obligasi yang tercermin dari Edvisor Total Government Bonds Index melemah 0,74% dalam sebulan dan year to date -1.43%," ujar Praska. 

Sepanjang tahun ini, Praska memperkirakan, kinerja reksadana pendapatan tetap masih akan menguat jika mengandalkan obligasi korporasi. Praska mengatakan, di tahun 2022, kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan tumbuh di 1%-2%. Sementara hingga semester I-2023 di kisaran 3%-5%.

Head of Fixed Income Avrist Asset Management Zaki Aulia juga sepakat mengatakan jika akan lebih banyak mengandalkan obligasi korporasi untuk menghasilkan cuan di reksadana pendapatan tetap. Salah satu reksadana miliknya yang menghasilkan kinerja positif adalah Avrist Prime Income Fund. 

Menurut Zaki, portofolio reksadana tersebut mayoritas pada obligasi korporasi. "Target kami hingga akhir tahun, reksadana ini akan mampu memberikan return sebesar 4%-5%," jelas dia. 

Zaki memaparkan, pilihan obligasi korporasi adalah obligasi dengan minimal rating AA- dan tenor tiga-lima tahun. Baginya, obligasi ini  memberikan yield cukup menarik dengan volatilitas yang rendah dibanding obligasi pemerintah. "Setidaknya hingga akhir tahun, kami masih lebih memilih obligasi korporasi dibanding SBN," kata dia. 

Praska juga sepakat mengatakan, cara terbaik mengelola reksadana pendapatan tetap dengan hasil optimal adalah menggunakan kombinasi obligasi korporasi dengan kriteria investment grade dan SBN tenor pendek-menengah. "Untuk SBN tenor pendek-menengah dipilih dengan market timing," saran dia.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Cek Bunga Kredit dan Simpanan Anda

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler