Obligasi Ritel Menekan Simpanan Bank

Kamis, 31 Januari 2019 | 04:08 WIB
Obligasi Ritel Menekan Simpanan Bank
[]
Reporter: Anggar Septiadi, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat sepanjang tahun 2018 tercatat beragam. Sebagian bank tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Salah satu penyebab, mereka harus bersaing dengan surat utang ritel pemerintah.

Dari enam bank yang sudah merilis laporan keuangannya, dua di antaranya mengalami perlambatan pertumbuhan DPK yakni Bank Mandiri dan Bank BNI. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, perlambatan pertumbuhan DPK tahun lalu terjadi di tengah ketatnya likuiditas pasar akibat fluktuasi kondisi ekonomi global.

Dia mengakui, penurunan tersebut juga dipengaruhi surat utang pemerintah. Tapi pengaruhnya tidak besar. "Dampak penerbitan surat utang ritel pemerintah tidak signifikan karena persaingan dengan surat utang itu sudah ada sejak beberapa tahun terakhir." kata Herry kepada KONTAN, Rabu (30/1).

Tahun 2018, BNI hanya mampu membukukan DPK sebesar Rp 578,78 triliun atau tumbuh 12,1% secara tahunan (yoy). Sedangkan tahun 2017 tercatat tumbuh 17,6%. Adapun tahun ini, bank pelat merah ini menargetkan DPK tumbuh antara 12%–14%.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja melihat likuiditas bank tahun ini tengah ketat. Dia mengakui salah satu penyebabnya akibat pemerintah berencana menerbitkan 10 kali Surat Berharga Negara (SBN) ritel dengan bunga yang menarik. Alhasil dana yang semula bermuara ke perbankan kini beralih.

Oleh karena itu, menurut dia perbankan mesti putar otak mengganti dana yang menguap tersebut. "Kami juga salah satu mitra distribusi penjualan SBN ritel, yang setidaknya setiap terbit kami bisa menjual hingga Rp 2 triliun. Nah setiap itu pula setidaknya 30% DPK dikanibal," jelasnya.

Hingga November 2018, total penghimpunan DPK BCA mencapai Rp 614,53 triliun, tumbuh 6,86% yoy. Namun, November 2017 bertumbuh 10,99% yoy dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Sementara Panji Irawan, Direktur Keuangan Bank Mandiri menampik penurunan DPK perseroan ini akibat bersaing dengan surat utang ritel pemerintah. "Mandiri, tidak terpengaruh surat utang pemerintah. Penurunan DPK terjadi karena kami tidak ambil dana mahal." klaim Panji.

Bank Mandiri hanya mencatatkan pertumbuhan DPK 3,1% yoy di 2018. Melambat dari tahun sebelumnya yang tumbuh 7% yoy.

Rata-rata harian DPK Bank Mandiri tumbuh 7,8%."Kami memakai indikator daily average untuk ukur DPK karena lebih relevan mendukung likuiditas bank." tambahnya. Tahun ini, Mandiri optimistis menghimpun DPK lebih besar dengan target tumbuh 11%–12%.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek Saham-Saham di Indeks LQ45 Lebih Cerah pada Semester II
| Selasa, 01 Juli 2025 | 08:54 WIB

Prospek Saham-Saham di Indeks LQ45 Lebih Cerah pada Semester II

Kinerja saham-saham likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung di Indeks LQ45 cenderung tertekan sepanjang semester pertama 2025 ini. 

Profit 27,66% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (1 Juli 2025)
| Selasa, 01 Juli 2025 | 08:25 WIB

Profit 27,66% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (1 Juli 2025)

Harga emas Antam hari ini (1 Juli 2025) Rp 1.896.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,66% jika menjual hari ini.

Pasar Cenderung Wait and See, Rupiah Akan Sideways pada Selasa (1/7)
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:20 WIB

Pasar Cenderung Wait and See, Rupiah Akan Sideways pada Selasa (1/7)

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,27% ke Rp 16.238 per dolar AS pada Senin (30/6). 

Valas Alternatif dan Emas Bisa Menjadi Pilihan Investasi
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:15 WIB

Valas Alternatif dan Emas Bisa Menjadi Pilihan Investasi

 Memasuki semester II 2025, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan geopolitik, kebijakan tarif impor, dan arah suku bunga bank sentral. 

Menggaet Restu RUPSLB, Emiten Prajogo Pangestu Ini Bersiap Menggelar Stock Split
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:10 WIB

Menggaet Restu RUPSLB, Emiten Prajogo Pangestu Ini Bersiap Menggelar Stock Split

Stock split saham pada dasarnya hanya mengubah nominal saham . Jadi, tidak semerta-merta mengubah tren pergerakan harga saham emiten.

Paradoks Indonesia
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:10 WIB

Paradoks Indonesia

Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tapi gagal menjadi negara maju dan makmur.

Danantara Bakal Meraih Pendanaan US$ 10 Miliar
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:05 WIB

Danantara Bakal Meraih Pendanaan US$ 10 Miliar

Sejak didirikan pada Februari tahun ini, Danantara yang sudah resmi mempunyai kantor baru berhasil meraih pendapaan hingga US$ 7 miliar. 

Mengawali Semester II 2025 di Tengah Tren Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:01 WIB

Mengawali Semester II 2025 di Tengah Tren Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Meski IHSG menguat, asing tercatat melakukan aksi jual bersih alias net sell sebesar Rp 358,96 miliar. 

Diskon Tarif Mengerek Trafik Jalan Tol Selama Libur Panjang Tahun Baru Islam
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:00 WIB

Diskon Tarif Mengerek Trafik Jalan Tol Selama Libur Panjang Tahun Baru Islam

Sejumlah pengelola jalan tol seperti Jasa Marga, Hutama Karya dan Astra Infra menerapkan diskon tarif tol.

Upaya Mitigasi Penurunan Margin PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:00 WIB

Upaya Mitigasi Penurunan Margin PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjalankan sejumlah inisiatif strategis seperti pengalihan gas ekspor ke domestik

INDEKS BERITA

Terpopuler