OPEC+ Tidak Ubah Kebijakan Pasokan, Harga Minyak kembali Merosot

Kamis, 02 September 2021 | 12:16 WIB
OPEC+ Tidak Ubah Kebijakan Pasokan, Harga Minyak kembali Merosot
[ILUSTRASI. Pelangi terlihat sebagai latar belakang saat warga membersihkan puing dari halamannya setelah hantaman Badai Ida di Galliano, Louisiana, Amerika Serikat, Selasa (31/8/2021). REUTERS/Adrees Latif]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah di pasar global, Kamis (2/9), melandai, menyusul kesepakatan terbaru Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. Aliansi yang biasa disebut OPEC+ itu menyetujui untuk mempertahankan kebijakannya mengembalikan pasokan secara bertahap ke pasar, kendati kasus virus corona kembali melonjak dan banyak fasilitas penyulingan Amerika Serikat (AS), sumber utama permintaan minyak mentah, sedang offline.

Harga minyak mentah jenis Brent turun US$ 0,16 atau 0,2%, menjadi US$ 71,43 per barel pada 11.22 WIB, setelah melemah US$ 0,4 pada perdagangan Rabu. Minyak acuan di AS, West Texas Intermediate (WTI), melandai US$ 0,23 atau 0,3% menjadi US$ 68,36 per barel, setelah sempat naik US$ 0,9 di sesi sebelumnya.

OPEC dan produsen lain, termasuk Rusia, pada Rabu (1/9), sepakat untuk melanjutkan kebijakan penghapusan rekor pengurangan produksi dengan menambah pasokan hingga 400.000 barel per hari (bph) setiap bulannya ke pasar.

Baca Juga: Wall Street: Dow melemah, S&P dan Nasdaq menguat disokong sektor teknologi

Sejalan dengan keputusan itu OPEC+ menaikkan perkiraan permintaan minyak untuk 2022. OPEC saat ini juga menghadapi tekanan dari Pemerintah AS untuk mempercepat peningkatan produksi, agar harga minyak tidak melambung tinggi dan menghambat pemulihan.

"Apa yang tidak begitu pasti adalah apakah permintaan akan dapat tumbuh secepat OPEC+ dan prediksi pasar, mengingat risiko penguncian baru untuk melawan penyebaran mutan Covid yang belum terselesaikan," ujar Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy, dalam catatannya.

Fasilitas kilang minyak di Louisiana, AS, mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk kembali beroperasi setelah Badai Ida menyapu wilayah tersebut. Permintaan minyak mentah cenderung terhambat karena operator kilang masih bergelut dengan masalah pasokan listrik dan air.

Baca Juga: Harga minyak stabil, OPEC+ tetap teguh lakukan kenaikan produksi secara bertahap

Perusahaan-perusahaan energi berjuang untuk memulai kembali platform dan jaringan pipa di Teluk, dengan sekitar 1,4 juta barel per hari produksi minyak masih offline, demikian pernyataan regulator lepas pantai AS.

Persediaan minyak mentah di AS turun 7,2 juta barel dan produk minyak bumi yang dipasok oleh penyuling naik ke angka rekor, meskipun ada peningkatan infeksi virus corona di seluruh negeri, demikian pernyataan Administrasi Informasi Energi (EIA), Rabu.

"Saham tampaknya akan naik dalam beberapa minggu ke depan karena laporan menunjukkan bahwa aktivitas kilang membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai kembali aktivitasnya daripada produksi minyak mentah, setelah Badai Ida," kata Kieran Clancy, ekonom komoditas di Capital Economics.

Selanjutnya: Pendiri Binance Sebut Lini Bisnis di AS Akan IPO dalam Tiga Tahun Mendatang

 

Bagikan

Berita Terbaru

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 19:34 WIB

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?

Kenaikan imbal hasil SBN menjadi salah satu tanda perubahan sentimen pasar terhadap risiko fiskal dan arah ekonomi domestik.

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

INDEKS BERITA

Terpopuler