Berita Bisnis

Pandemi Covid Menahan Laju Bisnis ITIC

Rabu, 27 Oktober 2021 | 06:00 WIB
Pandemi Covid Menahan Laju Bisnis ITIC

Reporter: Dimas Andi | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di tengah tantangan pandemi Covid-19, produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) berupaya melanjutkan tren pertumbuhan bisnis di sepanjang tahun 2021.

Manajemen ITIC memproyeksikan penjualan pada tahun ini tumbuh 10% year-on-year (yoy) menjadi Rp 246,73 miliar. Pada masa pandemi tahun lalu, Indonesian Tobacco mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 35% (yoy) menjadi sekitar Rp 224,30 miliar. 
 
Adapun hingga semester pertama tahun ini, penjualan ITIC tumbuh 6,37% (yoy) menjadi Rp 107,35 miliar. Di saat yang sama, laba bersih tahun berjalan Indonesian Tobacco menguat 38,20% (yoy) menjadi Rp 6,33 miliar. 
 
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengakui target pertumbuhan penjualan tahun ini cukup berat seiring adanya pandemi Covid-19 yang mempengaruhi bisnis perusahaan.
 
"Namun, pertumbuhan laba akan jauh melebihi target yang kami harapkan," imbuh dia, Selasa (26/10).
 
Salah satu rencana ekspansi bisnis ITIC yang terhambat pada tahun ini adalah terobosan ekspor ke luar negeri. Maklumlah, ITIC masih merasakan adanya pembatasan perjalanan ke luar negeri. Alhasil, pengiriman produk seperti tembakau iris tak berjalan dengan lancar.
 
Pandemi Covid-19 belum selesai sehingga masih menjadi tantangan bagi ITIC. Kondisi ini juga mempengaruhi daya beli masyarakat. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kinerja ITIC selalu terjadi minimal 20% setiap tahun, yang merupakan pertanda industri ini masih tumbuh positif di dalam dan luar negeri
 
Berdasarkan catatan KONTAN, ITIC sempat berencana menjajaki peluang ekspor ke sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Taiwan, India dan China. Tembakau iris yang dikenal sebagai roll your own (RYO) cigarette dinilai memiliki prospek yang menjanjikan di keempat negara tersebut.
 
Di Afrika Selatan, misalnya, tembakau iris cukup digemari mengingat harga rokok yang cukup mahal. Sementara itu, China dan India menjadi pasar potensial untuk produk tembakau iris seiring populasi penduduk yang besar di kedua negara tersebut.
 
Per semester I-2021, ITIC mencatatkan penjualan ekspor sebesar Rp 431,95 juta. Seluruh penjualan itu ditujukan ke pasar Singapura. 
 
Manajemen ITIC juga terus berupaya memperkuat penjualan tembakau iris di dalam negeri. Djonny menyebutkan, beberapa pasar baru di dalam negeri seperti Sumatra, Sulawesi Utara dan Maluku berhasil digenjot pada tahun ini. "Untuk perluasan pasar di dalam negeri berjalan lancar dan hasilnya cukup menggembirakan," imbuh dia.
 
Merujuk laporan keuangan, penjualan ITIC di pasar domestik didominasi wilayah Papua senilai Rp 71,48 miliar di semester I-2021. Kemudian diikuti oleh Sulawesi Rp 18,97 miliar, dan Nusa Tenggara sebesar Rp 15,66 miliar.
 
Lebih lanjut, Djonny mengonfirmasi bahwa tahun ini pihaknya menyediakan dana revenue expenditure sekitar Rp 90 miliar hingga Rp 100 miliar, yang berasal dari arus kas hasil usaha.
 
ITIC menggunakan mMayoritas dana tersebut atau Rp 90 miliar untuk keperluan belanja daun tembakau. Sampai saat ini, Indonesian Tobacco sudah menyerap 70% dari total revenue expenditure tahun 2021. "Sejauh ini tidak ada perubahan rencana pemakaian dana dan akan kami lanjutkan sampai akhir tahun 2021," ucap Djonny.       

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru