Berita *Global

Pasar Cemaskan Varian Delta, Minyak Mentah Cetak Penurunan Mingguan Terbesar

Sabtu, 07 Agustus 2021 | 12:31 WIB
Pasar Cemaskan Varian Delta, Minyak Mentah Cetak Penurunan Mingguan Terbesar

ILUSTRASI. FILE PHOTO: Seorang operator di fasilitas produksi minyak milik Parsley Energy di Permian Basin, dekat Midland, Texas, AS. 23 Agustus 2018. REUTERS/Nick Oxford/File Photo

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah pada perdagangan Jumat melemah, sekitar 1%. Penurunan itu memperpanjang kelesuan harga minyak, hingga mencatat penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan terakhir.

Penurunan terjadi bersamaan dengan merebaknya kekhawatiran bahwa pembatasan perjalanan untuk mengekang penyebaran varian Delta Covid-19, akan menggagalkan pemulihan permintaan energi di tingkat dunia.

Kontrak berjangka minyak mentah berada di bawah tekanan karena nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat, mengikuti pertumbuhan pekerjaan bulanan di Negeri Paman Sam yang lebih tinggi daripada perkiraan. Penguatan dolar AS mengerek harga minyak, yang sebagian besar ditransaksikan dalam valuta tersebut.

Baca Juga: Baru tiga bulan bekerja, CEO Binance AS mengundurkan diri

Kontrak berjangka untuk minyak mentah jenis Brent turun US$ 0,59, atau 0,8%, menjadi US$ 70,70. Sedang minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 0,81, atau 1,2% menjadi US$ 68,28 per barel.

Merujuk ke harga tersebut Brent yang merupakan harga patokan minyak mentah, membukukan penurunan lebih dari 6% dalam sepekan. Ini merupakan penurunan mingguan terbesar selama empat bulan terakhir. Sementara WTI jatuh hampir 7% di pekan ini, yang merupakan penurunan mingguan terbesar dalam sembilan bulan.

“Pergerakan harga yang terlihat sekarang benar-benar mencerminkan kondisi makro,” kata Howie Lee, ekonom di bank OCBC Singapura. “Varian Delta sekarang mulai menekan pasar dan Anda melihat penghindaran risiko di berbagai pasar, bukan hanya minyak."

Baca Juga: Kenaikan Harga Batubara Menjadi Beban Bagi Sejumlah Emiten

Presiden AS Joe Biden mengatakan kasus Covid-19 di negerinya telah naik ke level tertinggi selama enam bulan terakhir, dan, jumlah itu masih mungkin.

Jepang bersiap memperluas pembatasan darurat ke lebih banyak wilayahnya. Dan China, yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia, telah memberlakukan pembatasan di beberapa kota dan membatalkan penerbangan.

“Peningkatan pembatasan perjalanan di China telah menyita perhatian trader, dan bisa menjadi penggerak utama harga minyak di bulan ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

Rig minyak AS naik dua menjadi 387 di minggu ini, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Pertumbuhan jumlah rig melambat dalam beberapa bulan terakhir, karena perusahaan pengebor minyak memilih fokus ke agenda penghematan.

Selanjutnya: Aplikasi WeChat Digugat, Giliran Tencet Jadi Incaran Beijing

 

Terbaru