Pasar Mulai Stabil, SBN Baru Kemungkinan Memberi Bunga Lebih Rendah

Senin, 08 Juli 2019 | 09:12 WIB
Pasar Mulai Stabil, SBN Baru Kemungkinan Memberi Bunga Lebih Rendah
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada banyak kesempatan membeli surat berharga negara terbitan baru di paruh kedua tahun ini. Untuk membayangkan seberapa sering pemeritah akan menerbitkan SBN, bandingkan saja target penerbitan SBN di tahun ini, serta yang sudah terealisasi di tahun lalu.

Jika diukur secara gross, pemerintah punya alokasi penerbitan SBN sebesar Rp 825,70 triliun. Dari angka sebesar itu, pemerintah sudah menerbitkan SBN Rp 532,95 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini, atau sekitar 54,93% dari target.

Sedang alokasi penerbitan secara netto tahun ini Rp 388,96 triliun. Dari jumlah itu, telah terealisasi Rp 194,96 triliun di semester pertama, atau 50,12% dari target setahun penuh.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) kemungkinan akan merealisasikan seluruh sisa kuota SBN di 2019. Pasalnya, kinerja pendapatan negara kemungkinan di bawah target alias shorfall.

Ada dua mekanisme yang bisa dipilih Kemkeu untuk merealisasikan sisa kuota SBN. Pertama, melakukan lelang rutin SBN setiap bulan. Untuk Juli hingga September 2019 mendatang, target lelang SBN Rp 185 triliun.

Kedua, Kemkeu juga akan melepas beberapa lima SBN ritel. Itu terdiri dari penerbitan savings bond ritel (SBR) sukuk tabungan yang masing-masing menerbitkan obligasi negara ritel (ORI) satu kali.

"Terdekat, kami akan meluncurkan SBR seri SBR007 yang akan ditawarkan pada 11–25 Juli 2019," terang Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu Loto Srinaita Ginting, Jumat (5/7) pekan lalu.

Loto masih merahasiakan target penerbitan obligasi ritel tersebut. Loto hanya memastikan seluruh sisa SBN tersebut akan terbit dalam denominasi rupiah. "Penerbitan SBN valuta asing di pasar internasional untuk pembiayaan APBN 2019, sudah selesai dilaksanakan," terang Loto. 

Kupon turun

Yang perlu dicermati investor yang hendak berburu SBN terbitan baru di semester kedua adalah pemerintah kemungkinan memangkas bunga utang SBN. Maklumlah, "Pasar keuangan sedang kondusif," ujar Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail, Minggu (7/7).

Dari sisi eksternal ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menunjukkan progres membaik dan memberikan harapan sengekta segera selesai. Federal Reserve (The Fed) juga masih berencana menurunkan suku bunga acuan tahun ini.

Apalagi lembaga pemerinkat utang Standard & Poor's (S&P) menaikkan derajat obligasi domestik menjadi BBB+ dari BBB- bulan lalu. "Sejauh ini risiko kecil, (mata uang) yuan masih terjaga maka rupiah sehat," papar Ahmad. Ia juga memperdiksi Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan memangkas suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (BI7-DRRR).

Perhitungan Ahmad, yield obligasi ritel sampai dengan akhir tahun bisa turun menjadi 8%–8,1% untuk tenor tiga tahun. Saat ini, yield tersebut berada di area level 8,3%.

Ahmad juga mengingatkan masih ada sentimen yang dapat mengganggu SBR ritel. Pemerintah menargetkan defisit tahun ini di level 1,8% masih bisa melebar lantaran kontribusi penerimaan pajak bisa berkurang dari yang dipatok 15% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Walhasil, salah satu solusinya lewat peningkatan pendapatan dari SUN. Jika skenario ini terjadi, Ahmad memperkirakan defisit APBN bisa mencapai 2,5%. Peningkatan penerbitan SUN harus diimbangi dengan menjaga atau memperbesar yield.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati meyakini penerbitan SBN akan berjalan lancar pada semester II-2019. Namun, pemerintah harus waspada karena rasio utang hampir mendekati level maksimal, 30% terhadap PDB. "Laju ekonomi tahun ini akan di bawah target 5,3%, sehingga kenaikan PDB tak sesuai harapan," jelas Enny.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah juga mengingatkan, kondisi likuiditas di pasar domestik yang semakin ketat berpotensi ganggu penerbitan SBN. Pengetatan ini ditandai dengan semakin berkurangnya peminat lelang SBN.

Pada Juni lalu, peminat lelang SBN hanya Rp 120,81 triliun, berkurang dibanding sebulan sebelumnya yang mencapai Rp 147,99 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)
| Senin, 08 Desember 2025 | 09:32 WIB

Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)

Di luar harga komoditas, faktor struktural lain bakal memengaruhi prospek PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS).

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:57 WIB

Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026

Strategi rejuvenasi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) meliputi revamp flagship store dan gerai Neka.

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:30 WIB

Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar

Mayoritas analis berdasarkan konsensus Bloomberg masih memandang bullish saham PT Telkom Indonesia Tbk.

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 08 Desember 2025 | 07:07 WIB

Awal Pekan Sambil Menanti Data Ekonomi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar mencermati rilis sejumlah data ekonomi domestik pekan ini. Mulai  penjualan sepeda motor, IKK serta data penjualan ritel bulan Oktober. 

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:45 WIB

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026

Kenaikan kinerja seiring permintaan layanan kesehatan yang terus meningkat dan pertumbuhan kuat dari segmen pasien pribadi.

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed

Rupiah pada awal pekan ini akan dipengaruhi sentimen pasar yang mulai fokus ke keputusan FOMC pada 9-10 Desember 2025. 

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:25 WIB

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berpotensi di bawah 5%                                 

Tata Kelola BPD Dipertanyakan
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Tata Kelola BPD Dipertanyakan

Terbaru, terjadi kasus tindak pidana perbankan di Bank kaltimtara yang melibatkan pimpinan kantor cabang dan kantor wilayah bank ​

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang

Kinerja pembiayaan bank-bank kecil di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 1 semakin melempem.​

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed

Belakangan ini, harga logam mulia bergerak variatif, Harga emas terkoreksi tipis, sementara perak justru mencatat penguatan cukup tinggi. 

INDEKS BERITA