Pasar SUN Mengantisipasi Kenaikan Bunga The Fed Lebih Cepat

Kamis, 13 Januari 2022 | 06:45 WIB
Pasar SUN Mengantisipasi Kenaikan Bunga The Fed Lebih Cepat
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) seri benchmark atawa acuan menurun di awal tahun ini akibat rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). Meski begitu, analis memperkirakan tren penurunan kinerja pasar obligasi akan terbatas.

Rabu (12/1), yield SUN seri acuan tenor 10 tahun FR0091 berada di 6,39%, naik dari 6,30% sepekan  lalu. SUN seri acuan 5 tahun FR0090 juga naik jadi 5,21% dari 5,00% pekan lalu. Kenaikan yield tersebut menunjukkan bahwa harga obligasi terkoreksi.

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengatakan penurunan harga SUN di awal tahun dipengaruhi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap proyeksi kenaikan suku bunga. Kemungkinan besar kebijakan menaikkan suku bunga akan diambil bank sentral global maupun domestik di tahun ini.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengamati pasar obligasi mulai tertekan saat rilis notulensi rapat Federal Open Market Commiittee (FOMC) Desember lalu dirilis. Risalah rapat tersebut menegaskan The Fed akan melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk menahan lonjakan inflasi

Selain itu, penyerapan tenaga kerja AS sudah mulai pulih. "Kondisi tersebut meningkatkan ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan Fed fund rate yang lebih agresif di 2022," kata Ika, Rabu (12/1).

Imbas sentimen tersebut, yield US Treasury juga ikut terkerek naik dan turut mengangkat yield obligasi Indonesia. Tercatat, yield US Treasury berada di 1,73%, naik dari 1,62% dua pekan lalu.

Selain sentimen eksternal, Ika melihat faktor negatif di pekan perdana tahun ini juga berasal dari kekhawatiran pasar terhadap lonjakan kasus Covid-19 secara global dan di Indonesia. Tapi ia memperkirakan tren negatif cuma akan berlanjut dalam jangka pendek, hingga pekan kedua Januari.

Fayadri juga memperkirakan pelemahan harga SUN akan sangat terbatas. Menurut analisa dia, penyesuaian yield atas sentimen pengetatan moneter The Fed sudah mulai terjadi sejak akhir tahun lalu.

Maklum, The Fed sudah jauh-jauh hari mulai memberikan sinyal kuat akan melakukan perubahan kebijakan suku bunga. Alhasil, kenaikan yield atawa penurunan harga SUN tidak akan dalam.

Sementara, dari dalam negeri, pasar obligasi masih menerima dukungan dari likuiditas di pasar yang melimpah, terutama dari perbankan. Likuiditas tinggi akan menjaga harga SUN tetap stabil.

Dalam suasana pasar yang sudah diliputi ekspektasi kenaikan suku bunga, Fayadri mengatakan, SUN tenor pendek hingga menengah akan lebih menarik untuk dijadikan portofolio. Kondisi ini sudah terlihat dari hasil dua kali lelang  SBN di bulan ini.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton
| Selasa, 13 Mei 2025 | 12:18 WIB

Serapan Beras Bulog Sudah Menembus 2 Juta Ton

Adapun pasokan cadagan beras pemerintah yang sudah dikuasai oleh Bulog hingga 9 Mei 2025 sudah tembus 3,6 juta ton. 

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:40 WIB

Integrasi dan Efisiensi Menopang Kinerja Trisula Textile Industries (BELL)

Kontribusi terbesar terhadap penjualan datang dari segmen manufaktur dan retail, yang bersama-sama menyumbang 97% terhadap total penjualan.

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:38 WIB

Profit 29,93% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol Lagi (13 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (13 Mei 2025) 1 gram Rp 1.884.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  29,93% jika menjual hari ini.

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025
| Selasa, 13 Mei 2025 | 08:15 WIB

Ancara Logistics (ALII) Ingin Menggandakan Kinerja di 2025

ALII memproyeksikan profitabilitas dan volume jasa ALII pada tahun ini bisa meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan  tahun 2024.

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:57 WIB

Rebut Pasar yang Ditinggalkan China, DGWG Akan Bangun Pabrik Baru di Cikande

Sejak 1 Juni 2024 pendaftaran produk yang mengandung omethoate, carbosulfan, dan Methomyl di China ditangguhkan dan produksinya dilarang.

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:23 WIB

Indosat (ISAT) Tambah Delapan Kegiatan Usaha, Dari Periklanan Hingga IoT

Rata-rata margin laba bersih tahun 2025-2029 diprediksi meningkat sebesar 22,10% dibanding posisi per akhir tahun 2024.

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:03 WIB

Tren Kenaikan Harga Bitcoin (BTC) Diproyeksi Masih Berlanjut

Belum ada sentimen negatif, harga bitcoin diprediksi masih akan bertahan di kisaran US$ 102.000 hingga US$ 108.000 per btc.

Catur dan Support System
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Catur dan Support System

Pendanaan masih menjadi persoalan klasik di program pembinaan olahraga seperti catur yang merupakan olahraga sejuta umat.

Tarif, Konsumsi dan Sustainability
| Selasa, 13 Mei 2025 | 07:00 WIB

Tarif, Konsumsi dan Sustainability

Esensi dari keberlanjutan atau sustainability sebenarnya sederhana yakni mengurangi yang tidak perlu.

Masih Akumulasi Sejak Awal 2025, Lo Kheng Hong Kembali Beli 2,43 Juta Saham GJTL
| Selasa, 13 Mei 2025 | 06:43 WIB

Masih Akumulasi Sejak Awal 2025, Lo Kheng Hong Kembali Beli 2,43 Juta Saham GJTL

Harga saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) yang dikoleksi Lo Kheng Hong dalam beberapa bulan terakhir mengalami koreksi.

INDEKS BERITA

Terpopuler