KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) seri benchmark atawa acuan menurun di awal tahun ini akibat rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). Meski begitu, analis memperkirakan tren penurunan kinerja pasar obligasi akan terbatas.
Rabu (12/1), yield SUN seri acuan tenor 10 tahun FR0091 berada di 6,39%, naik dari 6,30% sepekan lalu. SUN seri acuan 5 tahun FR0090 juga naik jadi 5,21% dari 5,00% pekan lalu. Kenaikan yield tersebut menunjukkan bahwa harga obligasi terkoreksi.
Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengatakan penurunan harga SUN di awal tahun dipengaruhi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap proyeksi kenaikan suku bunga. Kemungkinan besar kebijakan menaikkan suku bunga akan diambil bank sentral global maupun domestik di tahun ini.
Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengamati pasar obligasi mulai tertekan saat rilis notulensi rapat Federal Open Market Commiittee (FOMC) Desember lalu dirilis. Risalah rapat tersebut menegaskan The Fed akan melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk menahan lonjakan inflasi
Selain itu, penyerapan tenaga kerja AS sudah mulai pulih. "Kondisi tersebut meningkatkan ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan Fed fund rate yang lebih agresif di 2022," kata Ika, Rabu (12/1).
Imbas sentimen tersebut, yield US Treasury juga ikut terkerek naik dan turut mengangkat yield obligasi Indonesia. Tercatat, yield US Treasury berada di 1,73%, naik dari 1,62% dua pekan lalu.
Selain sentimen eksternal, Ika melihat faktor negatif di pekan perdana tahun ini juga berasal dari kekhawatiran pasar terhadap lonjakan kasus Covid-19 secara global dan di Indonesia. Tapi ia memperkirakan tren negatif cuma akan berlanjut dalam jangka pendek, hingga pekan kedua Januari.
Fayadri juga memperkirakan pelemahan harga SUN akan sangat terbatas. Menurut analisa dia, penyesuaian yield atas sentimen pengetatan moneter The Fed sudah mulai terjadi sejak akhir tahun lalu.
Maklum, The Fed sudah jauh-jauh hari mulai memberikan sinyal kuat akan melakukan perubahan kebijakan suku bunga. Alhasil, kenaikan yield atawa penurunan harga SUN tidak akan dalam.
Sementara, dari dalam negeri, pasar obligasi masih menerima dukungan dari likuiditas di pasar yang melimpah, terutama dari perbankan. Likuiditas tinggi akan menjaga harga SUN tetap stabil.
Dalam suasana pasar yang sudah diliputi ekspektasi kenaikan suku bunga, Fayadri mengatakan, SUN tenor pendek hingga menengah akan lebih menarik untuk dijadikan portofolio. Kondisi ini sudah terlihat dari hasil dua kali lelang SBN di bulan ini.