Peluang Penerbitan Obligasi Global di Awal 2019

Kamis, 17 Januari 2019 | 04:35 WIB
Peluang Penerbitan Obligasi Global di Awal 2019
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi global masih memiliki prospek yang menjanjikan pada tahun ini dari segi penerbitan. Kendati begitu, investor tetap dituntut cermat ketika berinvestasi pada instrumen tersebut, baik yang akan diterbitkan pemerintah maupun korporasi.

Seperti yang diketahui, belum lama ini PT Alam Sutera Tbk (ASRI) mendapatkan rating B2 dari Moody’s Investor Service untuk obligasi globalnya. Perusahaan properti ini berniat menerbitkan global bond di Singapura.

Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menilai, peluang penerbitan obligasi global, baik oleh pemerintah maupun korporasi, terbilang positif. Pemicunya, tren penguatan rupiah dan stabilnya yield surat utang global di awal tahun ini.

Alhasil, perusahaan dapat terhindar dari risiko kerugian kurs maupun meningkatnya beban cost of fund dari kupon obligasi global yang diterbitkan. Selain itu, terjaganya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu, khususnya di kuartal IV, membuat persepsi risiko investasi Indonesia di mata investor global cukup positif secara makro. Ini membuat obligasi global dari Indonesia berpotensi ramai diburu oleh investor.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah sepakat, kondisi pasar obligasi di negara emerging market, termasuk Indonesia, cukup kondusif. Investor global pun mulai berani melirik instrumen yang diterbitkan oleh negara berkembang di tengah ancaman resesi negara maju.

Wajar apabila nantinya ada sejumlah perusahaan yang memanfaatkan momen ini untuk menerbitkan obligasi global. “Obligasi global dari Indonesia bisa menjadi instrumen alternatif pengganti US Treasury atau obligasi negara maju lainnya,” ungkap Rio, kemarin.

Tetapi, perusahaan memang dituntut harus bisa memberi tawaran kupon yang lebih atraktif untuk obligasi globalnya. Dalam hal ini, kupon obligasi mesti lebih tinggi dari yield obligasi tempat instrumen tersebut diterbitkan.

Ambil contoh, apabila suatu obligasi global Indonesia terbit di AS. Kemarin, yield US Treasury tenor 5 tahun ini berada di level 2,55%. Dengan demikian, paling tidak obligasi global asal Indonesia dengan tenor serupa harus bisa menawarkan kupon dengan spread 150 bps di atas yield US Treasury.

Hitungan tersebut dengan asumsi peringkat obligasi tersebut bagus. "Mekanismenya sama seperti obligasi lokal. Kalau peringkatnya rendah, maka spread makin lebar,” jelas Rio.

Di sisi lain, Fikri berpendapat, kupon obligasi global korporasi juga mesti menyesuaikan dengan kupon obligasi global pemerintah asal perusahaan penerbit. Sebab, para investor kerap membandingkan perbedaan kupon obligasi global yang diterbitkan korporasi dan pemerintah.

“Apalagi investor juga memandang obligasi global korporasi punya risiko gagal bayar yang lebih besar dari pemerintah,” imbuh Fikri. Terlepas dari itu, secara umum obligasi global bisa menjadi instrumen yang menarik bagi para investor pada tahun ini.

Bagikan

Berita Terbaru

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?

Tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, bisa berimbas pada meningkatkan risk appetite investor atas aset berisiko di emerging markets

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:13 WIB

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025

Volume penjualan semen domestik pada lima bulan pertama tahun 2025 turun 2,1% year on year (YoY) menjadi 22,27 ton.

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:26 WIB

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat

Indonesia akan memiliki pabrik baterai EV pertama pada akhir Juni 2026 ini. Selain China, sejumlah perusahaan lokal terlibat. Ini detailnya.

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 08:22 WIB

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina

PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dalam situs webnya mengaku sebagai partner BRI sejak tahun 2020 dalam pengadaan mesin EDC agen BRILink.

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:21 WIB

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak

Penerimaan pajak semester I-2025 berisiko terkontraksi 35%-40% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:01 WIB

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final

Ditjen Pajak menegaskan bahwa kebijakan PPh final usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak menambah beban pajak baru

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:51 WIB

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO

Secara valuasi, harga saham IPO MERI masih tergolong wajar. Tapi, investor tetap harus mencermati fundamental perusahaan. 

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:50 WIB

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka peluang memperbesar penerbitan surat berharga negara (SBN) pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler