KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pebisnis jasa minyak dan gas (migas) siap melanjutkan perburuan kontrak baru pada semester kedua tahun ini. Mereka masih yakin dengan potensi pertumbuhan bisnis tahun ini.
PT Elnusa Tbk sedang mengikuti tender di luar negeri. Sementara untuk dalam negeri, emiten bersandi saham ELSA yang juga merupakan anggota indeks Kompas100 ini, sedang mengerjakan survei seismik marine pada Blok North Sumatera Offshore bersama dengan sister company di bawah PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Hulu Energi.
Elnusa memang menangani sejumlah survei seismik darat dan laut. Tiga di antaranya di Sumatra, Sulawesi dan Jawa Timur. "Beberapa proyek jasa pengelolaan lapangan minyak, terutama untuk jasa berbasis non aset engineering, procurement and construction (EPC) dan operation and maintenance (OM)," kata Wahyu Irfan, Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk saat dihubungi KONTAN, Kamis (27/6).
Adapun PT Perdana Karya Perkasa Tbk sedang mengikuti empat tender dengan total nilai Rp 230 miliar. Perusahaan berkode saham PKPK di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu yakin mampu memenangkan salah satu proyek.
Untung Haryono, Direktur Independen PT Perdana Karya Perkasa Tbk mengatakan, perolehan kontrak baru bakal secara signifikan mempengaruhi proyeksi kinerja mereka pada 2019. Targetnya tak muluk-muluk yakni lepas dari jerat kerugian.
Informasi saja, tahun lalu Perdana Karya Perkasa menanggung rugi bersih sebesar Rp 3,74 miliar atau turun lebih dari 2,5 kali lipat ketimbang tahun 2017. Namun perlu diketahui, penurunan rugi bersih juga sejalan dengan penurunan pendapatan usaha.
Adapun PT Radiant Utama Interinsco Tbk mengincar kontrak baru sebesar Rp 3,6 triliun. Hingga Mei 2019, perusahaan berkode saham RUIS di BEI tersebut sudah menggenggam Rp 3,3 triliun.
Sofwan Farisyi, Direktur Utama PT Radiant Utama Interinsco Tbk mengatakan, sejumlah indikator makro akan mampu menunjang kinerja perusahaan. Salah satunya proyeksi harga minyak sepanjang tahun ini sebesar US$ 60 hingga US$ 70 per barel.
Chris Apriliony, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas menilai ada peluang pertumbuhan positif pada sektor migas tahun ini. Namun belakangan ini risiko volatilitas harga minyak meningkat. "Perlu efisiensi operasional sehingga profit semakin tinggi dan mengincar blok-blok yang masih dipegang oleh kontraktor luar," kata dia kepada KONTAN, Minggu (30/6).