Pembangunan Jaringan Internet via Satelit Mulai Bergulir Akhir 2019

Sabtu, 04 Mei 2019 | 08:55 WIB
Pembangunan Jaringan Internet via Satelit Mulai Bergulir Akhir 2019
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan konstruksi jaringan internet bagi seluruh masyarakat bakal bergulir di akhir 2019 ini. Pemerintah sudah menunjuk konsorsium sebagai pemenang tender Proyek Satelit Multifungsi (SMF) bertajuk Satelit Republik Indonesia (Satria). Perkongsian tersebut terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.

Proyek bernilai Rp 20,68 triliun itu menggunakan skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), dengan jaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Skema ini mewajibkan badan usaha mengeluarkan dana lebih dulu untuk pendanaan proyek, yang mencakup kegiatan perancangan, konstruksi, peluncuran, pengoperasian, hingga pemeliharaan selama masa konsesi 15 tahun.

Badan usaha akan mendapat pengembalian dana melalui skema ketersediaan layanan alias availibility payment (AP) sepanjang masa konsesi. Nilai AP sebesar Rp 140 miliar per bulan bakal pemerintah bayarkan selama 12 tahun setelah peluncuran Satria. "Jika pemerintah tak membayar, kami yang akan membayarnya," kata Direktur Utama PII Armand Hermawan dalam Penandatangan Perjanjian Kerjasama, Penjaminan, dan Regres Proyek KPBU Satelit Multifungsi, Jumat (3/5).

Satria adalah satelit khusus internet yang akan pemerintah gunakan untuk layanan pendidikan, fasilitas kesehatan, administrasi pertahanan dan keamanan, serta pemerintahan daerah. Satelit ini untuk melayani daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak bisa terjangkau Palapa Ring.

Proyek Satria akan mulai konstruksi pada akhir 2019. Yang membangun adalah perusahaan manufaktur satelit asal Prancis, Thanes Alenia Space. Kalau tidak ada aral melintang, satelit ini selesai dan siap meluncur ke orbit 164 BT pada kuartal II-2022.

Satria menggunakan frekuensi Ka-band dengan teknologi Very High Throughput Satellite berkapasitas 150 gigabyte (GB) per detik. Harapannya, bisa beroperasi pada awal 2023 nanti.

Kendati nilai proyek tersebut sangat tinggi, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara menyatakan, angka itu sudah ekonomis. Sebab, uang itu untuk pembangunan infrastruktur hingga pemeliharaan dalam 15 tahun ke depan, setelah peluncuran satelit. "Efektif, biaya untuk mengirimkan atau menerima 1 megabyte data ini setidaknya hanya maksimal 20% per megabyte dari satelit lain di Indonesia," ujar Rudiantara.

Secara spesifik, pemerintah akan membangun 150.000 titik layanan publik. Perinciannya: 93.400 titik di sektor pendidikan, 3.700 titik di sektor kesehatan, 3.900 titik di sektor politik hukum dan keamanan, 47.900 titik di pemerintah daerah, dan sektor keuangan.

Memang, Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, menyebutkan, masyarakat membutuhkan kapasitas internet yang besar. Namun, pemerintah seharusnya bisa memilih cara-cara yang lebih hemat biaya. Pemerintah bisa hanya menggunakan serat optik, microwave, atau adopsi teknologi nirkabel seperti 4G ataupun 5G. "Satelit memang paling mudah, tapi umurnya tidak lama," ungkap Heru.

Bagikan

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler