Pemerintah Ingin Kawasan Industri di Jawa Beralih Jadi KEK, Pengusaha Menolak

Kamis, 25 Juli 2019 | 07:13 WIB
Pemerintah Ingin Kawasan Industri di Jawa Beralih Jadi KEK, Pengusaha Menolak
[]
Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pengalihan kawasan industri di Pulau Jawa sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kembali bergulir. Rencana ini bahkan sudah dibahas di tingkat kementerian.

Pemerintah membahas hal ini lantaran banyaknya permintaan peralihan kawasan industri di Pulau Jawa menjadi KEK.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut, salah satunya yaitu Singapura yang mengusulkan Kawasan Industri Kendal, menjadi KEK. Namun pemerintah, masih mempelajari usulan tersebut.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga sempat mengusulkan Kawasan Industri Kendal beralih menjadi KEK. Hingga kini, Dewan Nasional KEK masih mengevaluasi usulan tersebut sebelum direkomendasikan ke Presiden nanti.

Meskipun demikian, usulan ini menuai polemik berbagai pihak. Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar meminta agar usulan tersebut dikembalikan kepada Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Sesuai UU tersebut kata Sanny, pembentukan KEK ditujukan untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru. Selain itu, "Kita harus melindungi kawasan-kawasan industri yang ada di luar Pulau Jawa," katanya kepada KONTAN, Rabu (24/7).

Tak perlu jadi KEK

Sanny optimistis, kawasan industri di sejumlah daerah juga bisa berkembang dengan pesat tanpa harus beralih menjadi KEK. Misalnya saja, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah dan kawasan pariwisata Batu, Malang, Jawa Timur.

Kawasan tersebut justru bertolak belakang dengan sejumlah KEK, seperti KEK Palu yang kontribusinya masih rendah. Selain itu, KEK Tanjung Api-api dan KEK Sorong hingga kini masih dalam tahap pembangunan.

"Selama teknologi bagus, dukungan finansial bagus, pemerintah daerah mendukung, ya jadi," tambah Sanny.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemkeu) juga keberatan dengan usulan itu. "Kalau KEK di Pulau Jawa, akan merugikan. Karena Jawa sudah banyak fasilitasnya sehingga tidak perlu KEK," kata salah seorang petinggi di Ditjen Bea dan Cukai yang enggan disebutkan namanya.

Pasalnya selama ini Ditjen Bea dan Cukai juga telah membangun iklim investasi melalui fasilitas Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE) dan Kawasan Berikat (KB). Jika pemerintah membangun KEK di Pulau Jawa maka upaya Ditjen Bea dan Cukai akan sia-sia.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi sepakat dan mengingatkan dampak pengalihan kawasan industri menjadi KEK akan menambah ketimpangan antara Pulau jawa dan luar Jawa.

Investor dan pengusaha tentu tertarik menanamkan modalnya di lokasi yang telah memiliki infrastruktur dan industri yang kuat seperti di Jawa.

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja Lonsum Moncer Per September 2025, Analis Kerek Target Harga Saham LSIP
| Rabu, 05 November 2025 | 08:05 WIB

Kinerja Lonsum Moncer Per September 2025, Analis Kerek Target Harga Saham LSIP

Meski produksi TBS inti turun, pasokan TBS eksternal mendongkrak produksi CPO PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Kinerja Ekspor Kakao Terancam Melandai
| Rabu, 05 November 2025 | 08:00 WIB

Kinerja Ekspor Kakao Terancam Melandai

Menurut Dekaindo, Penurunan HR dan HPE biji kakao saat ini terjadi seiring penurunan harga di pasar global

Upaya Menjaring Dana Asing
| Rabu, 05 November 2025 | 07:56 WIB

Upaya Menjaring Dana Asing

Menakar potensi tiga indeks co-branded Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama S&P Dow Jones Indices LLC (SPDJI) Amerika Serikat.

Anggaran Program Bahasa Mencapai Rp 12 Triliun
| Rabu, 05 November 2025 | 07:48 WIB

Anggaran Program Bahasa Mencapai Rp 12 Triliun

Program ini akan menyasar lulusan SMA/SMK sederajat yang mau bekerja di luar negeri dengan keahlian pengelasan, perawatan lansia , dan perhotelan

Pendapatan Anjlok 12,5%, Laba ABMM Turun Dua Digit Per Kuartal III-2025
| Rabu, 05 November 2025 | 07:48 WIB

Pendapatan Anjlok 12,5%, Laba ABMM Turun Dua Digit Per Kuartal III-2025

PT ABM Investama Tbk (ABMM) mencatat penurunan kinerja keuangan untuk periode yang berakhir 30 September 2025.

Superior Prima Sukses (BLES) Cetak Pendapatan Rp 1,07 Triliun
| Rabu, 05 November 2025 | 07:45 WIB

Superior Prima Sukses (BLES) Cetak Pendapatan Rp 1,07 Triliun

Pertumbuhan penjualan BLES ikut terdongkrak oleh ekspansi pabrik kelima di Banjarnegara, Jawa Tengah, yang telah beroperasi pada Juli 2025.

Harga Nikel Melorot, Laba Emiten Tetap Berotot
| Rabu, 05 November 2025 | 07:43 WIB

Harga Nikel Melorot, Laba Emiten Tetap Berotot

Permintaan nikel tetap tinggi, terutama dari sektor industri kendaraan listrik dan industri baja. ​Sentimen ini ikut memacu kinerja emiten nikel.

BP Tapera Siapkan Aturan Baru Pembiayaan Rumah
| Rabu, 05 November 2025 | 07:43 WIB

BP Tapera Siapkan Aturan Baru Pembiayaan Rumah

Konsep CSH ini masih dalam tahap koordinasi. BP Tapera  tengah menjalankan prototipe konsep tersebut yang berlaku di beberapa negara

Grab Luncurkan Layanan Premium ke Bandara
| Rabu, 05 November 2025 | 07:39 WIB

Grab Luncurkan Layanan Premium ke Bandara

Program bertajuk Jaminan On Time Kejar Pesawat tersebut menjadi yang pertama di Indonesia, menyasar peningkatan permintaan perjalanan ke bandara

Lini Bisnis Perhotelan Menopang Kinerja HAJJ
| Rabu, 05 November 2025 | 07:34 WIB

Lini Bisnis Perhotelan Menopang Kinerja HAJJ

Hotel tetap menjadi kebutuhan utama seluruh jemaah, baik yang berangkat melalui biro perjalanan maupun mandiri, sehingga permintaan  stabil.

INDEKS BERITA

Terpopuler