KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan mendorong investor swasta untuk ikut berbisnis avtur di bandara. Selama ini hanya PT Pertamina yang menjual avtur di bandara Indonesia.
Skema penjualan avtur di bandara yang monopolistis itu diduga turut menjadi penyebab harga avtur di Indonesia lebih mahal ketimbang negara tetangga. Harga avtur yang tinggi inilah yang jadi alasan maskapai penerbangan menjual tiket dengan harga mahal.
Catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga kontrak avtur periode November 2018 di Bandara Cengkareng sebesar 107,7% dibandingkan dengan Mean of Platts Singapore (MOPS). Di Kuala Lumpur, harga avtur hanya 103,5% MOPS dan di Singapura 102,1% MOPS.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, butuh kehadiran pihak swasta sebagai pemasok avtur di Indonesia. "Sama seperti penjualan bahan bakar minyak (BBM), pelat merah (Pertamina) juga ada pesaingnya," jelas JK, sapaan akrabnya, usai memimpin rapat di Kantor Wakil Presiden, Selasa (12/2).
Namun, penjualan avtur, perlu fasilitas khusus di bandara yang perlu miliki oleh penjual avtur. "Kalau mobil ada alternatif, bandara semestinya bisa tetapi harus investasi di bandara," terang JK.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan pemerintah akan mengatasi kesulitan masuknya industri penjual avtur di Indonesia. "Nanti dicari jalan keluarnya, kami akan mencoba yang lain yang jual bukan cuma Pertamina," jelas Luhut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan, akan kaji formula perpajakan avtur. Saat ini, harga avtur yang diterima oleh maskapai domestik belum termasuk perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dan Pajak Penghasilan (PPh) 0,3% untuk penerbangan domestik. "Kalau itu sifatnya level playing fields kami bersedia untuk membandingkan dengan negara lain. Kalau treatment PPN itu sama, kita akan berlakukan sama," jelas Sri Mulyani.