Pemilu Dihelat, Pasar Obligasi Masih Aman

Senin, 18 Februari 2019 | 09:29 WIB
Pemilu Dihelat, Pasar Obligasi Masih Aman
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) serentak semakin dekat. Walau bukan sebagai risiko utama, agenda politik ini dinilai tetap memberi dampak terhadap kondisi pasar obligasi Indonesia.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan, pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia di tahun pemilu, baik 2019, 2014 atau 2009, memiliki kondisi yang mirip. Dalam hal ini, setahun sebelum pemilu berlangsung, pasar sempat mengalami gejolak berskala global.

Namun, jika berkaca pada dua pemilu terakhir, pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder justru bergerak stabil dan cenderung turun.

Ambil contoh pemilu 2014. Berdasarkan pergerakan kurva yield yang dicatat IBPA, yield SUN 10 tahun berada di kisaran 8,4% per 31 Agustus 2013. Tak lama setelah pemilihan presiden digelar, yield acuan turun ke area 8%. Kemudian, per 31 Desember 2014, kembali turun ke 7,5%.

Ini membuat pemilu dipandang bukan sebagai risiko tambahan. "Saat tahun pemilu para investor cenderung meminta yield yang lebih rendah dibandingkan di akhir tahun sebelumnya," ungkap Wahyu kepada KONTAN.

Analis IBPA Roby Rushandie menambahkan, risiko politik di Indonesia memang akan meningkat namun masih dalam kategori aman.

Lihat saja outlook risiko politik 2019 yang dirilis oleh Standard Chartered. Dari data tersebut, risiko politik di Indonesia masih dalam kategori medium. Beda dengan India masuk level high ketika pemilu berlangsung pada April Mei mendatang.

Investor asing pun tidak menjadikan pemilu sebagai sentimen utama ketika berinvestasi di pasar keuangan Indonesia. "Fokusnya tetap tertuju pada isu-isu berskala global, salah satunya kelanjutan perang dagang antara AS dan China," lanjut Roby.

Namun, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah bilang, pasar SBN tetap berpotensi fluktuatif seusai pemilu. Karena bentuk reaksi pasar terhadap hasil pemilu.

Berbeda dengan pasar SBN, kehadiran pemilu secara historis cukup mempengaruhi pasar obligasi korporasi. Wahyu menyebut, pergerakan yield obligasi korporasi cenderung terbatas walau secara umum tetap mengikuti arah pergerakan yield SUN.

Di sisi lain, penerbitannya justru terhambat. Di 2014, IBPA mencatat penerbitan obligasi korporasi hanya Rp 47,57 triliun. Padahal, di 2013 mencapai Rp 58,56 trilun. Ini disebabkan sejumlah emiten memutuskan untuk wait and see hasil pemilu.

Rio juga bilang, potensi penurunan penerbitan obligasi korporasi juga bisa terjadi kendati proses pemilu 2019 lebih cepat lantaran dilaksanakan secara serentak.

Kendati demikian, peluang investasi obligasi ketika memasuki tahun pemilu tetap besar. Rio berpendapat, investor bisa memanfaatkan waktu sebelum pemilu untuk membeli obligasi. Hal ini untuk mengantisipasi risiko volatilitas akibat reaksi para pelaku pasar atas hasil pemilu.

Bagikan

Berita Terbaru

PTPP Kembali Digugat PKPU, Kali Ini Oleh Dua Perusahaan Konstruksi di Tangerang
| Jumat, 05 September 2025 | 09:20 WIB

PTPP Kembali Digugat PKPU, Kali Ini Oleh Dua Perusahaan Konstruksi di Tangerang

Kas dan setara kas PTPP turun hingga 41% YoY dari Rp 4,32 triliun di semester I-2024 menjadi Rp 2,54 triliun di semester I-2025.

CEO BRI Ventures Jadi Tersangka, Terseret Kasus Dugaan Korupsi Investasi TaniHub
| Jumat, 05 September 2025 | 09:02 WIB

CEO BRI Ventures Jadi Tersangka, Terseret Kasus Dugaan Korupsi Investasi TaniHub

Penyidik Kejaksaan Agung telah menyita beberapa bukti elektronik berupa handphone dan menyita empat bidang tanah di Jabodetabek dan Bandung.

Volatilitas Saham TAYS Tak Didukung Sentimen Fundamental, Investor Kudu Hati-Hati
| Jumat, 05 September 2025 | 08:33 WIB

Volatilitas Saham TAYS Tak Didukung Sentimen Fundamental, Investor Kudu Hati-Hati

Saham TAYS mulai bergerak naik sejak 12 Agustus 2025 ketika harganya mulai beranjak dari gocap ke Rp 52.

BNBR Bakal Jadi 100% Pengendali Cimanggis Cibitung Tollways, Pendapatan Naik 25%
| Jumat, 05 September 2025 | 08:16 WIB

BNBR Bakal Jadi 100% Pengendali Cimanggis Cibitung Tollways, Pendapatan Naik 25%

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akan membiayai akuisisi 90% saham PT Cimanggis Cibitung Tollways lewat utang.

Pamor KPR Syariah Tak Redup Meski Bunga Acuan Menguncup
| Jumat, 05 September 2025 | 04:45 WIB

Pamor KPR Syariah Tak Redup Meski Bunga Acuan Menguncup

kebijakan bank konvensional yang masih enggan menurunkan bunga kreditnya membuat bisnis KPRsyariah belum kehilangan pamor.

Aset Dapen Masih Bisa Mengembang Meski Kondisi Menantang
| Jumat, 05 September 2025 | 04:15 WIB

Aset Dapen Masih Bisa Mengembang Meski Kondisi Menantang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, industri dapen sukarela mengelola aset Rp 392,56 triliun per Juli 2025, alias meningkat 4,66%.

Likuiditas Kuat, Potensi Saham BBNI Masih Cukup Baik
| Jumat, 05 September 2025 | 04:00 WIB

Likuiditas Kuat, Potensi Saham BBNI Masih Cukup Baik

Target NIM PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang semula dipasang 4,0%–4,2%, diturunkan menjadi 3,8%.

Kinerja Semester II SMBR Bakal Terkerek Kenaikan Permintaan di Pasar Sumatra
| Kamis, 04 September 2025 | 17:13 WIB

Kinerja Semester II SMBR Bakal Terkerek Kenaikan Permintaan di Pasar Sumatra

Untuk menjaga momentum, strategi utama yang ditempuh SMBR adalah melakukan efisiensi biaya melalui konsolidasi logistik bersama SIG​.

Berupaya Perbaiki Kinerja, Begini Rekomendasi Saham Krakatau Steel (KRAS)
| Kamis, 04 September 2025 | 12:00 WIB

Berupaya Perbaiki Kinerja, Begini Rekomendasi Saham Krakatau Steel (KRAS)

Dengan utilisasi yang lebih tinggi, efisiensi produksi diproyeksikan meningkat signifikan, sehingga mendorong kenaikan penjualan.

Cadangan Devisa Bank Sentral Dunia Berbentuk Emas Cetak Rekor, Melampaui US Treasury
| Kamis, 04 September 2025 | 10:03 WIB

Cadangan Devisa Bank Sentral Dunia Berbentuk Emas Cetak Rekor, Melampaui US Treasury

Hingga beberapa bulan mendatang, hampir seluruh bank sentral di dunia menyebut akan menambah cadangan emasnya.

INDEKS BERITA