KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan eceran tumbuh kian lambat. Hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) sepanjang April 2019 tumbuh 6,7% secara tahunan (yoy). Tapi, pertumbuhan indeks lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 10,1%.
Bank sentral mencatat, IPR April 2019 sebesar 229,3. Meski turun dari bulan sebelumnya, pertumbuhan indeks masih lebih baik dibanding April 2018 yang hanya tumbuh 4,1% yoy. "Penurunan pertumbuhan penjualan eceran terjadi pada semua kelompok," terang BI dalam Survei Penjualan Eceran April 2019 yang terbit, Jumat (14/6).
Kecuali, kelompok suku cadang dan aksesori yang tumbuh mencapai 25,8% yoy, kelompok sandang tumbuh sebesar 22,8%, serta kelompok perlengkapan rumahtangga lainnya tumbuh 10,5%.
Penurunan terbesar terjadi pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang merosot 7,9% dan bahan bakar kendaraan bermotor yang menurun tipis 0,1%.
Tapi, BI memprediksikan, data penjualan eceran akan kembali menunjukkan peningkatan pada Mei nanti. Mereka memperkirakan, pertumbuhan IPR mencapai 9% (yoy),
sejalan dengan kenaikan permintaan selama bulan puasa. Proyeksi tersebut bahkan lebih tinggi dari realisasi penjualan Mei 2018 yang hanya tumbuh 8,3% yoy. "Peningkatan tersebut ditopang oleh penjualan kelompok barang budaya dan rekreasi, kelompok suku cadang dan aksesori, kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta subkelompok sandang," ungkap BI.
Sentimen Lebaran
Hanya, hasil survei BI mengindikasikan tekanan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang. Itu berarti, harga pada Juli 2019 akan menurun. Indikasi tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan ke depan sebesar 160,5. Angkanya menurun dari IHE pada bulan sebelumnya sebesar 174,6.
Meski begitu, responden memperkirakan, penjualan eceran untuk tiga bulan mendatang justru turun. Ini tergambar dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) tiga bulan mendatang sebesar 143,0, lebih rendah dibanding 154,9 pada bulan sebelumnya. Penyebab penurunan penjualan tersebut adalah normalisasi permintaan pasca Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Menurut Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), penjualan ritel sepanjang paruh pertama tahun ini secara keseluruhan sebenarnya cukup bagus. Sentimen bulan puasa dan Lebaran masih menjadi penyokong utama bagi penjualan ritel di semester pertama ini.
Kendati demikian,
Tutum berharap, kondisi politik di tanah air terkait pemilihan presiden (pilpres) yang memanas bisa kembali adem. Dia menyatakan, situasi politik yang tidak stabil menghambat penjualan ritel.