Perbankan Menyerbu Obligasi Korporasi

Rabu, 27 Oktober 2021 | 05:05 WIB
Perbankan Menyerbu Obligasi Korporasi
[ILUSTRASI. Obligasi Jatuh Tempo ---- Aktivitas di Mandiri Sekuritas Jakarta, Rabu (19/7).. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/19/07/2017]
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit perbankan terus mengalami tren perbaikan, meskipun lajunya belum begitu kencang. Pertumbuhan kredit per September sebesar 2,21% masih ditopang oleh segmen konsumer. 

Masih belum menggeliatnya permintaan kredit di segmen komersial dan korporasi mendorong perbankan mencari alternatif untuk menjalankan fungsi intermediasi. Salah satunya  menempatkan  dana pada obligasi korporasi. 

Bank Central Asia (BCA) misalnya, mengganggap, penempatan dana pada obligasi korporasi sebagai bagian dari kredit korporasi. "Masih beratnya upaya mendorong kredit, ada satu pilihan baru saat ini dengan masuk ke corporate bond. Buat BCA itu merupakan bagian dari kredit korporasi. Mengingat obligasi tersebut mereka gunakan untuk bisnis," jelas Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, Kamis (21/10).

Jahja bilang, BCA masuk ke obligasi korporasi di beberapa sektor tertentu seperti Petrochemical, pulp and paper, serta crude plam oil (CPO). Ke depan, sektor-sektor ini masih menjadi target BCA melakukan penempatan dana pada obligasi korporasi. 

Sementara Direktur Keuangan BCA, Vera Eve Lim mengatakan, obligasi korporasi merupakan alternatif mendukung sektor bisnis di luar kredit. Dengan menempatkan dana di obligasi, bank terafiliasi Grup Djarum ini berharap bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional. 

Kepada KONTAN, Selasa (26/10), Vera mengatakan, portofolio kredit dan obligasi korporasi per September  2021 mencapai Rp 630,2 triliun atau meningkat 4,5% secara year on year (yoy). Khusus penempatan pada obligasi korporasi mencapai Rp 24,3 triliun atau tumbuh 16,1% yoy. Sedangkan total krdit BCA tumbuh 4,1% menjadi Rp 605,9 triliun. 

Bank BNI juga banyak melakukan penempatan dana pada obligasi korporasi sebagai salah satu upaya intermediasi bank. Bank BUMN ini melihat yield obligasi korporasi lebih  atraktif dibandingkan penempatan dana pada Surat Berharga Negara (SBN)

Selain yield lebih menarik, Novita Anggraini, Direktur Keuangan BNI mengatakan, penempatan pada obligasi korporasi juga dapat dihitung sebagai salah satu komponen pembiayaan dalam Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) yang ditetapkan Bank Indonesia (BI).

BNI memproyeksikan adanya penambahan obligasi korporasi sehingga portfolio marketable securities BNI tumbuh 5%-10% yoy tahun ini dengan tetap memperhatikan rating issuer yang sesuai risk appetite BNI. "Saat ini portfolio obligasi korporasi BNI didominasi sektor lembaga dan jasa keuangan," kata Novita. 

Ke depan, BNI memperkirakan, penempatan pada obligasi korporasi  masih akan tumbuh didukung oleh likuiditas pasar yang likuid dan mulai pulihnya perekonomian. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, BNI telah meraup pendapatan marketable securities sebesar Rp 1,59 triliun atau tumbuh 54,4%.

Sedangkan  Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan penempatan obligasi korporasi sebesar Rp 14 triliun hingga September 2021. Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto mengatakan, alokasi sektoral alam penempatan dana itu berdasarkan pada perkembangan  kondisi ekonomi dan dampaknya terhadap masing-masing sektor industri. 

Bank yang mayoritas kreditnya ke UMKM itu memperkirakan, penempatan pada obligasi korporasi sampai akhir tahun masih akan meningkat.  Sejalan kondisi pasar, likuiditas bank, serta kondisi makro ekonomi.
 

Bagikan

Berita Terbaru

Saham-Saham Cepek Unjuk Gigi, dari OASA, BKSL Hingga BUMI, Ada yang bisa Dicermati?
| Selasa, 17 Juni 2025 | 09:47 WIB

Saham-Saham Cepek Unjuk Gigi, dari OASA, BKSL Hingga BUMI, Ada yang bisa Dicermati?

Beberapa saham cepek mengalami kenaikan harga yang diiringi dengan kenaikan volume transaksi yang signifikan. 

Indonesia dan Singapura Perkuat Enam Kerja Sama
| Selasa, 17 Juni 2025 | 09:07 WIB

Indonesia dan Singapura Perkuat Enam Kerja Sama

Kerja sama ini ditegaskan dalam pertemuan tingkat menteri The 15th Indonesia-Singapore Six Bilateral Economic Working Groups Ministerial Meeting

BI Diramal Tahan Lagi Suku Bunga
| Selasa, 17 Juni 2025 | 09:01 WIB

BI Diramal Tahan Lagi Suku Bunga

Bank Indonesia mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni mulai Selasa (17/6) hingga Rabu (18/6) besok

Menghadang Dampak Ekonomi Perang Iran-Israel
| Selasa, 17 Juni 2025 | 08:53 WIB

Menghadang Dampak Ekonomi Perang Iran-Israel

Konflik Iran dan Israel menambah tekanan terhadap perekonomian Indonesia dari sisi harga minyak dan rupiah

Laba Bersih Mei Positif, Capital Group Hingga JP Morgan Profit Taking Saham BBCA
| Selasa, 17 Juni 2025 | 08:49 WIB

Laba Bersih Mei Positif, Capital Group Hingga JP Morgan Profit Taking Saham BBCA

Pada Mei 2025 BBCA mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp 5 triliun atau tumbuh 12% year on year (YoY).

Profit 33,48% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun Dalam (17 Juni 2025)
| Selasa, 17 Juni 2025 | 08:46 WIB

Profit 33,48% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun Dalam (17 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (17 Juni 2025) 1.950.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,48% jika menjual hari ini.

Harga Melesat Hingga Terkena UMA dan Suspensi, Manajemen MGLV: Tak Ada Aksi Korporasi
| Selasa, 17 Juni 2025 | 08:10 WIB

Harga Melesat Hingga Terkena UMA dan Suspensi, Manajemen MGLV: Tak Ada Aksi Korporasi

MGLV belum merilis tiga laporan keuangan, yaitu laporan keuangan kuartal III-2024, setahun penuh 2024, dan kuartal I-2025. 

Bursa Mengkaji Ulang Jam Perdagangan Saham
| Selasa, 17 Juni 2025 | 07:36 WIB

Bursa Mengkaji Ulang Jam Perdagangan Saham

Otoritas bursa kembali memunculkan wacana penyesuaian jam perdagangan, dengan alasan supaya tidak tertinggal dengan bursa lainnya.

MEDC Mencatat Lifting Minyak Perdana dari Lapangan Forel
| Selasa, 17 Juni 2025 | 07:33 WIB

MEDC Mencatat Lifting Minyak Perdana dari Lapangan Forel

Produksi dari lapangan telah mencapai 10.000 barel minyak per hari (BOPD) dan ditampung di FPSO Marlin Natuna 

Menimbang Rotasi ke Sektor Saham Unggulan
| Selasa, 17 Juni 2025 | 07:30 WIB

Menimbang Rotasi ke Sektor Saham Unggulan

Ketidakpastian tarif dagang dan memanasnya tensi geopolitik membuat pelaku pasar mulai menyesuaikan kembali portofolio sahamnya.

INDEKS BERITA

Terpopuler