KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan semakin berlomba menggenjot dana murah alias giro dan tabungan guna menekan biaya dana alias cost of fund (CoF). Alhasil, persaingan perebutan dana di pasar menjadi semakin sengit.
Sejumlah bank mengakui kalau pada kuartal dua 2019 ini rasio biaya dana cenderung mengalami peningkatan dibandingkan awal tahun. Ambil contoh, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim), yang menyebutkan per April 2019 posisi biaya dana meningkat sebesar 5,96% dibandingkan April 2018.
Kendati biaya dana meningkat, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menerangkan, rasio dana murah alias current account saving account (CASA) pada bulan April 2019 meningkat. "CASA per April 2019 menjadi 70,88% dibandingkan dengan April 2018 sebesar 70,33%," kata dia, pekan lalu.
Bank Jatim berencana menggenjot pertumbuhan CASA melalui peningkatan dana tabungan. Walau tidak memasang target, menurut Ferdian, porsi tabungan terhadap DPK sudah mencapai 29,57% pada bulan April 2019. Angka tersebut sudah sejalan dengan ekspektasi bank pembangunan daerah tersebut.
Berbeda dengan Bank Jatim, Bank CIMB Niaga menyatakan posisi biaya dana masih sejalan dengan target alias stabil dibandingkan periode awal tahun. Meski begitu, Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan secara singkat mengatakan bahwa ada potensi biaya dana bakal meningkat di pertengahan tahun 2019. "Saat ini biaya dana tidak terlalu berubah, rasio kami CASA juga masih terjaga di 55%," terangnya.
Lani mengatakan sampai akhir tahun pihaknya akan menjaga rasio biaya dana tetap stabil.
Sementara Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, di industri perbankan kenaikan biaya dana sangat bergantung pada tingkat rata-rata suku bunga dana di pasar.
Menurutnya, saat ini suku bunga dana cenderung meningkat dibandingkan dengan periode awal tahun. Hal ini menandakan adanya potensi peningkatan biaya dana di pasar termasuk OCBC NISP.
Walau tidak merinci besaran biaya dana saat ini, Parwati menegaskan, porsi CASA masih terjaga di kisaran 37%. Dengan begitu, tingkat biaya dana OCBC NISP masih dapat terjaga stabil. Total DPK OCBC NISP per April 2019 tercatat mencapai Rp 124,33 triliun, relatif stagnan dibandingkan tahun lalu.