Performa Bumi Serpong Damai (BSDE) terjegal laju dollar

Rabu, 14 November 2018 | 09:43 WIB
Performa Bumi Serpong Damai (BSDE) terjegal laju dollar
[ILUSTRASI. Bumi Serpong Damai BSDE]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) belum lepas dari penurunan kinerja, kendati hasil penjualan pemasaran mulai tumbuh. Laporan keuangan triwulan III-2018 BSDE menunjukkan, pendapatan emiten ini turun 18,9% year on year (yoy). Laba bersih bahkan turun 73,9% yoy.

Research Analyst MNC Sekuritas Rudy Setiawan menilai, rugi selisih kurs yang besar menggerus kinerja BSDE. Per September 2018, rugi kurs mencapai Rp 404 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, rugi kurs hanya sebesar Rp 48 miliar. "Hal ini dipengaruhi depresiasi rupiah," papar dia, Selasa (13/11).
 
Performa BSDE juga loyo akibat besarnya beban bunga. Kuartal III-2018, beban bunga naik menjadi Rp 651,01 miliar dibanding dengan Rp 406,47 miliar di kuartal III-2017.
 
Terlepas dari itu, pendapatan pra penjualan atau marketing sales BSDE sejatinya mulai membaik. Emiten ini mencetak marketing sales Rp 5,38 triliun di kuartal III-2018, naik 12% yoy. Kenaikan ini didukung oleh penjualan segmen residensial.
 
Menurut Rudy, kebijakan relaksasi loan to value (LTV) dan perubahan regulasi perpajakan di sektor properti juga mendorong marketing sales emiten ini.
 
Analis IndoPremier Sekuritas, Joey Faustian menulis dalam risetnya, marketing sales BSDE telah mencapai 75% dari target tahun ini, yakni Rp 7,2 triliun.
 
Beban rugi kurs
 
Joey menilai, BSDE masih sulit lepas dari tekanan rugi kurs dan beban bunga. Apalagi, sampai kuartal tiga lalu, BSDE memiliki utang berdenominasi dollar AS sebesar US$ 795 juta.
 
Emiten ini pun tidak mengambil opsi hedging, sehingga risiko kerugian kurs bisa berlanjut. "Kami memperkirakan rugi kurs BSDE bertambah menjadi Rp 550 miliar di akhir tahun ini," jelas Joey.
 
Di sisi lain, kata Rudy, efisiensi bukan strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja keuangan. Strategi ini justru mempengaruhi kemampuan BSDE mengejar target penjualan. Sebab, efisiensi akan menekan biaya promosi.
 
Padahal, BSDE masih harus mengejar target marketing sales yang tersisa 25% lagi. Berhasil tidaknya BSDE mencapai target marketing sales yang ditetapkan akan mempengaruhi kinerja pengembang kota mandiri Bumi Serpong Damai ini tahun depan.
 
Apalagi, BSDE perlu mewaspadai agenda politik di 2019, yang berpotensi berdampak negatif bagi sektor properti. Masyarakat cenderung wait and see membeli properti untuk investasi di tahun politik.
 
Joey memperkirakan, pendapatan BSDE berpotensi turun 21,37% menjadi Rp 8,13 triliun. Sedang laba bersih berpotensi merosot 56,09% menjadi Rp 2,16 triliun pada akhir tahun ini.
 
Meski begitu, analis UOB Kay Hian Edward Lubis masih optimistis, BSDE bisa mencapai target marketing sales tahun ini. Secara historis, pendapatan pra penjualan emiten ini solid di kuartal IV. Di periode 2015–2017, marketing sales di kuartal IV berkontribusi 32%–35% terhadap realisasi kinerja tahun tersebut.
 
Dus, analis masih kompak merekomendasikan beli BSDE. Rudy memasang target harga Rp 1.560. Edward dan Joey mematok target harga masing-masing Rp 1.550 dan Rp 1.500 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

INDEKS BERITA

Terpopuler