Pergerakan Rupiah(23/2) Menguat, Ini Hanya Sentimen Sesaat

Jumat, 24 Februari 2023 | 04:20 WIB
Pergerakan Rupiah(23/2)  Menguat, Ini Hanya Sentimen Sesaat
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berhasil menguat pada Kamis (23/2). Investor mengantisipasi rilis data ekonomi Amerika Serikat yang diperkirakan lebih buruk. 

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong menjelaskan, rupiah menguat tipis menantikan data inflasi personal consumption expenditures (PCE). Tapi, Lukman memperkirakan, penguatan rupiah tidak berlangsung lama. Rupiah cenderung akan bergerak mendatar cenderung melemah terbatas karena absennya data domestik.

Baca Juga: The Fed Berpotensi Lanjutkan Sikap Hawkish Untuk Mengejar Target Penurunan Inflasi

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut, pangkal dari pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih soal kebijakan suku bunga The Fed. Dia memprediksikan, posisi rupiah masih akan berada di Rp 15.000 - Rp 15.200 dalam jangka pendek. "Perubahan kebijakan akan menimbulkan capital flight dan juga pelemahan perekonomian global," ujar dia. 

Jumat (24/2), Reny memperkirakan, rupiah akan bergerak di Rp 15.150 - Rp 15.245. Sedangkan, Lukman memproyeksikan, rupiah di Rp 15.150 - Rp 15.250.

Rupiah di pasar spot menguat 0,05% ke Rp 15.192, Kamis (22/2). Dan berdasarkan kurs rupiah Jisdor menguat 0,2% ke Rp Rp 15.187. 
 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

IHSG Melonjak 4,79%, Saham-Saham Big Cap Terbang Lebih Tinggi
| Jumat, 11 April 2025 | 04:55 WIB

IHSG Melonjak 4,79%, Saham-Saham Big Cap Terbang Lebih Tinggi

Kamis (10/4), IHSG melonjak 4,79% atau 286,04 poin ke 6.254,02 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pemain Paylater Masih Sulit Ekspansi ke Luar Jawa
| Jumat, 11 April 2025 | 04:55 WIB

Pemain Paylater Masih Sulit Ekspansi ke Luar Jawa

Penetrasi pasar paylater masih terkendala untuk bisa menyebar ke berbagai daerah di Indonesia karena sejumlah tantangan. 

Korporasi Dibayangi Risiko Gagal Bayar, Imbas Perang Dagang
| Kamis, 10 April 2025 | 22:40 WIB

Korporasi Dibayangi Risiko Gagal Bayar, Imbas Perang Dagang

Moody's Ratings memprediksi tingkat gagal bayar korporasi global dapat melampaui 8% dalam skenario terburuk. 

Bak Senjata Makan Tuan, Perang Dagang bisa Bikin Hegemoni Ekonomi AS Terkikis
| Kamis, 10 April 2025 | 22:17 WIB

Bak Senjata Makan Tuan, Perang Dagang bisa Bikin Hegemoni Ekonomi AS Terkikis

Blok dagang seperti BRICS atau RCEP bisa menggantikan posisi dominan institusi multilateral seperti G7 dan WTO.

Bisnisnya Masih Menguntungkan, Ekspansi Gerai Alfamart dan Indomaret Terus Berlanjut
| Kamis, 10 April 2025 | 16:50 WIB

Bisnisnya Masih Menguntungkan, Ekspansi Gerai Alfamart dan Indomaret Terus Berlanjut

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menargetkan pembukaan 800 hingga 1.000 gerai baru pada tahun 2025.

Profit 29,86% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Meroket ke Langit (10 April 2025)
| Kamis, 10 April 2025 | 09:56 WIB

Profit 29,86% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Meroket ke Langit (10 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (10 April 2025) ukuran 1 gram Rp 1.846.000. Pembeli setahun lalu bisa untung 29,86% jika menjual hari ini.

Penyaluran Bansos Kuartal I-2025 Capai Rp 18,64 T
| Kamis, 10 April 2025 | 09:00 WIB

Penyaluran Bansos Kuartal I-2025 Capai Rp 18,64 T

Realisasi penyaluran bantuan sosial hingga kuartal I-2025 mencapai 24,95% dari pagu anggaran Rp 74,76 triliun.​

Pebisnis Menyoroti Pelonggaran TKDN
| Kamis, 10 April 2025 | 08:54 WIB

Pebisnis Menyoroti Pelonggaran TKDN

"Perusahaan lokal mungkin akan kurang termotivasi untuk berinvestasi dalam inovasi dan pengembangan produk mereka," kata Soegiharto.

Perusahaan Konstruksi Memitigasi Risiko Kurs
| Kamis, 10 April 2025 | 08:48 WIB

Perusahaan Konstruksi Memitigasi Risiko Kurs

Perusahaan konstruksi pun mulai melakukan mitigasi terhadap dampak gejolak ekonomi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Inalum Tidak Terpengaruh Efek Tarif Trump
| Kamis, 10 April 2025 | 08:38 WIB

Inalum Tidak Terpengaruh Efek Tarif Trump

Kinerja Inalum tak terlalu dipengaruhi tarif-tarif tersebut karena volume produksi aluminium masih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan lokal

INDEKS BERITA

Terpopuler