Perlu Kontribusi Produktivitas Demi Mencapai Target Ekonomi 8%

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut perlu tindakan ekstra untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. BI menyebut, kontribusi produktivitas alias total factor productivity (TFP) terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia harus naik tiga kali lipat jadi rerata 3,61% selama 2025-2029.
TFP adalah faktor utama yang menentukan seberapa efisien suatu negara dalam mengonversi input produksi menjadi output ekonomi. Adapun TFP terhadap PDB selama 2011–2019 secara rerata hanya 1,37%. Dari sisi produktivitas, kontribusi TFP terhadap PDB sejak 2000 dalam kecenderungan menurun, dan baru naik di 2022 karena kemajuan hilirisasi mineral dan pertambangan.
Baca Juga: BI: Produktivitas Perlu Ditingkatkan Agar Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%
Efisiensi berinvestasi juga rendah. Ini tercermin dari incremental capital output ratio (ICOR) yang cenderung meningkat tinggi sehingga menyebabkan kontribusi modal terhadap pertumbuhan PDB terkendala. Pada 2023, ICOR Indonesia di 6,33.
Sementara itu, BI melihat investasi dari penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia rendah. Ini menyebabkan rasio modal terhadap PDB di bawah 20%, jauh di bawah Malaysia, Thailand dan Vietnam, yang telah mencapai sekitar 50% dari PDB.
Sinergi kebijakan transformasi ekonomi nasional secara besar-besaran, menurut laporan BI, perlu ditempuh pemerintah apabila ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Ekonom dan pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat menilai, pertumbuhan berbasis ekspansi modal dan tenaga kerja saja tidak cukup untuk menopang agar ekonomi bergerak lebih cepat. Untuk mencapai target TFP memang sulit, sebab selama ini Indonesia didorong ekspansi modal dan tenaga kerja. Tak heran jika dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di level 5%.
Achmad berpendapat, untuk mencapai 8% pada 2029, pemerintah harus melakukan reformasi struktural besar-besaran, guna meningkatkan produktivitas di semua sektor ekonomi. Upaya yang perlu dilakukan adalah reformasi sistem pendidikan dan pelatihan tenaga kerja.
Baca Juga: Genjot Produktivitas Nasional, RI-Jepang Lahirkan SDM Industri Andal
"Kualitas tenaga kerja yang rendah menjadi faktor utama rendahnya produktivitas di Indonesia," ujar Achmad. Dus, pemerintah harus memastikan sistem pendidikan tidak hanya menghasilkan lulusan dengan ijazah, tetapi juga tenaga kerja berketrampilan sesuai kebutuhan industri.
Achmad menambahkan, vokasi perlu diberikan, meskipun sudah melampaui usia sekolah dan harus diberikan secara massal. Strategi lain adalah adopsi teknologi dan digitalisasi di sektor industri.
Menurut Achmad, pemerintah harus mendorong penggunaan teknologi di sektor manufaktur, pertanian dan jasa agar efisien dan meningkatkan daya saing. Selain itu, perlu insentif bagi perusahaan.