Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
[ILUSTRASI. Harga kedelai impor naik (ANTARA FOTO/NAUFAL KHOIRULLOH)]
Reporter: Leni Wandira | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri tempe dan tahu nasional masih menunjukkan tren positif seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Namun pelaku industri mengingatkan, ketahanan sektor ini sangat bergantung pada pengelolaan rantai pasok kedelai, efisiensi biaya produksi, serta kejelasan kebijakan bahan baku antara kedelai lokal dan impor.

Sekretaris Jenderal Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Wibowo Nurcahyo mengatakan, segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan. "Kalau segmentasinya tidak jelas, tekanan harga akan terus terjadi. Padahal tempe dan tahu itu komoditas protein rakyat," ujar dia, Selasa (16/12).

Baca Juga: RI Buka Impor Kedelai dari Afrika Selatan

Menurut Wibowo, kebutuhan kedelai nasional saat ini mencapai sekitar 2,9 juta ton per tahun, sementara produksi kedelai lokal yang terserap industri masih di bawah 100.000 ton. Dengan kondisi tersebut, ketergantungan pada impor dinilai masih tidak terhindarkan dalam jangka menengah. "Menutup impor itu tidak realistis. Hal yang perlu dilakukan adalah mengatur peruntukannya agar tidak saling mengganggu," tegas dia.

Di sisi hulu industri, Gakoptindo menyiapkan sejumlah program strategis untuk 2026, salah satunya modernisasi pabrik tempe dan tahu agar lebih higienis, layak dan hemat energi. Biaya energi, khususnya bahan bakar, disebut masih menjadi beban utama para perajin.

Untuk itu, Gakoptindo akan meluncurkan mesin produksi baru pada Mei 2026 di Yogyakarta yang diklaim mampu menghemat energi hingga 52%. Efisiensi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi tanpa harus menaikkan harga jual di tingkat konsumen. "Kalau biaya bisa ditekan, industri bisa tumbuh tanpa membebani masyarakat," kata Wibowo.

Selain efisiensi, persoalan regenerasi perajin juga menjadi perhatian. Banyak anak perajin enggan melanjutkan usaha keluarga, padahal potensi nilai tambah dari produk turunan tempe dan tahu dinilai cukup besar.

Selanjutnya: Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah Berlangganan?
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama dan gunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Business Insight
Artikel pilihan editor Kontan yang menyajikan analisis mendalam, didukung data dan investigasi.
Kontan Digital Premium Access
Paket bundling Kontan berisi Business Insight, e-paper harian dan tabloid serta arsip e-paper selama 30 hari.
Masuk untuk Melanjutkan Proses Berlangganan
Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

INDEKS BERITA

Terpopuler