Perubahan Iklim

Jumat, 17 Oktober 2025 | 06:10 WIB
Perubahan Iklim
[ILUSTRASI. TAJUK - Haris Hadinata]
Harris Hadinata | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari Kamis pagi (16/10), aplikasi cuaca di ponsel saya memberi peringatan. Intinya, cuaca hari tersebut akan panas menyengat, dengan suhu tertinggi 34 derajat celcius, tapi akan terasa seperti 41 derajat celcius. Rabu lalu (15/10), BMKG juga menyampaikan peringatan cuaca panas, yang akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Di Rabu, suhu terpanas maksimum mencapai 37,6 derajat celcius. Sehari sebelumnya, suhu panas tercatat di kisaran 34-37 derajat celcius.

Cuaca panas yang terjadi beberapa hari terakhir ini kembali mengingatkan, kita sedang menghadapi ancaman perubahan iklim dan pemanasan global. Kondisinya sudah semakin serius. 

Global Tipping Points, sebuah organisasi yang beranggotakan periset, akademisi dan praktisi yang mempelajari perubahan iklim, baru-baru ini merilis laporan bertajuk Global Tipping Points Report 2025. Laporan ini disusun dari riset 160 peneliti dari 23 negara.

Laporan tersebut mendapati, lebih dari 80% terumbu karang di lautan seluruh dunia telah memutih akibat gelombang panas laut dalam dua tahun terakhir. Dengan demikian, terumbu karang kini berisiko mengalami kematian massal.

Nah, kematian massal terumbu karang merupakan tipping point pertama ke arah ancaman kerusakan iklim global. Sekadar info, tipping point merupakan istilah bagi fenomena perubahan lingkungan ke arah kerusakan yang efeknya sangat sulit untuk dipulihkan.

Data badan PBB World Meteorological Organization juga menunjukkan, kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer telah meningkat hingga mencapai level tertinggi lalu di 2024 silam. Rerata konsentrasi global CO2 melonjak 3,5 parts per million (ppm) menjadi 424 ppm tahun lalu. 

Yang mengkhawatirkan, kemampuan alam menyerap CO2 tersebut juga menurun. Biasanya, CO2 bisa diserap kembali oleh lautan atau pohon dan tanaman. Tapi kini lautan jadi lebih panas, sementara jumlah daerah hijau juga berkurang, baik oleh pembangunan maupun pembakaran.

Karena itu, mitigasi menghadapi risiko perubahan iklim sudah makin mendesak. Semoga saja, di tengah kesibukan pemerintah meningkatkan daya beli dan kondisi ekonomi, pemerintah tidak melupakan upaya mitigasi ancaman perubahan iklim ini. Tentu saja, tidak bisa cuma mengandalkan pemerintah. Masyarakat juga harus lebih sadar dan menghindari tindakan serta aktivitas yang merusak lingkungan.

Selanjutnya: Investor Lebih Mengincar ORI028 Tenor Pendek

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

TFAS Perkuat Ekosistem UMKM dan Efisiensi Digital
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 14:00 WIB

TFAS Perkuat Ekosistem UMKM dan Efisiensi Digital

Berbekal pengalaman panjang pengelolaan titik layanan dan kolaborasi UMKM, TFAS siap membangun kemitraan strategis baru.

Kucuran Pembiayaan Himbara ke Program KDMP Belum Mulai
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:13 WIB

Kucuran Pembiayaan Himbara ke Program KDMP Belum Mulai

Pemerintah telah meneken Surat Keputusan Bersama (SKB) percepatan pembangunan gerai dan gudang Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) 

Dana Pensiun Lokal Mulai Menandah Saham Bank
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:03 WIB

Dana Pensiun Lokal Mulai Menandah Saham Bank

Penurunan saham bank tampak teredam karena institusi-institusi lokal mulai menadah saham yang sudah tergolong murah.​

Bidik Rights Issue Rp 3,2 Triliun, Kendali Konglomerat China di PACK Makin Dominan
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Bidik Rights Issue Rp 3,2 Triliun, Kendali Konglomerat China di PACK Makin Dominan

Deng Weiming memimpin CNGR Advanced Material, perusahaan yang memproduksi komponen baterai litium, beberapa di antaranya digunakan di mobil.

Melihat Proyeksi Kinerja Sumber Tani Agung Resources di Tengah Reli Saham STAA
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:47 WIB

Melihat Proyeksi Kinerja Sumber Tani Agung Resources di Tengah Reli Saham STAA

Status unusual market activity (UMA) tak mampu mengerem laju saham STAA yang mulai menanjak sejak 7 Oktober 2025.

Bangun Family Office Tak Pakai APBN
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:24 WIB

Bangun Family Office Tak Pakai APBN

Menurutnya, konsep family office bertujuan untuk memberikan fasilitas bagi investor individu besar agar menempatkan dananya di Indonesia

Mencari Dana Hingga Rp 3,25 Triliun, PACK Segera  Menggelar Rights Issue
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:13 WIB

Mencari Dana Hingga Rp 3,25 Triliun, PACK Segera Menggelar Rights Issue

Rencananya, sekitar 86,76% dana hasil rights issue akan dialokasikan untuk pinjaman kepada entitas anak 

Daya Beli Dijaga Aman, Penerimaan Tertekan
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:12 WIB

Daya Beli Dijaga Aman, Penerimaan Tertekan

Pemerintah menahan sejumlah kebijakan pajak dan cukai demi menjaga daya beli masyarakat             

Penjualan Meningkat, Laba Astra International (ASII) Berpotensi Bakal Bisa Ngebut
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:05 WIB

Penjualan Meningkat, Laba Astra International (ASII) Berpotensi Bakal Bisa Ngebut

Segmen jasa keuangan diproyeksi tetap stabil. Pendapatan diperkirakan bergerak sejalan meningkatnya penjualan otomotif.

Cum Dividen Saham CMRY Hari Ini, 17 Oktober 2025, Waspadai Potensi Dividend Trap
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:02 WIB

Cum Dividen Saham CMRY Hari Ini, 17 Oktober 2025, Waspadai Potensi Dividend Trap

Meski dinilai memiliki prospek yang positif, dividen yield saham CMRY di harga saat ini tergolong kecil.

INDEKS BERITA

Terpopuler