Perusahaan Fintech Berkolaborasi demi Menarik Konsumen

Rabu, 10 Juli 2019 | 09:38 WIB
Perusahaan Fintech Berkolaborasi demi Menarik Konsumen
[]
Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. ​Perusahaan finteh transaksi pembayaran boleh saja saling bersaing satu sama lain. Namun ada kalanya perusahaan-perusahaan ini saling bekerjasama. Yang terbaru, GO-JEK dan LinkAja bikin kerjasama. Konsumen akan bisa memanfaatkan banyak dari kerjasama antar platform.

GO-JEK yang mempunyai GO-PAY ternyata mau menyediakan lapak bagi LinkAja di dalam aplikasi transportasi online tersebut.

Dalam prakteknya, pengguna LinkAja yang ingin menggunakan layanan GO-JEK mulai transportasi hingga memesan makanan bisa memilih pembayaran melalui deposit yang ada di dalam aplikasi milik PT Fintek Karya Nusantara ini. "Go-Pay pasti tetap menjadi default pertama, tetapi nanti bisa memilih LinkAja juga," ujar Chief Executive Officer LinkAja Danu Wicaksana.

Bagi konsumen kerjasama ini memang cukup memudahkan. Karena bagi pengguna LinkAja tak perlu lagi mengisi saldo Go-Pay saat akan menggunakan layanan dari perusahaan transportasi online ini.

Sayangnya baik GO-JEK dan LinkAja enggan banyak komentar lagi soal kerjasama bisnis ini. Namun Danu menceritakan kalau perusahaannya melihat kerjasama dengan perusahaan lain.

Asal tahu saja, pesaing GO-JEK yakni Grab sudah bekerjasama dengan OVO untuk pembayaran digitalnya. " Kami selalu berusaha menambah kegunaan atau use case dari LinkAja," ujar Danu saat ditanya kerjasama dengan perusahaan lain.

Selain GO-JEK dan LinkAja, kerjasama antar perusahaan seperti ini juga dilakukan tiga perusahaan besar yakni OVO, Tokopedia dan Grab.

Ketiga perusahaan ini saling terintegrasi dalam persoalan pembayaran. Aplikasi OVO bisa digunakan oleh konsumen Grab dan Tokopedia.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Niki Santo Luhur menyatakan, kolaborasi ini akan membuat efisiensi di industri fintech payment terutama dalam membangun infrastruktur. Lanjut Ia dengan adanya interoperabilitas antar pelaku industri. Maka konsumen yang akan diuntungkan.

"Misalnya suatu hari nanti, Anda sebagai konsumen ingin memindahkan dananya dari satu uang elektronik ke uang elektronik yang lain, itu kan gampang. Ini kan powernya ada pada konsumen, dia bisa milih mau ganti, buang, pakai, atau pindah layanan lainnya," jelas Niki.

Lanjut Niki, hal ini akan meningkatkan kompetisi antar pelaku fintech payment, namun akan memberikan keuntungan bagi para penggunanya. Sehingga kedepan, Ia berharap pelaku fintech payment tidak lagi berlomba dalam membangun infrastruktur, tapi lebih ke peningkatan layanan bagi pengguna.

Ia menilai pemenang di industri fintech payment adalah yang memiliki produk hebat, marketing dan menyelesaikan persoalan.

Bukan lagi payment yang punya dana dan investasi yang besar yang mampu membangun infrastruktur fisik yang menang. Hal ini lah yang ia nilai mampu membuat ekosistem menjadi lebih sehat.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan volume transaksi uang elektronik mencapai 422,6 juta kali transaksi. Nilai ini tumbuh 89,57% year on year (yoy) dari posisi Mei 2019 sebanyak 222,92 juta transaksi.

Sedangkan secara nominal, hingga Mei 2019 terjadi lonjakan transaksi hingga 262,54% yoy menjadi Rp 12,81 triliun. Dibandingkan pencapaian nominal transaksi di lima bulan pertama 2018 sebanyak Rp 3,53 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA