Perusahaan Tambang Kian Tergoda Pesona Batubara Kokas

Senin, 18 Maret 2019 | 08:40 WIB
Perusahaan Tambang Kian Tergoda Pesona Batubara Kokas
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para produsen batubara ramai-ramai menggenjot produksi coking coal atau batubara kokas. Permintaan batubara berkalori tinggi ini diyakini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan produksi baja, konstruksi dan manufaktur.

Salah satu produsen batubara yang membidik peluang batubara kokas adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Emiten ini memiliki dua anak usaha yang memproduksi batubara kokas.

Pertama, Adaro MetCoal Companies (AMC) yang memasang target produksi 1 juta ton. Proyeksi tersebut sama dengan realisasi produksi pada tahun lalu. Kedua, Kestrel Coal Resources Pty, yang memasang target produksi sebesar 6,5 juta ton, atau tumbuh 39% dibandingkan realisasi tahun lalu sebanyak 4,67 juta ton.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk, Febriati Nadira menyebutkan, pertumbuhan produksi batubara kokas pada tahun ini didorong oleh permintaan baja pada tahun ini. "Kami memperkirakan produksi baja akan tumbuh moderat karena peningkatan pertumbuhan ekonomi global," ungkap dia kepada KONTAN, Sabtu (16/3) pekan lalu.

Bukan hanya di dalam negeri, manajemen ADRO juga mengharapkan peningkatan permintaan batubara kokas dari pasar ekspor seperti India, Eropa, Brazil, Vietnam dan Jepang. Nadira menilai, India merupakan motor utama permintaan batubara kokas lantaran adanya peningkatan sektor konstruksi dan manufaktur. "Produksi batubara dari Adaro MetCoal dijual ke para pelanggan di Jepang, Thailand, Indonesia, India, China dan Eropa," kata dia. Adapun produksi Kestrel akan dijual ke Jepang.

Untuk penentuan harga, Adaro selalu mengacu indeks harga batubara premium hard coking coal global. "Sedangkan harga batubara coking coal Adaro MetCoal mengikuti indeks harga semi-soft coking coal global," imbuh Nadira.

Menurut catatan ADRO, Adaro MetCoal memiliki sekitar 1,27 miliar ton sumber daya batubara metalurgi premium yang berkualitas tinggi. Sedangkan cadangan batubara kokas dari Kestrel sebesar 146 juta ton dengan sumber daya sebesar 241 juta ton.

Sementara itu, emiten Grup Astra yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) melalui PT Suprabari Mapanindo Mineral juga memasang target produksi batubara kokas sebanyak 1,5 juta ton. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan realisasi produksi pada tahun lalu yang hanya sebanyak 807.000 ton. "Kami menjual batubara kokas ke pasar ekspor yaitu Jepang," ungkap Sara K Loebis, Corporate Secretary United Tractors.

Namun pada tahun ini tak ada anggaran khusus untuk pengembangan Suprabari Mapanindo Mineral. Manajemen UNTR tetap optimistis permintaan batubara kokas semakin tumbuh.

Bukan hanya ADRO dan UNTR, induk usaha PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) yaitu Golden Energy and Resources Limited (GEAR) juga merambah bisnis batubara kokas dengan mengakuisisi tambang coking coal milik Stanmore Coal di Australia senilai sekitar US$ 202 juta.

Kompetisi sengit

Persaingan bisnis batubara kokas semakin ketat dengan kemunculan sejumlah perusahaan batubara yang ikut menggarap produk berkalori tinggi tersebut. Saat ini, produsen terbesar batubara kokas masih dikuasai oleh Australia.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menuturkan, meski persaingan akan semakin ketat, prospek bisnis coking coal di masa yang akan datang terbilang positif. "Karena pasokannya juga tidak terlalu banyak, permintaan akan tetap tumbuh," ungkap dia, Minggu (17/3).

Memang, menurut Hendra, kini tak terlalu banyak perusahaan yang menjalani bisnis tersebut, tapi pemain batubara kokas dalam negeri memiliki peluang besar di bisnis ini. Sebab, harga batubara kokas lebih tinggi dan jauh lebih konsisten ketimbang thermal coal.

Namun produsen yang ingin mencicipi bisnis ini harus merogoh kantong lebih dalam untuk membangun infrastruktur, pengangkutan batubara yang jauh dari lokasi tambang. "Perlu investasi lebih banyak," kata Hendra.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA