Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Senin, 22 Desember 2025, menjadi hari bersejarah sekaligus aneh bagi sektor keuangan syariah nasional. Bank Syariah Nasional (BSN)—entitas anyar hasil spin off Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang merger dengan Bank Victoria Syariah—resmi beroperasi serentak di seluruh Indonesia.
Di atas kertas, ini adalah kelahiran raksasa baru. Dengan total aset menembus Rp 71,3 triliun, BSN langsung mengklaim takhta sebagai bank syariah terbesar kedua di Indonesia. Posisinya langsung menggusur pemain lama di papan tengah.
Data terbaru mengonfirmasi pergeseran drastis peta kekuatan aset perbankan syariah per Desember 2025. Bank Muamalat kini terdorong ke posisi empat dengan aset di kisaran Rp 60,6 triliun (Data Semester I-2025). Sementara UUS CIMB Niaga harus rela berbagi panggung dengan estimasi aset Rp 67 triliun-Rp 68 triliun.
Masuknya pemain baru berskala jumbo ini diprediksi bakal langsung memanaskan tensi kompetisi. BSN membawa DNA pembiayaan properti yang sangat kuat, sebuah ceruk pasar gemuk yang selama ini menjadi lahan basah bagi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). Tak pelak, perang dana murah, pembiayaan korporasi, hingga KPR subsidi diprediksi bakal sengit pada 2026.
Respons Dingin Pasar Saham
Meski fundamental industri syariah kian ramai, respons pasar modal justru dingin. Harga saham induk BSN, yakni BBTN, dan kompetitor utamanya, BRIS, sempat kompak ditutup di zona merah pada perdagangan awal pekan. Apakah ini sinyal sell on news atau ada risiko tersembunyi yang sedang dihitung oleh investor kakap?
Faktanya, saham bank-bank syariah eksisting memang tengah mengalami tekanan. BRIS misalnya, meski pada perdagangan Rabu (24/12) menguat 0,90% ke level 2.240, namun dalam seminggu terakhir sahamnya cenderung jalan di tempat dan sudah longsor 7,44% dalam sebulan.
Nasib serupa dialami PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS). Pada perdagangan Selasa (23/12), saham BTPS turun 1,24%. Dalam sebulan terakhir, koreksinya lebih dalam lagi, mencapai 12,50%.
Padahal secara fundamental, kinerja kedua bank ini masih cukup apik. Hanya saja, dengan hadirnya BSN, kini keduanya tak hanya berhadapan dengan dinamika makroekonomi, tetapi juga strategi agresif pendatang baru yang punya dukungan induk kuat.
Di tengah lanskap industri yang berubah cepat, adu prospek kinerja dan saham bank syariah menjadi semakin menarik untuk dicermati. Berikut adalah bedah prospek emiten bank syariah untuk tahun depan.
Baca Juga: Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
