KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk membidik pertumbuhan pendapatan dobel sepanjang tahun ini. Khusus untuk kuartal I 2019, perusahaan yang menjadi bagian dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tersebut mengincar pertumbuhan pendapatan 30% year on year (yoy).
Penambahan produk menjadi salah satu strategi Phapros. Tahun ini, mereka berencana merilis 12 produk baru. Sebanyak tiga produk anyar sudah hadir di pasar. Ketiganya terdiri dari dua produk obat bermerek dan satu obat generik.
Selanjutnya, bakal menyusul produk anestesi gigi dalam bentuk carpule. Ada pula rencana peluncuran alat kesehatan bone filler atau suspensi yang diaplikasikan dengan cara disuntikkan untuk mengisi celah-celah tulang akibat osteoporosis.
Sambil jalan, Phapros akan memacu penjualan ke luar negeri. "Saat ini kontribusi ekspor masih di bawah 5% dari omzet dan tahun ini target kami bisa di atas 5% omzet," kata Zahmilia Akbar, Corporate Secretary PT Phapros Tbk saat dihubungi KONTAN, Selasa (12/2).
Phapros sudah merambah pasar ekspor Vietnam, Laos, Myanmar, Filipina dan Nigeria. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham PEHA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut melego Antimo, multivitamin, obat analgesik serta produk obat untuk gangguan pencernaan.
Peningkatan pasar luar negeri juga menjadi strategi Phapros mengompensasi belanja bahan baku impor obat yang tinggi. Seperti diketahui, industri farmasi dalam negeri masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Bahkan, persentasenya ada yang mencapai 90%. Otomatis ada risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Makanya, Phapros berkepentingan menjaga stok bahan baku. Demi mendapatkan harga miring, perusahaan tersebut tidak hanya bergantung pada satu pemasok untuk setiap pengadaan satu bahan baku. "Selain itu kami juga membeli bahan baku dalam jumlah besar dengan harga yang telah disepakati di awal untuk beberapa kali pengiriman," terang Zahmilia.