KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kericuhan yang berlangsung di gelaran Job Fair Bekasi baru-baru ini menjadi potret suram kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Ribuan pencari kerja berdesakan dan saling dorong hingga menimbulkan kericuhan demi berebut peluang di tengah krisis lapangan kerja.
Di sisi lain, badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus menerjang berbagai sektor industri di Tanah Air. Mulai sektor padat karya, ritel, e-commerce hingga sektor perhotelan terus memangkas jumlah karyawannya, sehingga mengancam gelombang pengangguran baru.
Pada akhirnya mereka pun ikut berburu peluang kerja baru, berdesak-desakan bersama tenaga kerja baru lainnya. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang. Jumlah pengangguran ini naik dibandingkan Februari 2024 yang mencapai 7,2 juta orang di tengah ramainya pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Tentu saja lapangan pekerjaan baru tak sanggup menampung besarnya jumlah pengangguran tersebut. Maka tak heran, jika seluruh aktivitas bisnis kini dilanda kelesuan yang disebabkan lemahnya permintaan masyarakat.
Sektor manufaktur, misalnya, mengalami penurunan produksi akibat lemahnya permintaan barang industri manufaktur. Mengutip data S&P, angka Purchasing Managers Indonesia (PMI) di Indonesia menurun tajam. Dari sebelumnya 52,4 pada Maret 2025 merosot ke bawah 50, yakni angka 46,7 pada April dan Mei sebesar 47,4.
Hari Raya Idul Adha juga terimbas pelemahan daya beli masyarakat.Kajian potensi ekonomi kurban pada 2025 oleh lembaga riset Institute for Demographic and Affluance Studies (IDEAS) menunjukkan terjadi penurunan proyeksi jumlah orang yang berkurban pada tahun ini dibanding 2024.
Pada 2024 terdapat sekitar 2,16 juta orang yang berkurban, sedangkan tahun ini jumlahnya sekitar 1,92 juta pekurban. Artinya, ada penurunan sekitar 233.000 pekurban tahun ini. Lembaga riset itu memproyeksikan potensi nilai ekonomi kurban pada 2025 sebesar Rp 27,1 triliun, turun dari proyeksi 2024 yang diestimasikan mencapai Rp 28,3 triliun.
Estimasi jumlah pekurban tahun ini juga lebih rendah dibanding saat pandemi yang berkisar 2,11 juta pekurban pada 2021, dan 2,17 juta pekurban pada 2022. Turunnya daya beli masyarakat membuat lebih dari 10% keluarga yang mampu berkurban di tahun lalu menjadi tidak berkurban di tahun ini.