Pilah-Pilih Mata Uang Utama Saat Dolar AS Tak Berdaya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja mayoritas mata uang utama berhasil mengungguli dolar Amerika Serikat (AS). Terutama setelah si greenback melemah.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo menilai, melemahnya dolar AS akibat meningkatnya kekhawatiran atas kinerja ekonomi AS dan arah kebijakan moneter. "Tanda-tanda perlambatan ekonomi mengurangi daya tarik dolar," ujarnya kepada KONTAN.
Beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan perlambatan. Lapangan kerja tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Sementara pertumbuhan upah juga melemah.
Ditambah ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik menambah tekanan. Walhasil, investor mendiversifikasi aset mereka ke mata uang atau instrumen lain. "Pergeseran sentimen investor terhadap aset berisiko, seperti saham atau mata uang pasar berkembang, telah mengurangi permintaan dolar sebagai aset safe haven," jelasnya.
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Siapkan Dana Rp 300 Miliar untuk Buyback Saham
Sejumlah faktor lain yang mendorong penguatan mata uang utama termasuk kebijakan moneter yang lebih agresif di Zona Euro, Inggris, dan Australia. Hal itu membuat suku bunga negara-negara tersebut lebih menarik dibandingkan The Fed.
Lalu, indikator ekonomi seperti produk domestik bruto (PDB), angka ketenagakerjaan, serta kepercayaan konsumen yang membaik turut memperkuat daya tarik mata uang utama dunia. Sutopo menilai EUR, GBP, AUD, JPY, dan CNY bisa diperhatikan.
Baca Juga: Kepercayaan Pasar Menyusut, Laju IHSG Tersendat
Sementara analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai, hanya dolar AS dan JPY yang menarik. Ketidakpastian ekonomi di AS berpotensi menciptakan sentimen risk off. Hal tersebut umumnya mendukung permintaan dolar AS, sehingga ada potensi tren dolar AS berbalik menguat. Dia memperkirakan indeks dolar di kisaran 108-110 pada akhir 2025. "ketidakpastian seputar perang Ukraina-Rusia, kanal Panama, dan Greenland masih menjadi kekhawatiran," tegasnya.
Adapun JPY didukung potensi peningkatan suku bunga Bank of Japan (BoJ). Lukman memperkirakan JPY di level 140 pada akhir tahun.
"Namun semua penuh ketidakpastian, sehingga paling baik diversifikasi, dollar AS 40%, yen 40%, 20% di EUR dan GBP," imbuh Lukman.