Pilah-Pilih Saham ESG dengan Skor Terbaik, Jangan Beli yang Sekadar Casing

Selasa, 22 Oktober 2024 | 07:44 WIB
Pilah-Pilih Saham ESG dengan Skor Terbaik, Jangan Beli yang Sekadar Casing
[ILUSTRASI. Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki total potensi panas bumi sebesar 24 GW, setara dengan 17% cadangan global dan terbesar kedua setelah Amerika Serikat.]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bingung memilih saham dengan tingkat kepedulian tinggi terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik? Coba simak, saham-saham dengan skor ESG terbaik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Siapa tahu cocok!

Seiring meningkatnya kesadaran untuk menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang lebih baik, konsep investasi berkelanjutan semakin ngetren di antara investor saham. Salah satu caranya yaitu berinvestasi di saham-saham yang mempertimbangkan aspek lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola yang baik (governance) atau ESG. 

Harapan berinvestasi di saam-saham ini yaitu bisa menjaga keberlanjutan perekonomian sekaligus lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat secara luas. 

Menyambut meningkatnya permintaan tersebut, makin banyak perusahaan yang unjuk gigi telah menerapkan prinsip ESG dalam praktik bisnisnya. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama perating Mornigstar Sustainalytics juga sudah menyisir saham-saham ini dengan ranking risiko ESG.

Semakin rendah skornya, semakin rendah risiko perusahaan ini terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola.  Saham dengan skor risiko 0-10, memiliki kategori negiligible, atau dianggap memiliki risiko ESG yang dapat diabaikan. Lalu, skor 10-20, kategori low atau dianggap memiliki risiko ESG yang rendah. 

Skor 20-30 atau medium disematkan untuk emiten dengan risiko ESG yang sedang. Nilai 30-40 atau high untuk perusahan yang dianggap memiliki risiko ESG yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan skor 40 atau severe, dianggap memiliki risiko ESG yang berat.  

Di Bulan Oktober ini, saham dengan skor terbaik antara lain: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dengan skor terendah yaitu 7,11, diikuti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan skor 10,73. 

Lalu ada PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dengan skor 14,17, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan skor 14,36,  serta PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan skor 14,83. 

Skor Membaik

Jika dibandingkan dengan awal tahun 2024, saham-saham yang menerapkan ESG ini mendapatkan skor lebih baik. Misalnya PGEO dengan skor 7,1, lebih baik dibandingkan waktu masuk daftar ini Juni lalu di 9,26. 

No Januari  Skor Agustus Skor Oktober Skor YTD Saham
1 ERAA 12,67 PGEO  9,26 PGEO 7,11 0%
2 JSMR 12,92 ERAA 10,96 JSMR 10,73 -0,82%
3 BSDE 14,83 JSMR 12,92 EMTK 14,17 -27,12%
4 EMTK 14,9 BSDE 14,83 ERAA 14,36 7,98%
5 SCMA 14,35 EMTK 14,9 BSDE 14,83 17,59%
6 TPIA 16,6 SCMA 15,35 SCMA 15,63 -23,53%
7 MNCN 17,7 TPIA 17,33 TPIA 16,28 68,57%
8 BMTR 18,14 BBRI 17,83 GOTO 17,26 -20,93%
9 MPMX 18,64 MNCN 17,88 BBRI 17,83 -13,01%
10 UNVR 18,8 FILM 17,97 MNCN 17,88 -15,03%
Sumber: BEI, RTI

Begitu juga dengan saham JSMR dan EMTK di posisi kedua dan ketiga yang menggeser ERAA ke posisi keempat. Padahal, di awal tahun, pemilik gerai Erafone dan iBox ini menempati posisi emiten dengan skor ESG terbaik. 

Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga memperbaiki skor menjadi 16,28 dari sebelumnya 16,6. Manajemen TPIA bilang, perbaikan skor ini menunjukkan kinerja ESG yang lebih baik dan bertahap sebagai top rated ESG di sektor industri komoditas kima. Bukan hanya rating dari Sustainalytics, TPIA juga memperoleh skor ESG di peringkat BBB dari Morgan Stanley Capital International (MSCI). 

Head of ESG & Sustanability Chandra Asri Group, Andang Pungkase dalam rilisnya menyebut, rating dari keduanya adalah hasil dari upaya perusahaan mengelola dampak lingkungan dan sosial secara proaktif serta menerapkan tata kelola yang transparan dan akuntabel. 

Dengan pencapaian ini, TPIA melihat peluang lebih besar untuk mendapatkan akses ke berbagai pembiayaan berkelanjutan, termasuk Sustainability-Linked Loans (SLL), dan memperluas kontribusi terhadap agenda ekonomi sirkular, serta pencapaian target iklim nasional.

Di antara saham ini, ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang masuk top ten skor ESG terbaik. GOTO masuk ranking delapan dengan skor 17,26 atau sangat rendah. “Ini menandakan, risiko kami rendah dibanding kompetitor di sektor yang sama,” kata Tanah Sullivan, Head of Sustainability GoTo Group, Kamis (17/10). 

Skor ESG GOTO ini masih lebih rendah dibanding kompetitornya, seperti Grab dan Sea yang berada di kategori medium risk, dengan skor masing-masing 23,9 dan 22,9. 

GOTO juga mengatakan, pada Oktober ini baru saja mendapatkan skor dari S&P 44/100. Skor ini merupakan penilaian yang dikembangkan S&P Global untuk menilai seberapa baik perusahaan mengelola risiko dan peluang terkait isu keberlanjutan, seperti perubahan iklim, praktik ketenagakerjaan, tata kelola perusahaan, dan lainnya. Skor ini kerap digunakan investor untuk membandingkan perusahaan dalam sektor yang sama sebelum membuat keputusan investasi.  

“Kami memastikan, bahwa kemajuan yang kami capai tidak mengorbankan kredibilitas. Strategi yang kami lakukan dalam menjaga risiko ESG tetap rendah adalah mengkombinasikan langkah mulai dari pengelolaan yang proaktif, integrasi ke dalam strategi bisnis, keterlibatan serta pengawasan stakeholder, laporan transparan, dan penerapan tata kelola yang baik,” kata Tanah. 

Transisi mahal

Praktisi investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert melihat, perusahaan yang bisa menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik sebagai perusahaan yang mapan. Wajar saja, investor memilih saham-saham ini untuk investasi berkelanjutan. 

Ambil contoh, emiten yang merusak lingkungan, bisa terkena denda atas tindakannya. Perusahaan yang tadinya membukukan untung, harus jadi buntung gara-gara membayar denda. Sebaliknya, perusahaan yang memperhatikan lingkungan sesuai dengan ketentuan bisa menjaga keberlanjutan usahanya. 

Perusahaan yang rajin menggelar aksi tanggung jawab sosial dan lingkungan atau corporate social responsibility (CSR) juga dipandang berimbang oleh investor. Pasalnya, perusahaan dianggap bukan hanya ingin mencari untung tetapi juga memajukan perekonomian masyarakat atau komunitas. 

Perusahaan dengan tata kelola, struktur organisasi, standar operasi yang baik, serta laporan pajak dan audit yang baik juga memperlihatkan kemapanan suatu perusahaan. 

Menurut Ryan, scoring itu penting sebagai acuan agar ada tolak ukur. Namun, perlu diingat, scoring bisa jadi blind spot

"Di mana mungkin perusahaan bolong di salah satu ukuran, tetapi berlebih di ukuran yang lain, dan ini membuat perusahaan merasa oke," kata Ryan. Jadi, penting juga untuk mengenali dasar penghitungan scoring

Sebagai investor, penilaian terkait saham ESG ini bisa menjadi skrining tambahan sebelum membuat keputusan investasi. Selebihnya, investor tetap perlu mempertimbangkan hal lainnya seperti faktor kinerja fundamental perusahaan. 

Ryan mengingatkan, jangan langsung terlena dengan saham-saham ESG ini. Saham-saham ini pun tetap memiliki risiko. Pertama, ada peluang emiten demi menarik investor melakukan overclaim. Meskipun, menurut Ryan, emiten di Indonesia belum berkategori greenwashing seperti yang dilakukan emiten-emiten di luar negeri.

Jadi, perlu diperhatikan, apakah perusahaan ini memang tulus dengan tujuan mulia memperhatikan lingkungan dan sosial, atau ini hanya casing untuk menaikkan harga lebih mahal.

Kedua, meski sahamnya memiliki citra yang baik, penerapan ESG tidak menjamin profitabilitas suatu perusahaan. Malah, investor perlu memperhatikan transisi penerapan ESG. 

Pasalnya, penerapan ESG tidak mudah dan tidak selalu murah. Misalnya untuk menerapkan bahan bakar lebih ramah lingkungan, tidak semua perusahaan bisa mengganti mesin yang menerima bahan bakar baru tersebut. Atau misalnya transisi dari bank konvensional ke digital, maka perlu biaya teknologi informasi (TI) yang tidak murah.

Agar tidak terjebak di campaign yang tidak sesuai, Ryan menyarankan investor melihat laporan keuangan atau laporan keberlanjutan perusahaan. Di sini, perusahaan biasanya menjabarkan pencapaiannya atau dampaknya terhadap keuangan. 

Lalu, cek juga catatan dari auditor. Jangan sampai ada opini “tidak wajar”, “tidak memberikan opini atau pendapat” atau “disclaimer atau penolakan” dari hasil auditnya. Cek juga apakah pernah ada masalah dengan kepengurusannya.

Di antara saham-saham ini, mari melihat rekomendasi analis untuk saham-saham ini.  

PGEO

Dengan risk rating 7,1, saham PGEO meraih peringkat pertama ESG risk rating global di industri grup industri utilitas atau 1 dari 679 perusahaan. Sedangkan dari seluruh perusahaan yang dirating, ada di ranking kecil juga, 72 dari 16.063 perusahaan lainnya.

Mengutip Bloomberg, sebanyak 76,9% dari analis yang mengkaver saham ini, merekomendasikan buy saham PGEO. Sisanya, merekomendasikan hold. 

Target harga konsensus untuk 12 bulan ke depan di Rp 1.398. Senin (21/10), harganya di Rp 1.145 per saham.

JSMR

Saham JSMR direkomendasikan buy oleh 100% analis yang mengkavernya. Mengutip Bloomberg, saham JSMR memiliki target harga Rp 6.409 per saham. Ini artinya, ada potensi upside sampai 32% jika melihat saham Kamis lalu (17/10) di Rp 4.830 per saham. 

Analis Sucor Sekuritas Niko Pandowo dalam risetnya menyematkan outlook positif saham JSMR karena konsisten mengantongi pendapatan dari jalan tol yang sudah eksisting. Sebanyak 25 dari 36 tol mengumpulkan arus kas positif.

Lalu, JSMR berpotensi mendapatkan margin lebih baik di ruas tol baru. Setidaknya, akan ada tiga ruas baru akan dioperasikan pada 2025 mendatang. Niko menetapkan target harga JSMR Rp 6.600 per saham.

GOTO

Saham GOTO sedang naik dauh. Sejumlah sekuritas merekomendasikan buy sahamnya. Mengutip Bloomberg, target harga konsensus GOTO di Rp 81 per saham. Saham GOTO ada di Rp 68 pada Senin (21/10).

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam risetnya berekspektasi GOTO akan mencatatkan pertumbuhan EBITDA dalam di akhir kuartal III-2024. Kenaikan kinerja ini akan didorong oleh gross transaction value (GTV) yang kemungkinan naik di atas 5%, segmen on-demand service (ODS) naik hingga dua digit dengan biaya take rate (potongan transaksi di aplikasi) stabil. Bisnis fintech juga kemungkinan naik di atas 4% dengan neraca pinjaman naik 20% dibanding kuartal sebelumnya.

BRI Danareksa Sekuritas menetapkan target harga GOTO Rp 90 per saham. .

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Garuda Indonesia (GIAA) Disuntik Modal Rp 23,67 Triliun
| Jumat, 14 November 2025 | 07:35 WIB

Garuda Indonesia (GIAA) Disuntik Modal Rp 23,67 Triliun

Langkah strategis ini merupakan bagian dari rangkaian upaya penyehatan dan transformasi kinerja keuangan Garuda Indonesia Group.

IPO Sektor Keuangan Bisa Bawa Sentimen Positif
| Jumat, 14 November 2025 | 07:25 WIB

IPO Sektor Keuangan Bisa Bawa Sentimen Positif

Rencana sejumlah perusahaan sektor keuangan menggelar initial public offering (IPO) bisa membawa angin segar bagi saham sektor keuangan​

 Pasar Keuangan Tak Dalam, Penyebab Duit Orang Tajir Parkir di Luar Negeri
| Jumat, 14 November 2025 | 07:21 WIB

Pasar Keuangan Tak Dalam, Penyebab Duit Orang Tajir Parkir di Luar Negeri

Fenomena warga kaya Indonesia menempatkan dananya di luar negeri tinggi. Kondisi ini pula yang mendorong Himbara mengerek bunga deposito ​USD

Pemerintah Bidik Mobil Nasional Berproduksi 2027
| Jumat, 14 November 2025 | 07:20 WIB

Pemerintah Bidik Mobil Nasional Berproduksi 2027

Kemenperin telah menggelar pertemuan dengan Pindad untuk membahas secara komprehensif mengenai eksekusi program mobil nasional.

Uji Jalan Program B50 Dimulai Bulan Depan
| Jumat, 14 November 2025 | 07:00 WIB

Uji Jalan Program B50 Dimulai Bulan Depan

Rencananya uji jalan program B50 ini akan dimulai pada 3 Desember 2025 secara serentak di enam sektor industri.

Daya Beli Masyarakat Masih Lesu, MIDI Memangkas Target Ekspansi Gerai
| Jumat, 14 November 2025 | 06:57 WIB

Daya Beli Masyarakat Masih Lesu, MIDI Memangkas Target Ekspansi Gerai

MIDI melakukan revisi seiring masih lemahnya daya beli masyarakat di Tanah Air, khususnya di wilayah Jawa.

Lagi, Indikasi Ekonomi Tidak Baik-Baik Saja, Kinerja Emiten Kawasan Industri Layu
| Jumat, 14 November 2025 | 06:48 WIB

Lagi, Indikasi Ekonomi Tidak Baik-Baik Saja, Kinerja Emiten Kawasan Industri Layu

Lemahnya kinerja emiten kawasan industri hingga akhir kuartal III-2025 lantaran loyonya penanaman modal asing (PMA) sembilan bulan tahun ini.

IHSG Masih Rawan Koreksi di Akhir Pekan Ini
| Jumat, 14 November 2025 | 06:44 WIB

IHSG Masih Rawan Koreksi di Akhir Pekan Ini

IHSG masih rawan melanjutkan koreksi pada perdagangan Jumat (14/11), dengan support 8.353 dan resistance 8.384

Deretan Emiten Growth Stock Merajai Bursa
| Jumat, 14 November 2025 | 06:39 WIB

Deretan Emiten Growth Stock Merajai Bursa

Sejumlah saham dengan historis fundamental solid tergusur dari liga market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia 

Emiten Bersiap Tarik Pinjaman Bank di Tahun 2026, Ikhtiar Agar Bisnis Berbiak
| Jumat, 14 November 2025 | 06:36 WIB

Emiten Bersiap Tarik Pinjaman Bank di Tahun 2026, Ikhtiar Agar Bisnis Berbiak

Jika dana pinjaman bank dimanfaatkan dengan baik, bisa mempertebal margin perusahaan, sehingga laba per saham ikut naik.

INDEKS BERITA