Posisi Rupiah Belum Aman

Selasa, 09 Juli 2019 | 07:52 WIB
Posisi Rupiah Belum Aman
[]
Reporter: Adrianus Octaviano, Anna Suci Perwitasari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja positif nilai tukar rupiah di semester I-2019 bisa berlanjut seiring meredanya sentimen negatif eksternal, serta dorongan sentimen positif dari dalam negeri. Tapi, posisi rupiah belum aman karena masih berada di persimpangan jalan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, mulai meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berandil menenangkan kondisi pasar global. Pelaku pasar pun mulai gencar masuk ke emerging market, termasuk Indonesia. Apalagi belum lama ini Indonesia mendapatkan kenaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) menjadi BBB.

Kenaikan rating tersebut berefek besar menarik masuk dana asing sehingga menambah cadangan devisa Indonesia. Alhasil, posisi rupiah kembali menanjak.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menambahkan, paruh kedua tahun ini tekanan dari dollar AS mulai melemah. Permintaan terhadap the greenback berkurang. Misalnya, permintaan dollar berkurang seiring pelemahan harga minyak.

Dengan berbagai sentimen positif tadi, rupiah memiliki ruang untuk unjuk gigi. "Target rupiah kami turunkan menjadi 13.770 per dollar AS," kata dia. Sebelumnya, Bahana memproyeksikan rupiah di level 14.600 per dollar AS.

Prediksi Josua, rupiah masih sulit beranjak dari 14.000 per dollar AS. Potensi melebarnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia jadi batu sandungan penguatan rupiah.

Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja juga pesimistis rupiah menguat di paruh kedua ini. "Selama masih ada CAD, rupiah cenderung terdepresiasi," tegas dia.

Sebagai gambaran, CAD Indonesia kuartal I-2019 mencapai 2,6% dari produk domestik bruto (PDB) atau setara US$ 6,96 miliar. Oleh karena itu, Enrico memprediksi nilai tukar rupiah di akhir tahun ini berada di rentang 14.600–14.700 per dollar AS.

USD menguat

Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang positif membuat rupiah loyo. Kemarin, rupiah spot melemah 0,18% menjadi Rp 14.108 per dollar AS. Namun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia naik tipis 0,01% ke Rp 14.147 per dollar AS.

Faktor yang paling mempengaruhi adalah data non-farm employment change bulan Juni yang positif. Hal tersebut membuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve turun.

Ekonom Pasar Uang Mandiri Sekuritas Reny Eka Putri bilang, dengan potensi tersebut, pelaku pasar lebih memilih dollar AS.

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga melihat, koreksi rupiah ini hanya sementara. "Secara teknikal, pelemahan rupiah ini bukan bersifat permanen," kata dia.

Ia pun memprediksi rupiah ada di kisaran Rp 14.050–Rp 14.250 per dollar AS. Sedangkan Reny menebak, rupiah bergerak di rentang Rp 14.090–Rp 14.158 per dollar AS.

Bagikan

Berita Terbaru

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP
| Minggu, 28 Desember 2025 | 13:00 WIB

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP

Indonesia mengalami ketergantungan akut pada China di saat minat Negeri Tirai Bambu terhadap baterai nikel justru memudar.

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

INDEKS BERITA

Terpopuler