Berita Bisnis

Potensi Listrik Matahari Memikat Para Korporasi Besar

Jumat, 27 Agustus 2021 | 06:00 WIB
Potensi Listrik Matahari Memikat Para Korporasi Besar

Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pengembangan bisnis energi baru terbarukan (EBT) terus menjadi perhatian korporasi besar. Peluang bisnis dari energi masa depan yang bersih ini membuat investor mempercepat realisasi proyek-proyek mereka.

Energi baru terbarukan yang sedang populer adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Dilihat dari Rencana Umum Energi Nasional sudah dipetakan potensi 207,8 GW energi surya. Solar PV ditargetkan 45 GW pada 2050, dari beberapa potensi EBT maka energi surya adalah salah satu yang terbesar.
 
Direktur Pengembangan Usaha PT Bukit Asam Tbk Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin menegaskan, pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) hingga 2050, pengembangan EBT Bukit Asam cukup ambisius dan terukur karena mempunyai kelebihan dalam konteks lahan pasca tambang. Tantangan dalam pengembangan EBT, khususnya PLTS adalah ketersediaan lahan dan tarif yang atraktif bagi pembeli. "Kami sudah hitung dengan cermat untuk address dua hal itu," kata dia, Kamis (26/8).
 
Bukit Asam sudah menyediakan 200 hektare lahan di Ombilin Sumatra Barat, serta dua lokasi lain, yakni di Tanjung Enim Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur. Proyek tersebut akan dikembangkan bertahap hingga memiliki kapasitas hingga 300 MW. 
 
"Di tiga titik tersebut rencana besar kami. Semoga PLN bisa approve masuk RUPTL. Lahan sudah ada, lalu kami juga ingin memberikan value ke PLN," ungkap dia.  
 
Tak ingin ketinggalan dalam transisi energi, PT Indika Energy Tbk pada awal tahun 2021 mendirikan perusahaan join venture dengan salah satu pengembang PLTS di India. "Kami menyebutnya EMITS. Hingga kini, EMITS sudah mengembangkan lebih 550 MW di India, mayoritas kepemilikan dipegang TPG," ujar Azis Armand, Vice President Director and Group CEO PT Indika Energy Tbk. 
 
Menurut Azis, target komitmen net zero emission akan dicapai Indika melalui perubahan portofolio, dan melakukan dekarbonisasi di anak usaha yang akan berkontribusi ke net zero emission. "Kami sudah diskusikan bahwa potensi PLTS sangat besar karena PLTS akan mempunyai ekosistem tertentu. Kami ingin menjadi bagian dari ekosistem solar PV di Indonesia, baik melalui anak usaha EMITS dan lainnya," kata dia. 
 
Pertamina, yang merupakan perusahaan migas, juga tak ingin melewati potensi bisnis tenaga surya. Melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI), Subholding Pertamina New Renewable Energy, menargetkan memiliki total kapasitas PLTS hingga 500 MW dari total potensi 1,5 GW dalam kurun lima tahun ke depan. Nah, untuk tahun ini saja, Pertamina Power akan merealisasikan 50 MW PLTS. 
 
Vice President Technical & Engineering Pertamina Power Indonesia, Norman Ginting mengemukakan, untuk merealisasikan target kapasitas terpasang tersebut, perlu dukungan manufaktur dan EPC lokal yang bisa diandalkan dalam merealisasikan rencana ini.
 
Program Pengembangan PLTS di Indonesia
 
PLTS Atap
1. Gedung Pemerintahan (37,35 MW)
2. Sosial (16,65 MW)
3. Bisnis (728,68 MW)
4. Industri (1.307,10 MW)
5. Residensial (1.525 MW)
Target: 3,61 GW
Reduksi emisi GRK: 5,4 juta ton CO2e
 
PLTS Skala Besar
1. Jamali (2.906,06MW)
2. Sumatera (192,82 MW)
3. Kalimantan (303,71 MW)
4. Sulawesi (175,79 MW)
5. MPNT (1.101,04 MW)
Target: 4,68 GW
Reduksi emisi GRK: 6,97 juta ton CO2e
 
PLTS Terapung
1. Jawa Bali (1.783,4 MW) -13 lokasi
2. Sumatera (7.143,1 MW) – 3 lokasi
3. Kalimantan (26,7 MW) – 1 lokasi
4. Sulawesi (2.920,6 MW) – 6 lokasi
5. Maluku – Papua – Nusa Tenggara (39,4 MW) - 5 lokasi
Target : 26,65 GW (271 lokasi)
Reduksi emisi GRK : 39,68 juta ton CO2e
 
Kesiapan Industri Modul Surya Dalam Negeri
15 Pabrik modul surya dalam negeri
524 MWp: Kemampuan produksi tahunan modul surya pabrikan dalam negeri
440 Wp: Maksimum kapasitas per modul surya yang dapat diproduksi dalam negeri
Catatan: Untuk mencapai target kapasitas 3,6 GW PLTS Atap pada 2025; terdapat potensi kebutuhan pasar sekitar 600 MWp s.d. 1200 MWp per tahun. (Asumsi kenaikan 20% per tahun)
Sumber: Kementerian ESDM
Terbaru