KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Penantian soal arah kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) membuat harga emas terkoreksi.
Momentum tersebut juga dimanfaatkan sebagian pelaku pasar untuk melakukan profit taking (ambil untung) sehingga menambah tekanan pada harga emas.
Pada Jumat (23/08) pukul 12.51 WIB, harga emas di pasar spot turun 0,3% menjadi $1,494.76 per ons.
Pelemahan harga emas ini melengkapi koreksi yang berlangsung dalam seminggu ini menjadi 1,3%.
Secara mingguan, koreksi tersebut merupakan penurunan tertinggi sejak 29 Maret 2019.
Baca Juga: Harga emas terus melorot menanti arah pidato Jerome Powell di Jackson Hole
Sementara emas berjangka Amerika Serikat (AS) juga ikut tergelincir 0,3% menjadi US$ 1.504,40 per ons.
Tekanan pada harga emas mencerminkan penantian investor terhadap arah kebijakan suku bunga yang akan disampaikan oleh Jerome Powell, Ketua The Fed.
Pada malam ini, pukul 21.00 WIB Powell dijadwalkan akan menyampaikan pidato di Jackson Hole.
Sejauh ini belum ada sinyal yang jelas mengenai kebijakan fed funds rate.
Kesempatan profit taking
Dus, kata Brian Lan, hal itu dimanfaatkan sebagai orang untuk mengambil untung dari kenaikan harga emas yang terjadi sebelumnya.
"Tidak ada arah yang jelas tentang apa yang Fed lakukan, sehingga orang-orang memilih berada di pinggir sampai mereka mendengar jawaban konkret," kata Managing Director Central GoldSilver di Singapura, dikutip dari Reuters (23/08).
Sementara itu pada perdagangan semalam, kurva imbal hasil US treasury tenor dua tahun dan 10 tahun, sempat terbalik meski cuma sebentar.
Sinyal tersebut semakin menguatkan adanya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS dan global.
Indikasinya juga bisa terlihat dari kepemilikan emas SPDR Gold Trust yang telah meningkat 27 ton pada Agustus ini.
Baca Juga: Harga emas Antam turun Rp 4.000
Pelaku pasar juga menantikan pertemuan G7 pekan ini untuk mencari petunjuk tentang upaya para pengambil kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi teknikal, target harga emas yang sebelumnya berada di US$ 1.524 per ons telah dibatalkan, Wang Tao, Analis Teknikal Reuters menyebut hal itu terjadi karena level support di US$.1497 per ons sudah ditembus ke bawah.