KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BUMN itu singkatan dari Badan Usaha Milik Negara. Jadi bukan badan usaha milik pemerintah.
Sementara ASN itu, kependekan dari Aparatur Sipil Negara. Makanya bukan disebut aparatur sipil pemerintah.
Dengan penggunaan kata negara, bukan pemerintah, mencerminkan BUMN dan ASN harus profesional. Mereka bekerja untuk negara.
Masalahnya sudah jadi rahasia umum, pemerintah berkuasa hobi menggunakan - terutama BUMN- untuk kepentingan mereka. Contoh paling gampang, saya pernah mendapat cerita, bagaimana seorang pejabat meminta BUMN membikin rilis saat dia berulang tahun.
Pernah juga ketika tengah malam saya nongkrong dengan salah satu pegawai BUMN, tiba-tiba ponselnya berdering. Di seberang suara ada permintaan dari pejabat. Dia minta kawan saya di BUMN itu membereskan kelebihan bagasi pesawat.
Itu baru contoh kisah minimalis. Masih banyak cerita lain yang lebih besar sering kita dengar, terkait BUMN menjadi sapi perah pemerintah atau pejabat pemerintah.
Buruknya kinerja BUMN juga dampak penugasan pemerintah. Paling gamblang adalah BUMN Karya yang mendapat beban pembangunan infrastruktur pada masa Joko Widodo berkuasa.
Dalam town hall Danantara Indonesia 2025 awal pekan ini, Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya pengelolaan Danantara Indonesia dengan prinsip transparansi dan tata kelola yang ketat.
"Ternyata kita kaya, mungkin sebentar lagi kekayaan Danantara tembus USD 1 triliun," ujar Prabowo, dikutip dari situs Sekretaris Kabinet, Senin (28/4).
Prabowo meminta seluruh jajaran direksi BUMN meninggalkan praktik-praktik lama yang tidak efisien maupun yang menyimpang. Ia menegaskan, evaluasi kinerja direksi harus dilakukan menyeluruh, termasuk penilaian terhadap integritas dan profesionalisme.
"Saya serahkan kepada manajemen mengevaluasi semua direksi,” ujar Prabowo.
Semoga saja, semua tidak omon-omon. Mengingat banyak PR Prabowo. Seperti tuntutan Purnawirawan TNI terkait Wapres Gibran Rakabuming Raka. Juga laporan Bank Dunia terkait 60,3% atau 172 juta orang indonesia miskin.Yang terakhir ini harus jadi perhatian Prabowo.
Sedangkan bagi Gibran, jangan cuma asyik berkunjung yang tidak perlu. Sekarang diperparah dengan hobi baru Gibran : omon-omon di Youtube yang memanen kritik netizen.