Program B20 Belum Mengurangi Impor Solar

Rabu, 19 Desember 2018 | 09:03 WIB
Program B20 Belum Mengurangi Impor Solar
[ILUSTRASI. Angkutan umum mengisi BBM jenis Biosolar B20]
Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA.  Program pemerintah yang mewajibkan pencampuran solar dengan bahan bakar nabati tidak memangkas impor bahan baku solar. Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor diesel selama November 2018 melonjak 26,10% dari bulan sebelumnya menjadi 845.082,3 ton.

Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono mengatakan, program pembuatan biodiesel 20% alias B20 yang belum diwajibkan pada September belum berdampak ke pengurangan impor solar di tahun ini. Ia memperkirakan, program itu baru terlihat efeknya di tahun tahun depan.

Secara tahunan, volume impor bahan bakar diesel periode Januari-November 2018 meningkat sebesar 5,78% menjadi 6,59 juta ton dibandingkan dengan periode sama 2017 sebesar 6,23 juta ton.

Bila dihitung dari nilai impor, tahun ini untuk periode Januari-November, nilai impornya melesat 38,13% menjadi US$ 4,079 miliar dibanding dengan periode sama 2017 sebesar US$ 2,952 miliar. BPS menyebut, nilai impor bahan bakar diesel bergerak mengikuti kenaikan harga minyak dunia yang signifikan.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kebijakan B20 belum efektif pangkas impor lantaran saat ini program B20 tersebut sepenuhnya jalan. Darmin kali ini mengatakan, masih ada kendala teknis di lapangan yang perlu pembenahan. "Untuk penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Esters) saat ini efektivitasnya baru 80% - 85% saja," ujarnya.

Guna mengatasi berbagai hambatan tersebut, pemerintah berencana menambah floating storage untuk kebutuhan program B20. Penambahan floating storage tidak hanya di Balikpapan, tapi juga di Tuban, Jawa Timur.

Hanya untuk kapal tangki apung di Tuban tidak bisa diadakan dalam waktu dekat. Ini berbeda dengan Balikpapan, yang ditargetkan mulai beroperasi 1 Januari 2019.  "Penambahan kapal tangki apung di Tuban untuk mengurangi jumlah titik pencampuran," ujarnya.

Titik pencampuran berkaitan dengan jumlah kapal apung. Semakin banyak  titik pencampuran, maka membutuhkan pengadaan kapal.  Padahal, "Untuk pengadaan kapal juga tak mudah karena tidak semua kapal bisa, harus punya sertifikat tertentu,"  ujar Darmin.

Bagikan

Berita Terbaru

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:32 WIB

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing

Beberapa saham yang terkena aksi jual asing dalam sepekan terakhir ini, masih dapat dicermati untuk trading jangka pendek

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:25 WIB

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis

 Sejumlah emiten mulai dari sektor teknologi, kesehatan, hingga energi, memperluas bisnis dengan membentuk anak usaha baru.

Prospek Saham DSNG yang Siap  Menebar Dividen Rp 24 Per Saham
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:23 WIB

Prospek Saham DSNG yang Siap Menebar Dividen Rp 24 Per Saham

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari buku tahun 2024.

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:19 WIB

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Mengupas rencana bisnis perusahaan ritel fesyen, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) di tengah persaingan industri yang ketat

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:00 WIB

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini

Potensi kontraksi PMI masih dapat berlanjut, terlebih jika pasca negosiasi tarif dalam 90 hari tidak mendapatkan keputusan win-win.

Profit 27,96% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok (7 Juni 2025)
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 08:26 WIB

Profit 27,96% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok (7 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (7 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,96% jika menjual hari ini.

Membawa Metrodata Menjadi Raksasa
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 08:20 WIB

Membawa Metrodata Menjadi Raksasa

Susanto Djaja adalah sosok yang sudah teruji memimpin bisnis Metrodata dan mengenal dengan baik kultur bisnis perusahaan.

Pilah-Pilih Valas Saat Dolar AS Cemas
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 07:45 WIB

Pilah-Pilih Valas Saat Dolar AS Cemas

OECD memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang semula sebesar 2,2% di tahun 2025, menjadi 1,6% dan turun ke 1,5% pada 2026. 

Menangkap Kilau Berlian Buatan
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 07:00 WIB

Menangkap Kilau Berlian Buatan

Berlian hasil laboratorium atau lab grown diamond sukses menggaet pasar muda yang luas dengan harga jauh lebih murah

Baramulti Suksessarana (BSSR) Menebar Dividen Tunai dan Mengganti Komisaris
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 06:50 WIB

Baramulti Suksessarana (BSSR) Menebar Dividen Tunai dan Mengganti Komisaris

Dividen akan dibayarkan selambat-lambatnya 30 hari kalender kepada pemegang saham yang tercatat pada recording date 19 Juni 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler