Prospek Emas Terhimpit Tren Bunga Tinggi dan Potensi Resesi

Kamis, 23 Juni 2022 | 04:20 WIB
Prospek Emas Terhimpit Tren Bunga Tinggi dan Potensi Resesi
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ancaman resesi, emas bisa menjadi alternatif investasi yang menarik. Tapi di satu sisi, kebijakan moneter bank sentral global yang agresif justru menjadi katalis negatif bagi harga emas.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan, emas sering dipandang sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi maupun politik. Peluang terjadinya resesi akan membuat permintaan emas naik. 

Tambah lagi ada konflik Rusia-Ukraina, perang dagang AS-China dan ketegangan AS-Iran. Sentimen-sentimen ini seharusnya bisa mendukung emas sebagai safe haven. 

Baca Juga: Ada Ancaman Resesi, Begini Saran Racikan Portofolio Investasi untuk Investor

Inggris pun saat ini menghadapi krisis. "Tingginya tingkat inflasi di beberapa negara maju, seperti AS, Inggris dan zona euro, juga semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai sarana lindung nilai karena inflasi," kata Alwi. 

Hanya saja, inflasi tersebut ditanggapi bank sentral dunia dengan mengetatkan kebijakan moneter dan menaikkan bunga. Selain The Fed, Swiss National Bank juga menaikkan suku bunga 50 bps. Bank of England juga menaikkan bunga 25 bps. Lalu RBA menaikkan bunga 0,8% dan membuka ruang kenaikan di rapat selanjutnya. 

Tren bunga tinggi justru membuat emas ditinggalkan. Alasannya, logam mulia ini cuma bisa memberi keuntungan dari kenaikan harga, tidak ada keuntungan dari dividen atau kupon. 

Alwi menilai, kenaikan bunga akan diiringi penguatan dollar AS. Alhasil harga emas akan lebih mahal bagi pemegang mata uang non dollar AS. Belum lagi, koreksi pasar saham membuat valuasi saham AS lebih murah. 

Akhirnya risk appetite investor berburu aset berisiko meningkat. "Daya tarik emas sebagai investasi alternatif turun dan membuat emas bergerak terbatas,” ujar Alwi. 

Baca Juga: Emas Dinilai Bisa Jadi Pilihan Investasi Menarik di Tengah Ancaman Resesi

Analis DCFX Lukman Leong mengungkapkan, dalam jangka panjang, emas masih punya prospek. Namun, hingga akhir tahun ini, ia melihat emas kurang menarik. Ini tidak lepas dari siklus kenaikan suku bunga agresif The Fed. "Mungkin, emas baru diminati setelah konfirmasi resesi di AS dan tekanan kenaikan bunga reda," kata dia.

Jika The Fed kian agresif menaikkan bunga maka kemilau emas akan redup. Tapi peluang resesi makin besar dan membuat harga emas jangka panjang akan menguat. Lukman menyarankan investor menunggu kesempatan beli emas di harga bawah. 

Proyeksi Lukman, harga emas spot berpeluang terkoreksi ke bawah US$ 1.800 per ons troi, dengan resistance ke US$ 2.000 per ons troi. "Jadi harga logam mulia bisa dibeli di Rp 850.000-Rp 900.000 per gram," saran dia.

Hitungan Alwi, harga emas Antam akhir tahun ini akan ada di Rp 925.00-Rp 1.035.000 per gram. Sementara harga buyback di kisaran Rp 825.000-Rp 910.000 per gram.

Baca Juga: Emas Dinilai Bisa Jadi Pilihan Investasi Menarik di Tengah Ancaman Resesi

Bagikan

Berita Terbaru

MSCI Melunak Melonggarkan Kriteria Masuk Indeks, Kabar Baik Bagi Saham-Saham Prajogo
| Minggu, 13 Juli 2025 | 16:05 WIB

MSCI Melunak Melonggarkan Kriteria Masuk Indeks, Kabar Baik Bagi Saham-Saham Prajogo

Pengamat pasar Yanuar Rizky menyebut langkah MSCI melonggarkan syarat menandakan mereka mengincar keuntungan pendek (short) dari transaksi di IDX.

Menakar Taji BBCA, BBRI, BMRI VS Saham Konglomerat yang Jadi Nakhoda Penggerak IHSG
| Minggu, 13 Juli 2025 | 14:42 WIB

Menakar Taji BBCA, BBRI, BMRI VS Saham Konglomerat yang Jadi Nakhoda Penggerak IHSG

Emiten dengan bobot terbesar di dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dikuasai oleh tiga saham perbankan keping biru..

Gaduh PKPU Emiten Pionir Bisnis Kebab Baba Rafi (RAFI), Nilamsari Buka Suara
| Minggu, 13 Juli 2025 | 14:36 WIB

Gaduh PKPU Emiten Pionir Bisnis Kebab Baba Rafi (RAFI), Nilamsari Buka Suara

Nilamsari dan Nur Arief Budiyanto menyatakan mereka telah mengajukan pengunduran diri dan disetujui dalam RUPS tanggal 26 Juni 2024.

Bank Mandiri (BMRI) Agendakan RUPSLB, Dirut Darmawan Junaidi Digosipkan Bakal Diganti
| Minggu, 13 Juli 2025 | 11:42 WIB

Bank Mandiri (BMRI) Agendakan RUPSLB, Dirut Darmawan Junaidi Digosipkan Bakal Diganti

PT Bank Mandiri Tbk mengumumkan bakal menggelar RUPSLB pada 4 Agustus 2025 mendatang, dengan Agenda: perubahan pengurus perseroan.

Perang Diskon Sepeda Motor Listrik di Tengah Ketidakpastian Subsidi
| Minggu, 13 Juli 2025 | 06:05 WIB

Perang Diskon Sepeda Motor Listrik di Tengah Ketidakpastian Subsidi

Insentif pemerintah untuk sepeda motor listrik tak kunjung turun, produsen memutar siasat menebar diskon jumbo

Panen Raya Bisnis Buku Latihan Soal Sekolah
| Minggu, 13 Juli 2025 | 05:10 WIB

Panen Raya Bisnis Buku Latihan Soal Sekolah

Penerbit buku latihan soal untuk siswa panen menjelang tahun ajaran baru. Bukunya laris diborong orang tua siswa yang in

 
Ironi Bansos untuk Judol
| Minggu, 13 Juli 2025 | 05:05 WIB

Ironi Bansos untuk Judol

​Pemerintah menemukan ada 571.410 rekening penerima bansos terindikasi digunakan untuk aktivitas judi daring pada 2024.

Terdorong Sentimen Positif Domestik, IHSG Menguat Dalam Sepekan
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:30 WIB

Terdorong Sentimen Positif Domestik, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Di akhir pekan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menclok di 7.047,43, menguat 2,65% dalam sepekan. 

Sudah Penuhi Kewajiban, BEI Cabut Suspensi Saham Kimia Farma (KAEF)
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 11:24 WIB

Sudah Penuhi Kewajiban, BEI Cabut Suspensi Saham Kimia Farma (KAEF)

Sejak sesi pertama perdagangan saham di BEI kemarin, saham emiten farmasi pelat merah tersebut sudah kembali diperdagangkan.

Trump Tetap Patok Tarif 32%, Indonesia Patut Ikuti Langkah China Menjaring Mitra Baru
| Sabtu, 12 Juli 2025 | 10:00 WIB

Trump Tetap Patok Tarif 32%, Indonesia Patut Ikuti Langkah China Menjaring Mitra Baru

Indonesia juga mesti memaksimalkan penggunaan LCS dan BCSA untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler