Prospek Reksadana ETF Menanti Sinyal Positif Pasar Saham

Senin, 28 Juni 2021 | 07:25 WIB
Prospek Reksadana ETF Menanti Sinyal Positif Pasar Saham
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) belum menunjukkan perkembangan minat yang signifikan. Hal ini tercermin dari tren dana kelolaan reksadana tersebut.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan ETF sebelum terjadinya pandemi, atau pada akhir 2019 berjumlah Rp 13,98 triliun. Jumlah ini sempat naik menjadi Rp 16,18 triliun di akhir 2020, namun kembali turun sepanjang 2021. Akhir Mei lalu, dana kelolaan ETF susut menjadi Rp 14,85 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana berpendapat, minat terhadap ETF belum pulih lantaran kinerja indeks saham yang dijadikan acuan, sejauh ini masih tertekan. Kelak ketika pasar membaik dan berbagai indeks acuan mulai pulih, lanjut Wawan, minat terhadap ETF diyakini bakal kembali tumbuh.

Optimisme Wawan didasari pada kondisi akhir tahun 2020.  Saat itu, pelaku pasar menyambut baik upaya vaksinasi dan pemulihan ekonomi pada 2021. IHSG pun melonjak hingga ke level 6.400.

Pasar menganggap kondisi tahun ini tidak sebaik ekspektasi semula. Terlebih lagi, dalam sepekan terakhir kasus Covid-19 melonjak dan mendorong pemberlakukan kembali PPKM diperketat.

"Ini bisa kembali memukul optimisme pelaku pasar dan membuat pasar saham terkena imbasnya untuk sebulan hingga dua bulan ke depan," tandas Wawan, Jumat (25/6).

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan, peminat ETF yang berbasis saham, masih didominasi oleh investor institusi. Salah satu penyebabnya adalah minimal pembeliannya yakni 1 kreasi atau 100.000 unit penyertaan. Artinya, dana yang diperlukan cukup besar, sehingga investor ritel yang masuk tidak banyak jumlahnya.

Menurut dia, salah satu faktor yang bisa membuat ETF kembali menarik adalah kenaikan indeks saham secara umum. Ini akan memicu kinerja ETF maupun dana kelolaannya. Rudiyanto optimistis, IHSG  berada di level 6.700-6.800 hingga akhir tahun.

Sementara Wawan melihat produk ETF berbasis obligasi, dapat  menjadi pilihan karena kupon yang pasti.

"Katakanlah ETF berbasis SBN, selama investor bisa hold 2-3 tahun, investor akan mendapat kupon 6% tiap tahun. Hal ini bisa jadi buffer ketika kinerja SBN ternyata justru merugi," kata dia.

Sementara itu, Portfolio Manager Samuel Asset Management (SAM) Budi Santoso menyatakan produk miliknya, yakni reksadana ETF SRI-KEHATI makin diminati seiring  meningkatnya kesadaran investor berpartisipasi pada produk investasi yang bertema environmental, social and governance (ESG).

Dia optimistis, kinerja reksadana itu bakal lebih baik, karena laporan keuangan emiten sejauh ini menunjukkan perbaikan. Perbaikan ekonomi juga akan membaik sejalan proses vaksinasi yang terus berjalan.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

Target Penjualan Mobil Tahun Ini Dipangkas
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Target Penjualan Mobil Tahun Ini Dipangkas

Gaikindo revisi penjualan mobil 2025 menjadi 780.000 unit akibat pemintaan mobil dari keleas menengah menurun

Pengawasan Bea Keluar Kerek Penerimaan Cukai
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:50 WIB

Pengawasan Bea Keluar Kerek Penerimaan Cukai

Laporan terbaru menunjukkan penerimaan bea keluar mencapai Rp 496,77 miliar hingga Nov 2025, didorong nota pembetulan tembus.

Suntikan PMN Tembus Rp 14,41 Triliun
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:48 WIB

Suntikan PMN Tembus Rp 14,41 Triliun

Pemerintah dan DPR XI setujui alokasi PMN 2025 senilai Rp 14,41 triliun, dengan fokus pada KAI, INKA, perumahan, dan BUMN terkait.

INDEKS BERITA

Terpopuler