Proyek Infrastruktur Masih dikebut, WTON dan WSBP Kerek Kontrak Baru

Rabu, 20 Maret 2019 | 08:50 WIB
Proyek Infrastruktur Masih dikebut, WTON dan WSBP Kerek Kontrak Baru
[]
Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua emiten BUMN yang memproduksi beton pracetak optimistis menjalani bisnis tahun ini. Meski tensi politik menjelang pilpres memanas, mereka tetap meyakini bakal mengantongi kontrak baru dalam jumlah besar.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) berani memasang pertumbuhan kontrak baru sebesar 17% pada tahun ini. Sepanjang tahun lalu, anggota indeks Kompas100 ini membukukan kontrak Rp 7,7 triliun.

Manajer Investor Relation PT Wijaya Karya Beton Tbk, Yushadi, mengatakan, pihaknya optimistis bisa mencatat kontrak baru sebesar Rp 9 triliun pada tahun ini.

Potensi kontrak baru WTON antara lain beberapa rencana ekspansi perusahaan BUMN seperti PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, Pelindo II, Pelindo III dan Pelindo IV. "Kalau dari belanja infrastruktur pemerintah, tahun ini pemerintah hanya meningkatkan 1%, sehingga tidak berbanding lurus dengan target kami," ungkap dia, Selasa (19/3).

Selain itu, belanja infrastruktur pemerintah daerah berpeluang mengerek pertumbuhan kontrak baru WTON. Sebab, cakupan anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini bisa menjangkau 24 titik di Indonesia yang terdiri dari pabrik, wilayah penjualan, dan crushing plant. Ini pula yang menjadi salah satu strategi WTON, karena dengan semakin tersebarnya jaringan, maka distribusi beton pracetak bakal lebih murah.

Potensi berikutnya dari swasta. Tahun lalu, sebesar 60% kontrak baru WTON berasal dari pembangunan infrastruktur. Nah, dari total 60% itu, sebanyak 25% di antaranya berasal dari proyek swasta. Berkaca dari tahun 2018, kontribusi swasta terus meningkat. "Tahun 2017, dari total infrastruktur, kontribusi swasta 20%," terang Yushadi.

Tahun ini, WTON telah meraih kontrak baru dari luar negeri yakni di Filipina, untuk membangun jalur kereta api sepanjang 150 kilometer. Untuk mengerjakan proyek itu, WTON berkongsi dengan PT Inka dan PT Pindad. "Selain itu, kami berencana mengerjakan proyek beton pra cetak di Singapura. Ini masih dalam tahap diskusi," jelas Yushadi.

Untuk memuluskan rencana bisnis tahun ini, Wika Beton menyiapkan belanja modal Rp 428 miliar. Kelak, belanja modal itu digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi, penambahan penyertaan modal anak usaha dan menambah lahan. Kini, kapasitas produksi beton pracetak WTON sebesar 3,7 juta ton per tahun dan akan ditingkatkan menjadi 3,9 juta ton hingga 4 juta ton per tahun.

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) juga meyakini mampu meraih kontrak baru lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Sepanjang 2018, anggota indeks Kompas100 ini meraih kontrak baru Rp 6,66 triliun.

Adapun tahun ini, kontrak anyar yang dibidik Rp 10,39 triliun. "Dari total itu, 60% internal (proyek Waskita) dan 40% eksternal," ungkap Sekretaris Perusahaan WSBP Ratna Ningrung kepada KONTAN, kemarin.

Menurut dia, mayoritas kontrak baru WSBP tahun ini bakal berasal dari proyek infrastruktur jalan tol. Selain itu, WSBP mulai membidik kontrak dari luar negeri. Bahkan, WSBP berencana mengembangkan produk baru, selain berupaya meningkatkan efisiensi.

Untuk menunjang ekspansi bisnis pada tahun ini, Waskita Beton akan menerbitkan obligasi senilai Rp 2 triliun di semester II-2019. WSBP akan menggunakan Rp 900 miliar dana obligasi untuk belanja modal. Dari total belanja modal senilai Rp 900 miliar, sebesar Rp 500 miliar akan dipakai untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3,7 juta ton pada tahun ini dari sebelumnya 3,5 juta ton.

Bagikan

Berita Terbaru

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:50 WIB

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni

Di tengah lesunya sektor properti, DILD bakal fokus melanjutkan sejumlah program promosi yang sudah berjalan pada paruh kedua tahun ini

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:48 WIB

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang

Ada peluang perbaikan kinerja sektor konsumer di kuartal IV-2025 seiring momen musiman Natal dan Tahun Baru.

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:10 WIB

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump

WLFI, Aster, dan Sonic Labs mendapatkan perhatian karena tindakan konkret mereka dalam menstabilkan pasar lewat buyback.

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:45 WIB

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari

Aktivitas karyawan dan layanan operasional Danasyariah saat ini masih dilakukan secara daring hingga waktu yang akan diinformasikan lebih lanjut.

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru

Dalam skenario optimis. harga emas bahkan bisa mencapai US$ 5.000 jika faktor pendorong seperti permintaan bank sentral terus menguat. 

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:59 WIB

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke

Dalam jangka pendek saham GZCO berpotensi menguji area psikologis 300 namun investor disarankan tetap waspada.

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:45 WIB

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok

Rupiah melemah tipis terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang.

Menyeimbangkan Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi di Kuartal IV
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Menyeimbangkan Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi di Kuartal IV

Pada akhir kuartal  tahun ini, pelaku pasar kembali dihadapkan pada volatilitas tinggi akibat dinamika global dan arah kebijakan moneter.

Waspadai Efek Negatif Penyerapan Pesat Dana SAL dalam Waktu Singkat
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:20 WIB

Waspadai Efek Negatif Penyerapan Pesat Dana SAL dalam Waktu Singkat

Realisasi penyerapan dana SAL  dalam kredit sudah signifikan menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak. ​

Bidik Lelang SUN Rp 180 Triliun di Kuartal IV
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:18 WIB

Bidik Lelang SUN Rp 180 Triliun di Kuartal IV

Namun demikian, target lelang SUN tersebut lebih rendah dibanding hasil pada kuartal-kuartal sebelumnya pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler