PTPP Terkendala Harga Material yang Naik

Jumat, 08 Juli 2022 | 04:35 WIB
PTPP Terkendala Harga Material yang Naik
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga bahan baku material membayangi kinerja PT PP Tbk (PTPP). Tapi analis berharap pelonggaran aktivitas masyarakat dan ekonomi yang mulai pulih membantu kinerja emiten konstruksi ini.

Di kuartal I lalu, PTPP membukukan kenaikan pendapatan 50,79% secara tahunan jadi Rp 4,28 triliun. Analis RHB Sekuritas Ryan Santosa menyebut, realisasi pendapatan ini memenuhi 20% dari proyeksinya dan setara 21% konsensus proyeksi analis. 

Kenaikan ditopang pendapatan segmen konstruksi yang naik 55,3% secara tahunan. Lalu pendapatan EPC naik 35,8% dan pendapatan properti tumbuh 58,1%. Ryan menilai, kasus Covid-19 yang menurun dan pelonggaran pembatasan aktivitas membantu pemulihan kinerja PTPP. 

Baca Juga: Risiko Masih Cukup Tinggi, Simak Rekomendasi Saham PTPP

"Namun, margin cenderung menyempit, dipengaruhi oleh biaya material yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga 50 bps dan kenaikan PPN 1%," kata Ryan. Akibatnya, margin laba kotor PTPP menurun menjadi 12,7% dari 14,3% di kuartal I tahun lalu. 

Ini menandakan kenaikan biaya material, seperti semen, baja dan bahan bakar minyak alat berat, semakin tinggi. "Kami berharap efeknya akan sementara dan kenaikan biaya bisa dinegosiasikan dengan pemilik proyek," kata Ryan.

Pendapat analis Kanaka Hita Solvera William Wibowo senada. Menurut dia, kenaikan harga bahan baku dan pelemahan rupiah akan menghambat kinerja PTPP. "Tentu ini akan memperberat kinerja PTPP dan bisa jadi sentimen negatif untuk saham," kata William, Kamis (7/7). 

Baca Juga: PTPP Siap Terlibat dalam Pengembangan Kawasan IKN Nusantara

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael dalam risetnya menuliskan, penurunan margin laba kotor tampak terjadi pada segmen konstruksi, dari 11,7% di kuartal I tahun 2021 menjadi 9,1% di kuartal I-2022. Segmen EPC bahkan mencatat margin laba kotor minus 3,7% di kuartal I-2022, turun dari minus 0,7% di kuartal I-2021. 

Porsi utang

PTPP juga kian terbebani lantaran hasil laba asosiasi usaha dan perusahaan patungan menurun dari Rp 122 miliar jadi sebesar Rp 62 miliar di kuartal I-2022. Akibatnya, laba bersih di kuartal I lalu turun 26,4% secara tahunan menjadi Rp 28 miliar. 

Menurut Joshua, realisasi laba bersih PTPP di bawah ekspektasi. "Laba bersih kuartal I-2022 hanya menyumbang 5% dari proyeksi kami di tahun 2022 ," tulis dia di riset. 

Tambah lagi, porsi utang PTPP meningkat. Joshua menyebut, utang PTPP di kuartal I-2022 mencapai Rp 19,6 triliun, naik dari kuartal IV-2021 sebesar Rp 19,1 triliun. Akibatnya, net gearing PTPP naik menjadi 1 kali dari 0,9 kali di kuartal I-2021. 

Realisasi kinerja PTPP di kuartal I tahun ini membuat Joshua merevisi proyeksi laba bersih tahun ini dan tahun depan. Alasannya, beban bunga bersih akan naik. 

Proyeksi awal Joshua, beban bunga sebesar Rp 1,1 triliun di 2022-2023. Proyeksi saat ini, beban bunga mencapai Rp 1,2 triliun di 2022 dan Rp 1,3 triliun di 2023. "Kami merevisi laba bersih PTPP di 2022 dari semula Rp 549 miliar jadi Rp 342 miliar. Sementara laba bersih di 2023 dipangkas dari Rp 822 miliar jadi Rp 519 miliar," ujar Joshua.

Baca Juga: PTPP Pastikan Ikut Serta Tender Proyek Infrastruktur di IKN Nusantara

William merekomendasikan buy on weakness PTPP dengan target harga Rp 1.400-Rp 1.500. Joshua dan Ryan mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga masing-masing di Rp 1.450 dan Rp 1.170 per saham.  

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
| Senin, 17 November 2025 | 13:17 WIB

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis

BCA catat laba Rp 48,26 triliun di Oktober 2025, naik 4,39% secara tahunan dan sesuai proyeksi analis

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian
| Senin, 17 November 2025 | 10:33 WIB

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian

Situasi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi keberhasilan redenominasi. Ada beberapa aspek yang membuat kebijakan ini gagal.

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri
| Senin, 17 November 2025 | 06:30 WIB

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri

Harga logam industri terangkat oleh kombinasi sentimen makro yang membaik serta tekanan pasokan global yang belum mereda.

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi
| Senin, 17 November 2025 | 06:15 WIB

Rupiah Pekan Ini Menanti Data Ekonomi

Rupiah menguat 0,13% secara harian ke level Rp 16.707 per dolar AS pada Jumat (14/11). Namun, dalam sepekan lalu, rupiah melemah 0,10%. 

Jalan Tengah UMP 2026
| Senin, 17 November 2025 | 06:14 WIB

Jalan Tengah UMP 2026

Negara ini butuh upah yang layak dan iklim usaha yang sehat. Keduanya bisa berjalan jika semua pihak bersedia mendekat ke tengah.

INDEKS BERITA

Terpopuler