Ramadan, Harga CPO Tetap Turun

Kamis, 09 Mei 2019 | 07:54 WIB
Ramadan, Harga CPO Tetap Turun
[]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) belum menunjukkan sinyal masuk tren penguatan. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi penekan harga CPO.

Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Juli 2019 di Malaysian Derivative Exchange berada di RM 2.037 per metrik ton, atau melemah 0,15% dari hari sebelumnya. Padahal, pada perdagangan Selasa (7/5), harga CPO sempat rebound dari harga terendah lima bulan terakhir, RM 1.984 per metrik ton.

Biasanya, harga CPO terdongkrak naik di bulan Ramadan. Sebab permintaan atas produk turunan CPO kerap meningkat jelang Ramadan hingga usai Idul Fitri.

Tetapi, harga CPO saat ini justru tertekan akibat sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat dan China. Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, sentimen perang dagang ini menghancurkan tren penguatan harga minyak sawit saat Ramadan.

Sebab, saat ini China merupakan importir terbesar CPO. Jika ekonomi China terpukul, maka permintaan akan komoditas ini akan melemah.

Selain itu, kesepakatan dagang AS-China juga belum tentu menguntungkan CPO. Pasalnya, salah satu poin negosiasi adalah China harus mengganti CPO dengan minyak kedelai dari AS.

Pada Kamis dan Jumat ini, Wakil Presiden China Liu He berencana menyambangi AS untuk membicarakan tarif impor. Awalnya, kabar ini meredam ketegangan di pasar. Namun, kekhawatiran pasar kembali muncul setelah petinggi AS menegaskan akan menaikkan tarif impor atas produk asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25%.

Deddy menilai, secara umum, harga CPO masih dalam tren melemah tahun ini. Belum lagi Uni Eropa melancarkan kampanye hitam terhadap produk sawit Indonesia. "Sampai dengan akhir tahun ini, harga CPO bakal bearish. Cukup sulit bagi CPO bergerak lebih tinggi di atas RM 2.000 per metrik ton," kata Deddy, Rabu (8/5).

Deddy menganalisa, sampai akhir tahun, kemungkinan harga CPO akan bergerak di kisaran RM 1.900 per metrik ton. Ia memperkirakan besok harga CPO akan melemah di rentang pergerakan RM 1.990–RM 2.070 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak antara RM 1.980–RM 2.090 per metrik ton.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 19:34 WIB

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?

Kenaikan imbal hasil SBN menjadi salah satu tanda perubahan sentimen pasar terhadap risiko fiskal dan arah ekonomi domestik.

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

INDEKS BERITA

Terpopuler