Rekor Baru IHSG Mengangkat Kinerja Reksadana ETF

Rabu, 13 April 2022 | 03:35 WIB
Rekor Baru IHSG Mengangkat Kinerja Reksadana ETF
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja pasar saham dalam tren positif sepanjang tahun ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin kembali mencetak rekor tertinggi, ditutup di 7.214,78 atau menguat 9,07% secara year to date. Indeks acuan lain seperti IDX30 dan LQ45 masing-masing berhasil menguat 10,54% dan 10,39%. 

Kinerja reksadana Exchange Trade Fund (ETF) pun diyakini bisa mengimbangi. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebut, produk ETF rata-rata mengikuti kinerja indeks. Pasalnya, produk ETF secara karakteristik mengikuti indeks. 

Bahkan seluruh produk ETF berbasis saham membukukan kinerja positif. Untuk produk ETF berbasis obligasi berkinerja negatif karena imbas potensi kenaikan suku bunga acuan. "Secara umum, rata-rata kinerja ETF saham berhasil mengalahkan reksadana konvensional," kata dia, Selasa (12/4). Rata-rata ETF yang berbasis IDX-30 memiliki catatan kinerja lebih baik dibanding ETF yang menggunakan indeks lainnya. 

Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing pada Awal Pekan

Hal ini diamini Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyebut kinerja ETF milik Panin AM, yakni reksadana indeks Panin ETF IDX30 Dinamis (XPDT) dalam satu tahun terakhir (per 11 April) menguat 15,95%. "Kinerja XPDT berhasil outperform dari indeks IDX30 yang hanya naik 13,92% di periode sama," kata dia.

Ke depan, Wawan melihat kinerja ETF masih positif seiring potensi IHSG kembali cetak rekor tertinggi baru. Terlebih, saham dalam indeks IDX30 merupakan saham sektor keuangan, telekomunikasi, aneka industri, hingga komoditas punya prospek apik pada tahun pemulihan ekonomi. 

Wawan optimistis, rata-rata kinerja ETF tahun ini bisa outperform dari rata-rata reksadana saham konvensional. 

Minat terhadap produk ETF di Indonesia belum tinggi. Ini nampak dari unit penyertaan produk ETF cenderung stagnan. Padahal, investor saham, khususnya ritel justru sedang tumbuh pesat. "ETF buat investor ritel ini kurang menarik karena pasar sekunder belum likuid. Kecuali, investor institusi maupun high net worth individual yang bisa bertransaksi pada 1 unit kreasi (1.000 lot), pasar sekunder lebih likuid," tutup Wawan.

Rudiyanto juga bilang peminat produk ETF, khususnya investor ritel sangat terbatas. Apalagi, produk ETF untuk pembeliannya harus melalui primary dealer sehingga membuat peminatnya adalah korporasi. 

Baca Juga: Manajer Investasi Dihadapkan Pada Pilihan Dilematis Untuk Saham GOTO

Bagikan

Berita Terbaru

Pemotongan Suku Bunga BI dan Pelepasan Siloam Jadi Sentimen Positif Lippo Karawaci
| Rabu, 28 Mei 2025 | 12:00 WIB

Pemotongan Suku Bunga BI dan Pelepasan Siloam Jadi Sentimen Positif Lippo Karawaci

Kuartal I 2024, Lippo Karawaci (LPKR) mencatat kerugian Rp 179 miliar, dengan pendapatan turun 5,84% year on year menjadi Rp 2,06 triliun.

Gadang Banyak Ekspansi Bisnis, Pendapatan INET Diprediksi Bisa Naik 30 Kali Lipat
| Rabu, 28 Mei 2025 | 11:00 WIB

Gadang Banyak Ekspansi Bisnis, Pendapatan INET Diprediksi Bisa Naik 30 Kali Lipat

Sinergi Inti Andalan Prima (INET) melalui anak usahanya, PT Pusat Fiber Indonesia telah menjalin kerja sama dengan PT Jejaring Mitra Persada.

Saatnya Mengail Cuan dari Dividen Charoen Pokphand
| Rabu, 28 Mei 2025 | 10:35 WIB

Saatnya Mengail Cuan dari Dividen Charoen Pokphand

Tren pertumbuhan laba CPIN diproyeksi bisa berlanjut dalam jangka menengah. Ini selama harga pakan stabil dan daya beli masyarakat tak terganggu

Mayora Indah (MYOR) Memperkuat Pasar Amerika
| Rabu, 28 Mei 2025 | 10:16 WIB

Mayora Indah (MYOR) Memperkuat Pasar Amerika

Adanya trading-arms yang bersedia dan mampu mendukung pemasaran produk MYOR sangat dibutuhkan agar kinerja penjualan pasar ekspor terjaga.

TLKM Menebar Dividen Jumbo dan Merombak Direksi, Begini Rekomendasi Sahamnya
| Rabu, 28 Mei 2025 | 10:10 WIB

TLKM Menebar Dividen Jumbo dan Merombak Direksi, Begini Rekomendasi Sahamnya

Para pemegang saham juga menyepakati, sisa laba bersih TLKM senilai Rp 2,6 triliun atau 11% ditetapkan sebagai laba ditahan.

Segera Jatuh Tempo, Nasib Utang BUMN Karya Semakin Gelap
| Rabu, 28 Mei 2025 | 09:51 WIB

Segera Jatuh Tempo, Nasib Utang BUMN Karya Semakin Gelap

Suspensi WIKA akan berdampak pada rating kredit yang akan ditinjau lagi jika mencapai kesepakatan dalam RUPSU berikutnya

Harga Saham GIAA Belakangan Bergerak Volatil, Didorong Investor Domestik
| Rabu, 28 Mei 2025 | 08:53 WIB

Harga Saham GIAA Belakangan Bergerak Volatil, Didorong Investor Domestik

Sejauh ini belum ada sentimen positif yang bisa dijadikan alasan kenaikan harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Profit 30,46% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol (28 Mei 2025)
| Rabu, 28 Mei 2025 | 08:44 WIB

Profit 30,46% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Ambrol (28 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (28 Mei 2025) 1.895.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 30,46%  jika menjual hari ini.

Langkah Strategis KLBF, Pabrik JV dengan Livzon Groundbreaking Hari Ini, 28 Mei 2025
| Rabu, 28 Mei 2025 | 08:03 WIB

Langkah Strategis KLBF, Pabrik JV dengan Livzon Groundbreaking Hari Ini, 28 Mei 2025

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengambil langkah penting dengan mengamankan pasokan bahan baku sekaligus menyiasati perang dagang.

Kapitalisasi Pasar BRPT Tembus Rp 126 T, Sahamnya Diprediksi Masih bisa Terus Melaju
| Rabu, 28 Mei 2025 | 07:40 WIB

Kapitalisasi Pasar BRPT Tembus Rp 126 T, Sahamnya Diprediksi Masih bisa Terus Melaju

Nilai wajar PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ditaksir antara Rp 590 triliun sampai Rp 600 triliun, atau sekitar Rp 2.200/saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler