Reksadana Terproteksi Kini Mengincar Minat Nasabah Ritel

Rabu, 15 Desember 2021 | 04:40 WIB
Reksadana Terproteksi Kini Mengincar Minat Nasabah Ritel
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 bukan menjadi tahun baik bagi reksadana terproteksi. Sepanjang Januari - November 2021, dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) reksadana terproteksi menyusut Rp 39,5 triliun.

Merujuk data Infovesta Utama, pada akhir Desember 2020, dana kelolaan reksadana terproteksi Rp 137,40 triliun. Namun, akhir November 2021 hanya Rp 97,9 triliun. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penyebab utama anjloknya dana kelolaan reksadana terproteksi adalah keputusan pemerintah menurunkan pajak obligasi dari 15% menjadi 10%. Alhasil, investor menilai reksadana terproteksi tak menguntungkan karena potongan pajak sama dan masih dikenakan biaya manajer investasi dan bank kustodian.

Baca Juga: Target pertumbuhan AUM industri reksadana 2022 Rp 600 triliun

"Alhasil, banyak produk reksadana terproteksi jatuh tempo tidak digantikan," kata Wawan. Ditambah, pertengahan 2021, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) keluar dari reksadana terproteksi Rp 30-an triliun. Pada Mei 2021, AUM reksadana terproteksi di level terendah Rp 92,53 triliun. Jika dihitung sejak Juni - November, maka dana kelolaannya naik Rp 5,37 triliun.

Menurut Wawan, kenaikan ini tak terlepas dari penerbitan produk reksadana terproteksi baru. Walau jumlah penerbitan memang tidak sebanyak yang jatuh tempo.

Wawan menjelaskan, reksadana terproteksi masih menarik bagi investor ritel. Maklum, untuk membeli satu unit obligasi perlu modal Rp 1 miliar. "Apalagi reksadana terproteksi berisikan SBN, risikonya rendah tapi menawarkan imbal hasil di atas deposito," ujar dia.

Reksadana terproteksi juga masih menarik bagi investor institusi karena ada yang tidak diperbolehkan memiliki obligasi secara langsung sebagai instrumen investasi. 

Wawan meyakini nasib reksadana terproteksi tergantung pada penerbitan obligasi korporasi baru. Jika penerbitan ramai, kupon relatif tinggi. 

"Jika pemulihan ekonomi berjalan sesuai harapan, reksadana terproteksi bisa menawarkan imbal hasil 7%-8% nett. Ini menarik bagi investor," kata Wawan. Tahun depan, dia menilai ada kebijakan pajak reksadana kembali diturunkan menjadi 5%. Sehingga setidaknya dana kelolaan produk ini di atas Rp 100 triliun. 

Baca Juga: Tren Bunga Rendah, Reksadana Pasar Uang Tetap Diburu

Head of Investment Specialist and Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana menilai, reksadana terproteksi menarik bagi investor ritel. Karena itu, beberapa tahun terakhir, mayoritas produk reksadana terproteksi milik Sucorinvest AM ditawarkan untuk nasabah ritel. 

Teranyar, Sucorinvest AM mendaftarkan produk reksadana terproteksi bernama Sucorinvest Proteksi 44 ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Namun, Lolita belum bisa membagikan informasi produk tersebut. 

Bagikan

Berita Terbaru

TLKM Butuh Triliunan Rupiah untuk Lincah Jalankan Sejumlah Agenda Ekspansi
| Sabtu, 01 November 2025 | 15:00 WIB

TLKM Butuh Triliunan Rupiah untuk Lincah Jalankan Sejumlah Agenda Ekspansi

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) gencar melakukan sejumlah aksi bisnis hingga korporasi untuk membesarkan perusahaannya.

Eskposur Kecil Solana (SOL) Mampu Tingkatkan Imbal Hasil Portofolio Kripto
| Sabtu, 01 November 2025 | 13:00 WIB

Eskposur Kecil Solana (SOL) Mampu Tingkatkan Imbal Hasil Portofolio Kripto

Solana (SOL) berhasil menembus level US$ 200 atau sebesar Rp 3,32 juta seiring kabar peluncuran Exchange Traded Fund (ETF) berbasis koin ini.

BlackRock, Vanguard, Hingga WisdomTree Ubah Posisi di Saham Rokok Indonesia
| Sabtu, 01 November 2025 | 11:00 WIB

BlackRock, Vanguard, Hingga WisdomTree Ubah Posisi di Saham Rokok Indonesia

Pergerakan investor institusi asing di dua emiten rokok besar, GGRM dan HMSP, menunjukkan dinamika menarik sepanjang 2025.

Beban Ambisi Politisi
| Sabtu, 01 November 2025 | 06:10 WIB

Beban Ambisi Politisi

Di saat bank swasta leluasa menyalurkan kredit ke segmen lebih menguntungkan, bank milik negara kerap harus menanggung risiko sosial lebih besar.

Pasca Lepas Bisnis Es Krim, Unilever Fokus pada Produk Margin Tinggi
| Sabtu, 01 November 2025 | 06:00 WIB

Pasca Lepas Bisnis Es Krim, Unilever Fokus pada Produk Margin Tinggi

Mengupas strategi bisnis PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pasca melepas bisnis es krim di awal tahun 2025

Bank Berburu Fee Based Demi Menjaga Kinerja
| Sabtu, 01 November 2025 | 05:05 WIB

Bank Berburu Fee Based Demi Menjaga Kinerja

.aat laju kredit masih tak bertenaga, sejumlah bank makin bergantung pada pendapatan non bunga demi menjaga keuntungan

Main Aman Saat Ekonomi Tak Pasti, Peserta DPLK Tambah Deposito
| Sabtu, 01 November 2025 | 04:35 WIB

Main Aman Saat Ekonomi Tak Pasti, Peserta DPLK Tambah Deposito

Hingga Juli 2025, dana peserta DPLK di keranjang deposito bertambah Rp 10,7 triliun sejak awal tahun menjadi Rp 78,07 triliun

Pertumbuhan di Tengah Kerentanan
| Sabtu, 01 November 2025 | 04:18 WIB

Pertumbuhan di Tengah Kerentanan

Pemulihan ekonomi bukan hanya soal angka pertumbuhan, tapi juga tentang tumbuhnya kepercayaan bahwa masa depan bisa lebih baik.

Pendapatan Bunga Bikin Cuan Bank Digital Kian Tebal
| Sabtu, 01 November 2025 | 04:15 WIB

Pendapatan Bunga Bikin Cuan Bank Digital Kian Tebal

Pendapatan bunga bersih yang masih tumbuh tinggi, menjadi bahan bakar kenaikan laba bank digital hingga sembilan bulan pertama tahun ini.

Terdepak Dari Indeks LQ45, Berikut Ini Saham Yang Masih Bisa Dilirik
| Jumat, 31 Oktober 2025 | 20:23 WIB

Terdepak Dari Indeks LQ45, Berikut Ini Saham Yang Masih Bisa Dilirik

BRIS dan JSMR masih lebih diuntungkan karena memiliki sentimen makro, serta dukungan BUMN, katalis belanja & transportasi di kuartal IV.

INDEKS BERITA

Terpopuler