Rencana Akuisisi Pegadaian dan PNM Plus Suku Bunga Rendah, Prospek BBRI Kian Cerah
Oleh:
Hikma Dirgantara
Rabu, 02 Desember 2020 | 08:00 WIB
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era bunga rendah bakal menguntungkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Para analis sepakat hal ini akan mengerek net interest margin (NIM) BBRI.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita menambahkan, meski ada pemangkasan suku bunga kredit, tapi dilakukan bertahap. Di lain sisi, penurunan bunga akan mendorong pemulihan iklim bisnis di sektor UMKM.
"BRI sudah menerapkan restrukturisasi kredit dengan penurunan rate pinjaman 2%-5% bagi nasabah terdampak pandemi Covid-19," kata Mayang.
Ini Artikel Spesial
Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Analis Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, jumlah kredit yang direstrukturisasi BBRI hingga September 2020 mencapai 27,2% dari total kredit.
Bila kredit yang direstrukturisasi akibat Covid-19 dikeluarkan, maka jumlahnya 5,1%.
Sebanyak 39,6% dari kredit yang telah direstrukturisasi berasal dari kredit mikro dan 39% kredit komersial kecil.
"Walaupun restrukturisasi kredit akibat Covid-19 dalam jangka waktu tiga bulan dan enam bulan sudah berjalan, 97,5% kembali lancar pembayarannya," kata Suria.
Selain itu, BBRI punya rencana akuisisi Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
"Tahun lalu, sebelum ada Covid-19, gabungan laba bersih Pegadaian dan PNM mencapai Rp 4,1 triliun, setara 12% laba bersih BBRI," terang Suria.
Baca Juga: Investor Ritel Kini Berkuasa Menyetir Arah IHSG, Tekanan Jual Asing Berhasil Diredam
Dia menambahkan, dalam sembilan bulan di tahun ini, gabungan laba bersih PNM dan Pegadaian setara 14% laba BBRI.
Per September 2020, gabungan aset Pegadaian dan PNM Rp 97,3 triliun setara 7% dari aset BBRI.
Mayang meyakini, aksi korporasi ini akan memperbesar aset BBRI dan membuat bank ini menguasai sektor keuangan mikro.
Analis OCBC Sekuritas Isfhan Helmy, dalam riset per 20 November 2020, menilai, aksi BBRI mengakuisisi Pegadaian dan PNM akan memberi tambahan laba bersih hingga 14% dan kenaikan aset mencapai 7%.
"Sementara aset Pegadaian dan PNM digabungkan mencapai Rp 97,3 triliun, setara 7% dari aset BBRI," tulis dia dalam risetnya.
Rekomendasi saham BBRI >>>
Sejatinya, di kuartal III tahun ini, BBRI membukukan pendapatan Rp 29,28 triliun, atau naik 16% dibanding kuartal II-2020.
Namun jika dihitung selama sembilan bulan tahun ini, pendapatan cuma Rp 85,86 triliun, turun 5,4% secara year on year (yoy).
Dari bottom line, BBRI mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 94,6% secara kuartalan menjadi Rp 3,95 triliun pada kuartal III-2020.
Sementara dalam sembilan bulan di tahun ini, laba bersih BBRI sebesar Rp 14,15 triliun, turun 42,9% secara yoy.
Isfhan mengatakan, bottom line BBRI baru memenuhi 62% dari proyeksi OCBC pada tahun ini.
Dia menyebut, bottom line BBRI terpukul akibat biaya pencadangan yang meningkat 25% secara yoy.
"Kami memperkirakan biaya pencadangan akan kembali naik hingga 20% secara yoy pada tahun ini," ujar Isfhan.
Hal ini karena ada indikasi BBRI merestrukturisasi pinjaman hampir ke semua segmen, kecuali segmen korporasi.
Baca Juga: Tahun Depan PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) Akan Lebih Giat di Kanal Digital
Bila BBRI merestrukturisasi pinjaman segmen korporasi, akibatnya biaya kredit terdorong naik.
Meski begitu penyaluran pinjaman BBRI masih bisa naik 2,4% secara yoy menjadi sekitar Rp 896,2 triliun hingga sembilan bulan di tahun ini.
Sementara itu, non performing loan (NPL) stabil di 3,02% di September 2020. Sedangkan pinjaman yang direstrukturisasi Rp 192 triliun hingga September 2020.
Suria memperkirakan, BBRI bisa mengantongi pendapatan Rp 70,22 triliun dengan laba bersih Rp 19,39 triliun.
Sementara tahun depan, ia memprediksi BBRI memperoleh pendapatan Rp 89,61 triliun dengan laba bersih Rp 32,77 triliun.
Suria dan Mayang merekomendasikan beli BBRI dengan target Rp 4.800 dan Rp 4.760 per saham. Isfhan merekomendasikan hold dengan target Rp 4.400 per saham.
Selasa (1/12), BBRI menguat 3,67% ke Rp 4.240 per saham.