Resep bertahan: harus punya konsep dan modal yang kuat

Kamis, 07 Maret 2019 | 16:29 WIB
Resep bertahan: harus punya konsep dan modal yang kuat
[]
Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Beberapa waktu terakhir, di pasaran muncul banyak variasi dari minuman yang terbuat dari teh. Salah satunya adalah Thai tea. Sebagai bukti, nyaris di setiap sudut kota besar berdiri beragam franchise yang menawarkan minuman khas asal Negeri Gajah Putih ini.

Sayangnya, tak sedikit bisnis minuman tersebut yang kesulitan bersaing. Hingga pada akhirnya, mereka harus gulung tikar. Sebenarnya, bagaimana prospek minuman Thai tea di Indonesia?

Menurut Djoko Kurniawan, Konsultan Bisnis, Pakar Franchise dan Pelayanan Konsumen dari DK Consulting Group, prospek bisnis minuman di Tanah Air masih cukup menjanjikan.

Hanya saja, kata Djoko, bisnis minuman teh Thailand terbilang tren baru di Indonesia. Itu sebabnya, bisnis minuman ini terus menjamur. Minuman Thai tea itu tergolong minuman fesyen yang sedang tren. "Jadi tidak semua bisa hidup. Di setiap segmen pasar yang dibidik, pebisnis minuman ini ada yang bertahan, ada juga yang tidak," katanya.

Djoko bilang, bisnis minuman yang sekadar mengikuti tren memang lazim cepat pudar. Dia mencontohkan bisnis minuman berbahan baku buah mangga berlabel mango asal Thailand yang belakangan ini mulai sulit ditemukan di pasaran. "Yang mampu bertahan itu hanya mereka yang punya konsep bisnis. Jika tidak punya konsep, maka akan sulit bersaing," imbuhnya.

Kalau konsep awal pelaku bisnis hanya untuk mengambil keuntungan sesaat, sambung Djoko, bisnis teh Thailand layak ditekuni. Tapi, jika konsepnya untuk bisnis jangka panjang, bisnis ini sulit bertahan. Nah, untuk bisa eksis di bisnis ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha.

Pertama, menyasar segmen pasar yang tepat. Minuman teh Thailand, menurut Djoko, pangsa pasar utamanya adalah kalangan anak muda. Karena itu, pelaku usaha harus bisa mengikuti selera pasar. Misalnya, kreatif melakukan inovasi produk dengan menciptakan varian rasa baru. Contohnya menambah topping buah yang pas dengan rasa teh.

Kedua, modal yang kuat. Pengembangan bisnis juga harus didukung oleh permodalan yang kuat. Modal ini nantinya akan digunakan untuk memperkuat brand dengan memperluas jaringan pemasaran. Djoko menyarankan, bagi pemodal kecil, jangan masuk di mal. Ada baiknya, membidik pasar di pusat-pusat keramaian lainnya dengan menerapkan harga di bawah pasaran.

Dengan begitu, pasar akan tetap merespons dengan baik, meskipun brand yang diusungnya belum terlalu popular di pasaran. "Jika merek usahanya belum terkenal, maka harga jualnya harus lebih murah dari brand yang sudah dikenal di pasaran. Dengan cara ini, pasar bisa melihat perbedaan, terutama dari sisi harga," imbuh Djoko.

Singkatnya, menurut Djoko, jika ingin menekuni usaha minuman, jangan hanya mengikuti tren yang sedang berkembang. Apalagi, bagi para pemain yang terjun ke bisnis teh Thailand dengan membeli lisensi franchise atau waralaba. Sebelum membeli lisensi waralaba, Djoko menyarankan untuk mempertimbangkan beberapa hal.

Salah satunya, membeli merek waralaba yang sudah terkenal. Selain itu, mencari pihak pewaralaba yang memiliki manajemen bagus. Cara ngetes-nya itu gampang. "Datangi saja kantornya, lihat apakan dia punya kantor atau tidak. Nomor telepon kantornya tradisional atau cuma telepon seluler, dan datangi outletnya untuk memastikan seberapa banyak konsumen yang membeli produknya," tandas Djoko.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 37,77% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melorot (8 Mei 2025)
| Kamis, 08 Mei 2025 | 08:47 WIB

Profit 37,77% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melorot (8 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (8 Mei 2025) 1 gram Rp 1.953.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 37,77% jika menjual hari ini.

Inilah Tantangan Bisnis Logistik Rantai Dingin di Tahun Ini
| Kamis, 08 Mei 2025 | 08:10 WIB

Inilah Tantangan Bisnis Logistik Rantai Dingin di Tahun Ini

Masalah geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan, ketersediaan listrik,hingga regulasi menjadi hambaan yang mesti diselesaikan industri ini.

Cisadane Sawit Raya (CSRA) Membidik Penjualan Rp 1,3 Triliun
| Kamis, 08 Mei 2025 | 07:50 WIB

Cisadane Sawit Raya (CSRA) Membidik Penjualan Rp 1,3 Triliun

Laju bisnis CSRA hingga awal tahun ini juga terdorong oleh harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang meningkat.

Masih Ada Peluang di Saham Penopang
| Kamis, 08 Mei 2025 | 07:47 WIB

Masih Ada Peluang di Saham Penopang

Pergerakan IHSG tak cuma ditopang oleh saham-saham big caps. Sejumlah saham lapis kedua juga signifikan menjadi penggerak indeks.

Penjualan Ekspor Turut Mendongkrak Cuan Kalbe Farma
| Kamis, 08 Mei 2025 | 07:21 WIB

Penjualan Ekspor Turut Mendongkrak Cuan Kalbe Farma

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) masih mempertahankan target pertumbuhan penjualan dan laba bersih di kisaran 8%-10% pada tahun ini

Proyek Beroperasi Penuh, Mayoritas Kinerja Emiten EBT Menanjak
| Kamis, 08 Mei 2025 | 07:17 WIB

Proyek Beroperasi Penuh, Mayoritas Kinerja Emiten EBT Menanjak

 Meski peluang pengembangan EBT di Indonesia menjanjikan, masih ada tantangan berat yang mesti dihadapi emiten di sektor ini.

Pelaporan SPT Orang Pribadi Turun 1,21%
| Kamis, 08 Mei 2025 | 06:30 WIB

Pelaporan SPT Orang Pribadi Turun 1,21%

Masa pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Tahun Pajak 2024 telah berakhir pada tanggal 30 April lalu.

Sulit Berharap Suku Bunga Acuan Segera Layu
| Kamis, 08 Mei 2025 | 06:24 WIB

Sulit Berharap Suku Bunga Acuan Segera Layu

Bank Indonesia (BI) diramal masih akan mempertahankan bunga acua alias BI rate pada level 5,75% dalam waktu dekat

Penerimaan Pajak Masih Belum Juga Menanjak
| Kamis, 08 Mei 2025 | 06:16 WIB

Penerimaan Pajak Masih Belum Juga Menanjak

Berdasarkan data yang dibocorkan oleh Komisi XI DPR, penerimaan pajak secara neto periode Januari-April turun lebih dalam

Bill Gates Bersiap Bantu Kembangkan Vaksin TBC
| Kamis, 08 Mei 2025 | 06:15 WIB

Bill Gates Bersiap Bantu Kembangkan Vaksin TBC

Sejauh ini Bill Gates sudah membantu program kemanusiaan di Indonesia dari tahun 2019 hingga kini dengan  total jumlah lebih dari US$ 300 juta. 

INDEKS BERITA

Terpopuler