Resesi Lebih Cepat

Sabtu, 18 Juni 2022 | 08:00 WIB
Resesi Lebih Cepat
[ILUSTRASI. ]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) menjadi sinyal kuat di pasar potensi resesi global datang lebih cepat, bahkan lebih dekat dari ekspektasi sebelumnya.  

Apalagi, dalam dot plotnya, Fed juga akan melanjutkan kenaikan suku bunganya pada pertemuan berikutnya berkisar 50 bps, bahkan 75 bps. Sampai akhir tahun, suku bunga AS 3,4%. AS mengambil risiko ini dengan proyeksi inflasi bertahan lebih lama menjadi 5,2% di 2022, lebih tinggi dari prediksi awal 3,4%.

Ekonomi AS juga dalam masa suram dengan prediksi penurunan menjadi 1,7% sepanjang 2022 dari prediksi sebelumnya di kisaran 2,8%. Perkiraan tingkat pengangguran juga naik menjadi 3,7% untuk 2022 dari 3,5%. Prediksi Fed, suku bunga baru akan melandai di 2024. 

Kondisi ini memberi sinyal, resesi Global akan datang lebih cepat. Apalagi, saat ini, lebih dari 50 negara sudah menaikkan suku bunga. Pekan ini, ada Bank of England, Swiss National Bank dan Bank of Japan yang diprediksi akan bergabung dengan Fed menaikkan suku bunga. 

Bagaimana dengan Indonesia? Sulit imun dari efek resesi global karena kita hidup di sebuah tatanan dunia yang sangat terbuka. Apa yang terjadi di satu pojok dunia, sangat mungkin dampaknya merembet ke seluruh penjuru jagat.

Indonesia juga tengah menghadapi inflasi tinggi dari harga pangan dan energi. Harga pangan sulit turun, harga minyak harus ditahan demi menjaga daya beli.

Subsidi bertambah tambun, tembus Rp 500 triliun, dengan tambahan dan cicilan kompensasi Pertamina dan PLN. Pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih rendah. Alhasil, penciptaan lapangan pekerjaan mengancam.  

Alih-alih menyebut kita di ambang krisis, para pejabat negara lebih suka menebar sinyal ekonomi Indonesia masih kuat.

Radar yang dipasang baru waspada, tapi miskin kampanye berhemat dollar, membeli produk lokal, pilih ke destinasi lokal, atau mendorong eksportir membawa pulang dollar, toh mereka bergiat di sini. 

Upaya mengikis ketergantungan dollar AS memang dilakukan dengan local currency settlement.  Sejauh ini terbatas, baru dengan Malaysia, Thailand, Jepang dan China. 

Dengan nilai ekspor kita sebesar US$26,49 miliar di Maret 2022, transaksi dengan mata uang masing-masing negara mitra dagang kita mungil baru US$ 2,53 miliar.

Masih jauh, namun kampanye seperti ini harus terus dilakukan agar kita lebih siap hadapi krisis global. 

Bagikan

Berita Terbaru

Darya-Varia Laboratoria (DVLA) Menambah Ragam Produk
| Senin, 01 Desember 2025 | 07:45 WIB

Darya-Varia Laboratoria (DVLA) Menambah Ragam Produk

Optimalisasi variasi produk di sektor kesehatan menjadi salah satu kunci ketahanan bisnis DVLA ke depan.

Harga Emas Masih dalam Tren Bullish
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harga Emas Masih dalam Tren Bullish

Berdasar Bloomberg, harga emas di pasar spot kembali bergerak di atas US$ 4.200 per ons troi pada akhir pekan lalu.

OJK Kaji Relaksasi Restrukturisasi Kredit Terdampak Banjir Sumatera
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:20 WIB

OJK Kaji Relaksasi Restrukturisasi Kredit Terdampak Banjir Sumatera

Bencana banjir dan longsor  yang terjadi di wilayah Sumatra tentu memberikan dampak terhadap kelancaran angsuran kredit para debitur perbankan.​

Emiten Berharap Bisnis Properti Mendaki di 2026
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:15 WIB

Emiten Berharap Bisnis Properti Mendaki di 2026

Potensi pemangkasan bunga acuan di 2026 diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kinerja emiten properti 

Laju Pertumbuhan Kredit untuk Kebutuhan Modal Kerja Kian Melempem
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:15 WIB

Laju Pertumbuhan Kredit untuk Kebutuhan Modal Kerja Kian Melempem

Pertumbuhan kredit modal kerja kian melambat hingga hanya naik 2,1% secara tahunan per Oktober 2025, melambat September yang naik 2,9%,

Mungkinkah Bursa Indonesia Menanti Window Dressing?
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:13 WIB

Mungkinkah Bursa Indonesia Menanti Window Dressing?

Harap diingat, pergerakan harga saham selalu akan dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap potensi kinerja. 

Perbankan Sulit Mencapai Pertumbuhan Dua Digit
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:10 WIB

Perbankan Sulit Mencapai Pertumbuhan Dua Digit

Perbankan tampaknya semakin sulit mengejar target tahun ini jika melihat perkembangan kinerjanya sejauh ini.​

Deforestasi
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:10 WIB

Deforestasi

Deforestasi di Indonesia juga dinilai masih pada tingkat yang mengancam kelangsungan keanekaragaman hayati.

Saham Emiten Penghuni KBMI I Bergerak Dinamis, Simak Apa Saja Pendorongnya
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:05 WIB

Saham Emiten Penghuni KBMI I Bergerak Dinamis, Simak Apa Saja Pendorongnya

Berhembus rumor bahwa pergerakan saham perbankan KBMI I merupakan sinyal adanya aksi korporasi untuk menghimpun modal inti di atas Rp 6 triliun.

Mengawali Bulan Desember, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (1/12)
| Senin, 01 Desember 2025 | 06:00 WIB

Mengawali Bulan Desember, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (1/12)

Di sisi lain,  rotasi sektor mengarah kembali pada saham-saham new blue chips kelompok konglomerasi.

INDEKS BERITA

Terpopuler