Risiko Fiskal di Balik Proyek Whoosh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB), yang kini dikenal sebagai Whoosh, pernah dijanjikan sebagai lompatan besar menuju modernitas. Ia disebut-sebut sebagai simbol percepatan ekonomi, efisiensi waktu dan kebanggaan nasional. Namun, di balik gemerlap stasiun baru dan lintasan baja yang membelah tanah Jawa, tampak tarian anggaran yang tak berirama melambung, bergeser, dan menyisakan tanya tentang siapa yang sesungguhnya diuntungkan.
Ketika proyek ini diumumkan, perkiraan biayanya berada di kisaran US$ 5,13 miliar atau sekitar Rp 76 triliun–Rp 90 triliun. Namun, seiring konstruksi berjalan, angka itu kian menggembung. Berdasarkan laporan dan evaluasi terkini, total investasi melonjak menjadi US$ 7,28 miliar, bahkan sempat disebut mencapai Rp 116,5 triliun. Peningkatan ini bukan sekadar catatan teknis: ia mencerminkan kelemahan dalam mekanisme penganggaran dan tata kelola proyek strategis nasional. Pembengkakan biaya sebesar US$ 1,2 miliar (Rp 18 triliun) menunjukkan bahwa kalkulasi awal -- baik dalam aspek teknis maupun finansial -- belum matang sepenuhnya.
Baca Juga: Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan
