Rugi Bersih CGV Cinemas (BLTZ) Turun, Tetapi Utang Jangka Pendeknya Membengkak

Senin, 01 April 2024 | 21:06 WIB
Rugi Bersih CGV Cinemas (BLTZ) Turun, Tetapi Utang Jangka Pendeknya Membengkak
[ILUSTRASI. Aktivitas pengunjung di CGV Velvet Lounge by LINE Bank di bioskop CGV Central Park, Jakarta (7/11/2023). LINE Bank by Hana Bank dan CGV Cinemas Indonesia melakukan kerjasama dengan menghadirkan branding yang menggunakan karakter LINE FRIENDS di CGV Velvet Lounge Central Park agar pelanggan yang berkunjung kenal lebih dekat dengan LINE Bank by Hana Bank sembari menunggu film dimulai. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten operator bioskop CGV Cinemas, yakni PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) mulai menunjukkan perbaikan. Meski demikian, BLTZ masih belum bisa lepas dari kubangan rugi.

Per 31 Desember 2023 BLTZ mencatatkan rugi tahun berjalan pada bisnis bioskop senilai Rp 20,75 miliar atau lebih rendah dibandingkan 2022 senilai Rp 61,44 miliar.

Namun, di segmen lain yakni distribusi film dan lisensi bioskop, BLTZ mendulang keuntungan senilai Rp 7,12 miliar atau tumbuuh 177% yoy di 2023.

Dengan begitu, total kerugian yang dicatatkan perusahaan bioskop CGV ini senilai Rp 13,64 miliar atau jauh lebih rendah dibandingkan kerugian di 2022 yang mencapai Rp 58,86 miliar.

Di 2023, salah satu faktor yang juga membuat kerugian BLTZ menyusut ialah turunnya pengeluaran beban pokok pendapatan menjadi Rp 615,73 miliar dari yang sebelumnya Rp 647 miliar di 2022. Seiring turunnya beban pokok pendapatan,  BLTZ mencatatkan laba bruto tumbuh menjadi Rp 445,74 miliar.

 

 

Sepanjang tahun lalu pendapatan BLTZ cenderung stagnan yakni Rp 1,06 triliun. Sebelumnya di 2022 BLTZ membukukan pendapatan Rp 1,058 triliun.

Berdasarkan segmen operasi, pendapatan bersih dari bisnis bioskop masih mendominasi sebesar Rp 1,05 triliun, kemudian diikuti distribusi film dan lisensi bioskop Rp 8,51 miliar. Pendapatan dari kedua segmen ini dikurangi eliminasi Rp 4,36 miliar.

Sebagai informasi, BLTZ memiliki perjanjian dengan beberapa pihak ketiga untuk mengoperasikan bioskop milik pihak ketiga dengan merek blitztheater. Dalam perjanjian ini, pihaknya akan menerima pendapatan lisensi berbasis formula bagi pendapatan dan jasa manajemen tertentu.

Perjanjian-perjanjian ini berlaku 10 tahun sejak tanggal pembukaan bioskop dan dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.

Sumber pendapatan lain yang dicatatkan BLTZ adalah dari segmen makanan dan minuman senilai Rp 324,31 miliar, acara-acara dan iklan sebesar Rp 71,19 miliar, dan lisensi dan jasa manajemen Rp 100,30 juta.

Baca Juga: Investor Individu dan Institusi Merugi dan Gigit Jari Gara-Gara Full Call Auction BEI

Liabilitas jangka pendek membengkak

Salah satu yang perlu dicermati, liabilitas jangka pendek BLTZ naik signifikan di 2023. Di 2022 jumlah liabilitas jangka pendeknya Rp 714,25 miliar, kemudian naik menjadi Rp 981,95 miliar di tahun lalu.

Pinjaman jangka pendek tumbuh 78% yoy menjadi Rp 677,9 miliar karena BLTZ melakukan transaksi pinjaman ke pihak berelasi yakni CGI Holding Limited senilai Rp 327,73 miliar dari sebelumnya tidak ada. Fasilitas pendanaan ini akan jatuh tempo pada 1 Juli 2024 mendatang.

Kemudian pihaknya juga mencatatkan kenaikan pinjaman ke PT Bank KB Bukopin Tbk menjadi Rp 250 miliar yang jatuh tempo pada akhir tahun 2024. Perinciannya, pinjaman Rp 90 miliar jatuh tempo pada 25 November 2024 dan utang Rp 160 miliar harus dilunasi pada 6 Desember 2024.

Sebelumnya pada September 2023, Direktur Graha Layar Prima Park Seong Ho dalam keterbukaan informasi menerangkan, pinjaman Rp 90 miliar ke Bank Bukopin digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja. Fasilitas kredit ini telah diperpanjang jatuh temponya hingga November 2024.

"Pertimbangan dalam transaksi ini untuk mendukung kegiatan usaha dalam memenuhi kebutuhan modal kerja," terang dia.

Baca Juga: Astra Otoparts (AUTO) Antisipasi Kelesuan Pasar Otomotif di Indonesia

Tidak hanya itu, di tahun lalu BLTZ juga menarik pinjaman dari The Korea Development Bank Rp 61,66 miliar yang akan jatuh tempo 13 Oktober 2024 dan utang dari PT Bank Shinhan Indonesia Rp 42,5 miliar yang sudah harus lunas pada 19 November 2024.

BLTZ juga membukukan utang usaha yang naik hingga 233,81% yoy menjadi Rp 39,81 miliar dari sebelumnya Rp 11,92 miliar di 2022. Seluruh utang usahanya ini merupakan utang yang jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun.

Meski demikian, jumlah liabilitas jangka panjang BLTZ justru mengalami penurunan cukup besar, dari sebelumnya Rp 1,09 triliun di 2022 menjadi Rp 699,39 miliar di 2023.

Sehingga jIka ditotal seluruhnya perubahan jumlah liabilitas BLTZ tidak terlalu mencolok karena angkanya tidak jauh berbeda antara 2022 dan 2023. Rinciannya, pada 2023 jumlah liabilitasnya senilai Rp 1,68 triliun dari sebelumnya Rp 1,80 triliun di 2022.

Bagikan

Berita Terbaru

Tidak Hanya Andalkan PPN DTP, MDLN Punya Jurus Pemasaran Menarik Pelanggan
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 21:02 WIB

Tidak Hanya Andalkan PPN DTP, MDLN Punya Jurus Pemasaran Menarik Pelanggan

Lonjakan laba MDLN merupakan hasil dari keberhasilan perusahaan menjalankan program buyback dan exchange offer atas surat utang global.

Seberapa Menarik Prospek Saham BSDE di Tengah Pelemahan Daya Beli
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 20:37 WIB

Seberapa Menarik Prospek Saham BSDE di Tengah Pelemahan Daya Beli

Status BSD City sebagai PSN dan KEK juga semakin memperkuat posisinya sebagai pengembang utama di kawasan Jabodetabek.

BMRI Catat Nilai Transaksi Terbesar Berkat Tiga Crossing, Rekomendasi Buy Mendominasi
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 18:19 WIB

BMRI Catat Nilai Transaksi Terbesar Berkat Tiga Crossing, Rekomendasi Buy Mendominasi

Transaksi dilakukan melalui Maybank Sekuritas Indonesia sebanyak 2.630.700 saham, seharga Rp 4.828 per saham senilai total Rp 12,7 miliar.

Kronologi Dugaan Korupsi Kuota Haji  yang Seret Mantan Menag Yaqut dan Bos Maktour
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 15:02 WIB

Kronologi Dugaan Korupsi Kuota Haji yang Seret Mantan Menag Yaqut dan Bos Maktour

KPK sebut ada perintah atas pembagian kuota tambahan haji 2024 yang menyalahi UU No 8/2019 tentang Haji dan Umrah serta ada unsur timbal balik.   

Melihat Potensi ISAT Membalikkan Kinerja di Paruh Kedua 2025
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 13:15 WIB

Melihat Potensi ISAT Membalikkan Kinerja di Paruh Kedua 2025

PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) berhasil melakukan efisiensi biaya serta menjaga modal usaha.

Profit 24,24% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (13 Agustus 2025)
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:59 WIB

Profit 24,24% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun (13 Agustus 2025)

Harga emas batangan bersertifikat di laman resmi Logam Mulia PT Aneka Tambang 13 Agustus 2025 turun Rp 7.000 per gram ke Rp 1.917.000 per gram.

Membedah Prospek Kinerja Keuangan dan Saham DEWA, Dinaungi Banyak Sentimen Positif
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:33 WIB

Membedah Prospek Kinerja Keuangan dan Saham DEWA, Dinaungi Banyak Sentimen Positif

Meski secara umum masih prospektif, bottomline PT Darma Henwa Tbk (DEWA) di kuartal III-2025 diprediksi bakal tertekan.

Jejak Investor Asing Institusi di Saham AMMN, Dominan Aksi Borong Ketimbang Jual
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 08:09 WIB

Jejak Investor Asing Institusi di Saham AMMN, Dominan Aksi Borong Ketimbang Jual

Sejak listing hingga saat ini, Vanguard Group Inc., menjadi investor asing institusi yang paling banyak menggenggam saham AMMN.

IHSG Hampir 7.800, Market Cap Bursa Mencetak Rekor
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 07:41 WIB

IHSG Hampir 7.800, Market Cap Bursa Mencetak Rekor

Pada akhir perdagangan Selasa (12/8) kapitalisasi pasar IHSG menembus Rp 14.103 triliun. Padahal, IHSG belum melewati rekor tertinggi di 7.910.

BEI Mempertanyakan Kinerja, Begini Jawaban Emiten Haji Isam
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 07:02 WIB

BEI Mempertanyakan Kinerja, Begini Jawaban Emiten Haji Isam

Manajemen PGUN menegaskan, tidak terdapat perubahan volume dan harga jual CPO signifikan sebelum kenaikan harga saham PGUN.

INDEKS BERITA

Terpopuler