KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penguatan rupiah memoles positif pasar keuangan Indonesia. Gelagat itu mulai tampak pada penurunan Credit Default Swap (CDS) Indonesia. Selama ini, CDS menjadi salah satu parameter untuk mengukur persepsi risiko investasi.
Kamis (8/11), CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 141,95. Angka itu turun 10,98% dibandingkan dengan posisi 29 Oktober 2018. Kala itu, CDS tenor 5 tahun bertengger di level 159,47 atau posisi tertinggi tahun ini.
Tren yang sama terjadi pada CDS Indonesia tenor 10 tahun. Rabu (7/11), CDS tenor 10 tahun berada di level 217,09 atau turun 7,73% dari posisi tertingginya di 235,30 yang tercatat pada 31 Oktober lalu.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C Permana mengatakan, keperkasaan rupiah di awal bulan ini memang berperan besar terhadap penurunan angka CDS Indonesia. Sebagai gambaran, Rabu (7/11), kurs rupiah di pasar spot berada di Rp 14.539 per dollar AS. Artinya, sepanjang bulan ini, rupiah sudah menguat 4,36%.
Sejumlah sentimen positif memang sedang menaungi rupiah. Dari luar negeri, meredanya perang dagang, stabilnya pergerakan yield US Treasury, dan kemenangan Partai Demokrat di pemilu sela AS, menopang laju rupiah. Dari dalam negeri, sentimen pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 yang sebesar 5,17%, serta inflasi yang masih rendah ikut menopang rupiah. "Secara global, ekonomi terlihat lebih kondusif saat ini," imbuh dia.
Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan, penurunan CDS Indonesia mempermulus aliran masuk dana asing ke Indonesia. Sejauh ini, penilaian dia benar adanya.
Sebab, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian mencatat, dari akhir Oktober hingga 6 November 2018, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) bertambah Rp 5,08 triliun menjadi sekitar Rp 869,40 triliun.
Sepanjang Oktober 2018, aksi beli investor asing di pasar SUN mencapai Rp 13,47 triliun. Sementara di pasar saham, sejak awal bulan hingga kemarin, asing mencatatkan net buy Rp 4,9 triliun.
Faktor Fed dan CAD
Hanya saja, CDS Indonesia masih berpeluang berbalik arah dalam waktu dekat. Lagi-lagi, sentimennya dari luar negeri dan dari dalam negeri.
Dari luar negeri, hari ini akan dirilis pernyataan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Walau belum menaikkan bunga acuan AS di bulan ini, pernyataan The Federal Reserve mengenai prospek ekonomi dan arah kebijakan moneter AS bisa mempengaruhi pasar.
Sementara dari dalam negeri, hari ini juga akan dirilis data neraca pembayaran kuartal III-2018. Sejumlah analis memprediksikan, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia melebar di atas 3%.
Persepsi risiko investasi Indonesia akan memburuk lagi jika CAD melewati 3%. "Pasar memandang fundamental Indonesia belum sepenuhnya kuat walau data-data lainnya positif," kata Desmon.
Fikri menyatakan, pergerakan rupiah berpengaruh besar pada CDS Indonesia. Sebab profil risiko investor baik domestik dan asing di pasar keuangan Indonesia yang relatif sensitif terhadap kurs. "Apalagi, rupiah masih memiliki volatilitas yang besar sampai dengan akhir tahun," kata dia.
Oleh karena itu, Desmon juga menyarankan, menjaga nilai tukar rupiah merupakan prioritas demi menjaga persepsi risiko investasi Indonesia. Apalagi, level imbal hasil (yield) obligasi negara saat ini relatif ideal bagi para investor asing.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.