Berita

RUPTL 2021-2030 Bakal Prioritaskan Energi Bersih

Sabtu, 12 Juni 2021 | 06:00 WIB
RUPTL 2021-2030 Bakal Prioritaskan Energi Bersih

Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah konsisten menamatkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam  Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Sebagai gantinya akan dibangun pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam RUPTL 2021-2030.

Merujuk draf RUPTL 2021-2030 yang diperoleh KONTAN, PLTU yang statusnya masih rencana, setelah 2025 akan diganti menjadi PLT Base Load atau pembangkit yang bisa beroperasi 24 jam. Pembangkit ini akan diupayakan menggunakan mix EBT (Hidro, PLTP, PLTS, Bio dll) dan gas setempat dengan nilai keekonomian yang dapat bersaing dengan PLTU.
 
"Syaratnya pembangkit tersebut dapat dioperasikan secara kontinyu selama 24 jam sebagai pemikul beban dasar (dapat juga dilengkapi dengan energy storage)," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, ke KONTAN, JUmat (11/6).
 
Dia bilang, hambatan dari pembangkit EBT adalah harga jual ke PLN karena memang investasi EBT masih mahal. Maka dari itu, akan diterbitkan Perpres harga jual listrik EBT yang kini sedang difinalisasi. "Akan rampung sebentar lagi Perpresnya," kata Dadan.
 
Kata dia, RUPTL 2021-2030 akan menjadi  referensi dalam pembahasan Perpres. Dadan mengungkapkan, tujuan penyusunan Perpres EBT juga untuk meningkatkan kepastian dari sisi harga listrik EBT, baik untuk pengembang maupun PLN selaku off taker.
 
Dadan menjelaskan, penggantian PLTU dengan pembangkit EBT base load dimungkinkan untuk dilakukan dengan jenis pembangkit tenaga hidro, geothermal maupun biomassa.
Bahkan, untuk saat ini disebut telah ada sejumlah pembangkit EBT base load yang beroperasi.
 
"Sudah ada PLTA dan PLTP (base load) yang sudah beroperasi, sudah lama. Jadi secara teknologi dan  keandalannya sudah teruji," imbuh Dadan.
 
Lebih murah
 
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menjelaskan, untuk harga listrik PLTS saat ini sudah di bawah US$ 6 sen per kWh dan disebut lebih murah ketimbang harga yang ditawarkan PLTU.
 
Bahkan, harga listrik PLTS yang dilengkapi battery storage pun diklaim lebih murah ketimbang pembangkit peaker. "Untuk sistem-sistem kecil dan isolated pembangkit EBT lebih murah dari PLTD bahkan PLTU skala kecil," kata Fabby kepada KONTAN, Jumat (11/6).
 
Fabby melanjutkan, PLN harus membangun lebih banyak pembangkit EBT serta membeli lebih banyak listrik EBT. Adapun, demi mendapat harga listrik yang kompetitif maka bisa diperoleh dengan mekanisme lelang skala besar yang kompetitif serta power purchase agreement (PPA) yang terstandardisasi.
 
Sementara itu, proyek PLTU yang tidak diubah adalah PLTU Jawa 9 dan 10 berkapasitas 2.000 MW. Sedangkan untuk PLTU Jawa 5 berkapasitas 1.000 MW dan PLTU Banten 660 MW ditunda.
Selain itu, ada juga  PLTU Kalbar 3 berkapasitas 2x100 MW dan PLTU Sulbagut 100 MW yang diganti ke pembangkit EBT.    

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru
IHSG
7.036,08
1.67%
-119,22
LQ45
898,78
2.68%
-24,72
USD/IDR
16.161
-0,51
EMAS
1.319.000
0,00%