Sadikin dan Jamila

Senin, 17 Maret 2025 | 03:49 WIB
Sadikin dan Jamila
[ILUSTRASI. TAJUK - Haris Hadinata]
Harris Hadinata | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman penurunan daya beli masyarakat masih belum juga sirna. Yang ada, sepertinya malah semakin banyak keluarga kelas menengah di Indonesia yang terpapar ancaman menjadi keluarga sadikin dan jamila. 

Pernah mendengar kedua istilah tersebut? Istilah sadikin merupakan akronim dari "sakit sedikit jadi miskin". Sementara jamila merupakan akronim dari "jadi miskin lagi".

Potensi bertambahnya keluarga sadikin dan jamila di Indonesia sepertinya masih sulit terelakkan bila melihat kondisi ekonomi belakangan ini. Data-data ekonomi yang dirilis, kok, kurang mendukung ekonomi bergerak ke arah positif.

Salah satu contoh, menurut survei Bank Indonesia, proporsi pendapatan konsumen yang dialokasikan sebagai tabungan di Februari cuma sebesar 14,7%. Ini merupakan rasio terendah dalam setidaknya dua tahun terakhir.

Artinya, bisa dibilang kondisi ekonomi konsumen saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi saat Indonesia baru keluar dari pembatasan kegiatan masyarakat usai pandemi. 

Cuma memang, bisa jadi juga ini ada andil dari konsumsi masyarakat jelang Ramadan. Survei BI memang mendapati, pendapatan konsumen untuk konsumsi meningkat, saat Indonesia mengalami deflasi.

Tapi, data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkuat fenomena makan tabungan masih terjadi tahun ini. Data LPS per Januari 2025 mencatat, porsi simpanan masyarakat dengan nominal Rp 100 juta ke bawah turun 2,6% di periode itu.

Penurunan juga tercatat di level nominal simpanan antara Rp 100 juta sampai Rp 200 juta. Penurunan di level simpanan ini lebih rendah, cuma sebesar 0,4% di Januari.

Kalau kondisi ini terus dibiarkan, jumlah masyarakat kelas menengah yang turun kasta bisa terus bertambah. Menurut data BPS, di 2019 silam ada 57,33 juta penduduk kelas menengah.

Sementara di 2024, jumlahnya tinggal 47,85 juta orang. Menurut proyeksi ekonom, jumlah masyarakat kelas menengah ini bisa turun lagi jadi 46,9 juta orang tahun ini. 

Bahkan, bila pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menekan daya beli, jumlahnya bisa turun lebih dalam hingga 44,7 juta orang. Seperti kita tahu, pemerintah memutuskan menunda pengangkatan ASN. Ini membuat banyak masyarakat kehilangan potensi pendapatan.

Sampai kini, pemerintah baru belum terlihat memiliki kebijakan konkrit untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan makan bergizi gratis juga tidak optimal.

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham PGEO Mulai Turun Usai Naik Signifikan, Prospeknya Dinilai Masih Positif
| Rabu, 28 Mei 2025 | 01:16 WIB

Harga Saham PGEO Mulai Turun Usai Naik Signifikan, Prospeknya Dinilai Masih Positif

Prospek PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) didukung berkembangnya PLTU yang menjadi sentimen positif untuk bisnis pembangkit geothermal.

Cara Pemerintah Menutup Hilangnya Pendapatan Dividen BUMN
| Selasa, 27 Mei 2025 | 22:47 WIB

Cara Pemerintah Menutup Hilangnya Pendapatan Dividen BUMN

Kemenkeu mengaku telah menghitung penurunan ini dan akan mencoba mengoptimalkan penerimaan negara sesuai target APBN. 

Profit 33,16% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (27 Mei 2025)
| Selasa, 27 Mei 2025 | 08:41 WIB

Profit 33,16% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (27 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (27 Mei 2025) Rp 1.923.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,16% jika menjual hari ini.

Konsumen Menahan Diri, Kinerja Emiten Properti Lesu
| Selasa, 27 Mei 2025 | 08:37 WIB

Konsumen Menahan Diri, Kinerja Emiten Properti Lesu

Kecenderungan konsumen untuk menahan belanja mulai kentara dari kinerja sejumlah emiten properti, terutama segmen kelas menengah ke atas. 

Sentimen Positif Menaungi Saham ELSA, dari Dividen Jumbo Hingga Ekspansi Bisnis
| Selasa, 27 Mei 2025 | 07:53 WIB

Sentimen Positif Menaungi Saham ELSA, dari Dividen Jumbo Hingga Ekspansi Bisnis

ELSA punya peluang menjaga pertumbuhan jangka panjang, tidak hanya dari sektor migas konvensional tapi juga dari inovasi dan transisi energi.

Mewaspadai Gelembung Saham yang Berbahaya
| Selasa, 27 Mei 2025 | 07:37 WIB

Mewaspadai Gelembung Saham yang Berbahaya

Pelaku pasar cenderung mencari cara mudah dalam memilih saham, yakni pilih saham yang sedang populer, diminati banyak orang.

Investor Mulai Profit Taking, IHSG Rawan Tertekan
| Selasa, 27 Mei 2025 | 06:57 WIB

Investor Mulai Profit Taking, IHSG Rawan Tertekan

Koreksi IHSG terjadi menjelang libur panjang pekan ini. Banyak investor yang mulai merealisasikan keuntungan (profit taking).​

Sejumlah Investor Institusi Bakal Jadi Pengendali Baru Emiten
| Selasa, 27 Mei 2025 | 06:55 WIB

Sejumlah Investor Institusi Bakal Jadi Pengendali Baru Emiten

Perubahan pengendali ini diprediksi akan menjadi sentimen penggerak saham-saham emiten bersangkutan.

Dapat Pasokan Gas Baru, Margin PGAS Bisa Lebih Stabil
| Selasa, 27 Mei 2025 | 06:53 WIB

Dapat Pasokan Gas Baru, Margin PGAS Bisa Lebih Stabil

PGAS meneken Domestic Swap Agreement dan Gas Sales Agreement dengan West Natuna Group di ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Convex 2025 

Meski Sebaran Yield Menyempit, SBN Masih Cukup Menarik
| Selasa, 27 Mei 2025 | 06:52 WIB

Meski Sebaran Yield Menyempit, SBN Masih Cukup Menarik

Menurut analis, penurunan yield obligasi domestik akan semakin mempersempit spread dengan yield US Treasury. 

INDEKS BERITA

Terpopuler